Sempat vakum selama lima tahun, Piala Indonesia kembali hadir pada musim 2018. Sebanyak 128 kesebelasan dari tiga divisi ikut andil pada turnamen yang terakhir dimenangi oleh Persibo Bojonegoro pada tahun 2012 itu. Turnamen ini digelar dengan tujuan untuk menambah agenda sepakbola domestik selain kompetisi Liga 1 sebagai kompetisi utama. Pada praktiknya, turnamen ini tampak seperti tarkam level nasional.
Turnamen ini direncanakan mulai pada Mei 2018 dan berakhir pada Januari 2019 dengan format turnamen kurang lebih menduplikasi turnamen Piala FA di Inggris. Pada perjalanannya, Piala Indonesia 2018 justru menemui banyak kendala dan dibumbui banyak anomali.
Beberapa kali PSSI melakukan revisi jadwal. Sejumlah penundaan akhirnya berujung pada akhir turnamen yang molor hingga dua bulan. Sejumlah pemain dan pelatih pun sempat mengeluhkan ketidakpastian dan semrawutnya jadwal Piala Indonesia ini.
Setelah sempat menyelenggarakan empat pertandingan sebagai pembukaan di bulan Mei dan sisa pertandingan babak 128 pada Juni lalu, Piala Indonesia berlanjut dengan menggelar babak 64 besar pada pertengahan Desember 2018.
PSSI beralibi bahwa tidak maksimalnya jadwal Piala Indonesia disebabkan bentrok dengan agenda-agenda Timnas Indonesia seperti Piala AFF dan SEA Games di tahun 2018. Sepatutnya hal itu bisa dihindari karena jadwal Piala AFF dan SEA Games sudah keluar jauh-jauh hari sehingga jadwal Piala Indonesia bisa menyesuaikan dengan agenda tersebut.
Selasa lalu (8/1) babak 32 besar sudah diputuskan akan digelar pada 22 Januari hingga 3 Februari mendatang, namun masalah lain justru mengemuka.
Kesebelasan-kesebelasan Indonesia saat ini ditinggal para pemainnya karena mayoritas pemain Indonesia kontraknya sudah habis per akhir Desember lalu. Bahkan nyaris semua pemain sudah memasuki fase "liburan kompetisi" dan fase penentuan nasib apakah dirinya bertahan di kesebelasan yang sama atau membela kesebelasan baru untuk musim depan.
Beberapa kesebelasan bahkan sudah merombak atau membubarkan timnya selepas Liga 1 usai. Sriwijaya FC salah satunya. Tim asal Palembang ini membubarkan skuat mereka setelah terdegradasi dari Liga 1. Saat ini mereka belum punya pemain. Semua rata-rata sudah habis masa kontraknya. Kesebelasan yang akan melawan PS Keluarga USU Medan pada babak 32 besar Piala Indonesia ini sampai sekarang belum jelas siapa pemain yang akan direkrut karena belum ada komunikasi dari manajemen mereka.
Permasalahan serupa dihadapi banyak kesebelasan lain. Mereka menganggap bahwa kompetisi sudah selesai. Periode sekarang adalah periode sebuah tim memburu pemain dan menyusun tim untuk mengarungi kompetisi musim depan, bukan berkompetisi mengejar juara di Piala Indonesia.
Dengan kondisi demikian PSSI berupaya mencari jalan keluar salah satunya dengan melakukan perubahan regulasi. Pada babak 32 besar ini, klub boleh mendaftarkan 30 pemain baru dan bisa dirombak kembali ketika mereka lolos ke babak 16 besar dan 8 besar. Namun hanya diperbolehkan mengganti maksimal 7 pemain. Tak pelak Piala Indonesia saat ini seperti turnamen pra-musim karena kesebelasan bisa menyeleksi calon pemain musim depan di turnamen ini.
“Hal ini (regulasi baru) dirasa penting untuk semua klub melakukan persiapan sebelum musim liga dimulai, klub juga turut meramaikan sepakbola yang ada di daerah dan seleksi di daerah,” kata Ratu Tisha selepas drawing babak 32 besar Piala Indonesia, Selasa lalu (8/1).
Tidak hanya pemain, banyak kesebelasan yang masih belum punya pelatih. Bahkan jika merujuk kesebelasan Liga 1, hampir setengahnya belum punya pelatih. Itu belum termasuk sudah adanya pelatih baru yang ditunjuk. Ini artinya Piala Indonesia jadi turnamen yang diikuti kesebelasan dengan skuat yang berubah-ubah sampai turnamen ini selesai.
Anomali lain adalah masih terdaftarnya PSMP Mojokerto Putera di babak 32 besar. Padahal seperti yang diketahui, kesebelasan yang akan melawan Borneo FC ini baru saja dijatuhi hukuman oleh PSSI terkait kasus pengaturan skor. Jika merujuk pada sanksi yang dibuat PSSI dalam laman resminya, kesebelasan yang bermarkas di Stadion Gajah Mada ini mendapatkan sanksi larangan ikut kompetisi di bawah PSSI selama satu tahun atau pada 2019.
"Untuk sekarang ini kompetisi yang berjalan. Jadi mereka ikut di 2018. Itu kan sanksi untuk kompetisi 2019," ujar Ratu Tisha menjelaskan.
***
Piala Indonesia 2018 sendiri baru mendapatkan sponsor ketika turnamen ini sudah digelar. Ini semakin menunjukkan bahwa sebenarnya Piala Indonesia musim ini tidak siap untuk digelar. Turnamen ini malah menambah masalah buat kesebelasan-kesebelasan peserta, apalagi turnamen ini akan bergulir hingga Maret, atau jelang musim baru 2019.
Perlu diketahui, juara Piala Indonesia 2018 akan mendapatkan hadiah uang, yang sebelumnya disebutkan bernilai 3 miliar rupiah.
Soal juara Piala Indonesia akan mendapatkan jatah di Piala AFC seperti pada edisi sebelumnya ada dua versi. Ratu Tisha pernah mengatakan kalau Piala Indonesia tahun ini hanya sebagai percobaan, kalau pun bisa mengirimkan wakil ke Piala AFC, baru akan terjadi pada musim 2019.
Versi Iwan Budianto berbeda, di mana dia mengatakan juara Piala Indonesia 2018 akan mendapatkan jatah tampil di Piala AFC 2020. Selain tidak ideal, hal tersebut bisa menimbulkan masalah baru jika di tahun-tahun berikutnya ada juara Piala Indonesia baru.
Bahkan bukan tak mungkin ketika datang waktu para juara tersebut tampil di Piala AFC, skuat mereka bukan lagi skuat juara, karena setiap kesebelasan sudah melalui dua musim yang memungkinkan setiap kesebelasan membongkar lagi timnya. Alhasil, Indonesia mungkin saja akan mengirimkan wakil di Piala AFC yang bukan kesebelasan kuat calon juara.
Entah versi Ratu Tisha atau Iwan Budianto yang benar, keduanya menunjukkan kalau Piala Indonesia 2018 ini bukan turnamen yang spesial seperti Copa Indonesia. Bahkan tak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa Piala Indonesia 2018 ini, dengan jadwal dan status pemain yang tak jelas, merupakan turnamen tarkam level nasional yang digelar oleh PSSI.
Komentar