Januari adalah bulan kelam untuk sepakbola Turki. Setidaknya dua pahlawan mereka, Ilhan Cavcav dan Lefter Küçükandonyadis, meninggal pada Januari. Mereka berdua bukan sembarangan orang. Keduanya diabadikan sebagai nama kompetisi sepakbola tertinggi di Turki, Süper Lig, untuk dua musim berturut-turut: Cavcav pada Süper Lig 2017/18, sementara Lefter pada Süper Lig 2018/19.
Cavcav meninggal di Ankara pada 22 Januari 2017 di usia 81 tahun. Lefter meninggal di Istanbul pada 13 Januari 2012 di usia 87 tahun.
Jika Cavcav dikenal di luar lapangan, maka Lefter dikenal karena kesuksesannya di dalam lapangan. Cavcav terkenal sebagai pemilik Genclerbirligi (kesebelasan Ankara) yang mempunyai taktik negosiasi yang keras dan kemampuan scouting di atas rata-rata. Sementara Lefter lebih dikenal sebagai salah satu penyerang terbaik Fenerbahçe dan Turki.
Lefter lahir di Turki, tapi merupakan keturunan Yunani. Dia dicintai baik oleh Turki maupun Yunani —dua negara yang punya rivalitas di dalam dan luar sepakbola.
Profesor Pemalu
Dia memiliki julukan “Ordinaryüs” atau “profesornya profesor” karena kecerdasannya dalam mencari posisi dan mencetak gol. Selama 27 tahun kariernya sejak 1942, Lefter berhasil mendapatkan banyak gelar untuk Fenerbahçe. Kecerdasannya ditunjukkan dengan 450 golnya untuk klub maupun negaranya (22 untuk Turki).
Di tim nasional, Lefter sempat bermain di Piala Dunia 1954 di Swiss —yang merupakan Piala Dunia pertama bagi Turki— dan mencetak dua gol di sana. Dia dianugerahi medali emas kehormatan setelah caps ke-50 bersama Turki.
Jumlah golnya bersama Turki menjadikannya top skor tim nasional yang bertahan sampai 39 tahun ketika Hakan Sükür melampauinya.
Selain cerdas, Lefter juga dikenal pemalu. Pada sesi latihan pertamanya bersama Fenerbahçe setelah ditransfer dari Taksimpsor, Lefter muda bergabung bersama Fenerbahçe B (tim pelapis) untuk melawan Fenerbahçe A (tim utama). Pada laga itu dia mencetak empat gol.
Saat setelah pertandingan latihan itu, semua orang mencari Lefter dengan hati sumringah karena menganggap Fenerbahçe memiliki talenta luar biasa dalam diri Lefter. Namun Lefter ternyata malah pulang ke rumah karena dia malu bisa mencetak empat gol ke gawang tim utama.
Cinta Fenerbahçe
Sepanjang kariernya, Lefter bermain dua kali untuk Fenerbahçe. Pertama pada 1947-1951. Dia kemudian pindah ke Fiorentina dengan biaya 17.500 lira Turki yang merupakan jumlah sangat besar saat itu. Sementara momen keduanya berseragam Fenerbahçe terjadi pada 1953-1964.
“Aku tak membawa jersi Fenerbahçe di tubuhku, aku membawanya di atas kepalaku,” kata Lefter, dikutip dari Daily Sabah, menunjukkan jika dia sangat menjunjung tinggi Fenerbahçe.
Pada akhir kariernya, dia sempat pindah ke AEK Athens, yang merupakan kesebelasan darah keturunannya. Dia pensiun di sana. Namun setelah pensiun, Lefter memilih kembali ke Istanbul untuk tinggal di Büyükada, sebuah pulau yang tenang di Laut Marmara.
Pada 2009, Fenerbahçe membalas cinta Lefter dengan membuatkannya patung di Kusdili Park di Kadikoy, sebelah Stadion Sükrü Saracoglu, kandang Fenerbahçe.
Lefter meninggal pada 13 Januari 2012. Pada pemakamannya, banyak suporter Fenerbahçe hadir. Peti matinya diselimuti oleh dua bendera kecintaannya: bendera Fenerbahçe dan bendera Turki. Sebelum dikubur, jenazahnya diarak sampai Stadion Sükrü Saracoglu.
Abadi di Fenerbahçe dan Turki
Namanya abadi di tribune Fenerbahçe. Para suporter memiliki nyanyian istimewa untuk sang profesor pemalu: “Ver Lefter`e yaz deftere,” yang artinya “Oper bola kepada Lefter dan pasti dia akan mencetak gol.”
Selain abadi dalam bentuk patung dan nyanyian, nama Lefter Küçükandonyadis juga dipakai oleh penyelenggara Liga Turki sebagai nama kompetisi Süper Lig 2018/19: “Lefter Küçükandonyadis Sezonu” (Musimnya Lefter Küçükandonyadis).
Fotonya terpampang pada setiap pertandingan liga sepakbola tertinggi di Turki tersebut. Setidaknya untuk satu musim itu, siapa saja yang terlibat di sepakbola Turki mempersembahkan semuanya untuk sang legenda, Lefter Küçükandonyadis.
Komentar