Kebersamaan Atep dan Persib Bandung berakhir setelah 10 tahun. Kontraknya yang berakhir pada Februari 2019 resmi tak diperpanjang manajemen Persib. Atep meninggalkan Persib dengan catatan sebagai kapten yang mengakhiri puasa gelar juara Persib selama hampir 20 tahun.
Sepuluh tahun membela Persib, pelatih dan rekan setim datang dan pergi silih berganti. Selama berseragam Persib tentu ia memiliki para rekan yang menurutnya bisa membuat seorang Atep nyaman bermain. Untuk itu, Atep memilih 10 (mantan) rekan setimnya di Persib untuk melengkapi Atep Sebelas, skuat dream team pilihan Atep.
Atep memilih formasi favoritnya 4-2-3-1. Skema ini yang bisa membawa Persib menjuarai Liga Super Indonesia 2014. Dalam formasi andalan coach Djajang Nurjaman ini Atep kerap ditempatkan di pos sayap kiri.
Class of 2014 sendiri diakui Atep adalah skuat yang paling berkesan selama membela Persib. Tak heran mayoritas pemain pilihan dalam Atep Sebelas ini mayoritas berasal dari skuat juara 2014.
I Made Wirawan dipilih untuk menjaga gawang di skuatnya. I Made dan Atep mulai menjadi rekan dalam satu tim dari periode 2012 hingga 2018, dengan kata lain keduanya sudah bersama di Persib selam enam tahun. Tak seperti Atep, pemain yang akrab disapa I Made ini masih dipertahankan untuk musim 2019.
Made adalah penjaga gawang asal Bali. Kegemilangannya di bawah mistar pada musim 2014 ditutup dengan satu penyelematan di partai final. I Made kala itu berhasil menggagalkan tendangan penalti Nelson Alom. Penyelamatan itulah, yang membuka kans Persib juara.
Duet pemain belakang diisi oleh Achmad Jufriyanto dan Vladimir Vujovic. Atep dan juga bobotoh sering memanggil keduanya dengan nama panggilan yaitu Jupe dan Vlado.
Jupe dan Vlado adalah dua benteng yang tangguh kala Persib menjadi juara. Keduanya menjadi rekan Atep di Persib pertama kali ketika keduanya didatangkan pada tahun 2014. Tiga tahun kebersamaan mereka terukir. Jaminan rasa aman bagi para pemain depan ketika melakukan serangan adalah yang selalu diberikan Jupe dan Vlado.
Duel-duel udara adalah santapan empuk keduanya. Tak hanya untuk memutus serangan lawan, lewat duel udara keduanya juga beberapa kali bisa mencetak gol.
Vlado terbilang cukup produktif, 13 gol ia cetak di musim perdananya di Persib. Sedangkan cerita menarik dari Jupe adalah dia menjadi algojo terakhir di babak adu penalti pada partai final 2014. Ia sukses menjalankan tugas itu dan membawa Persib menang adu penalti dengan skor 5-3.
Selanjutnya untuk mengisi posisi bek sayap kanan ada nama Supardi Nasir. Supardi menjadi rekan Atep mulai dari musim 2012 hingga 2015. Sempat berpisah di tahun 2016 karena Supardi bermain di Sriwijaya, Atep dan Supardi kembali bermain bersama di tahun 2017 dan 2018.
Di posisi bek sayap kiri Atep memilih Mohammad Nasuha yang bukan dari class of 2014. Dia memang salah satu pemain terbaik yang pernah ada di Indonesia untuk posisi bek sayap kiri. Atep dan Nasuha pernah bekerja sama di Persib pada musim 2011 hingga 2013. Saat di Persib juga Nasuha bisa membela timnas Indonesia. Kariernya berakhir lebih dini karena cedera lutut yang tak kunjung pulih.
Untuk posisi sayap kanan, Atep memilih sosok Muhammad Ridwan. Ia adalah salah satu kunci sukses Persib ketika meraih gelar di tahun 2014. Mobilitasnya dalam menyisir pertahanan lawan dari sisi sayap kerap merepotkan bek-bek lawan. Selain memberikan assist, dia juga bisa menjadi salah satu pemecah kebuntuan tim ketika para penyerang atau pemain lain sulit untuk mencetak gol. Duetnya dengan Supardi jadi senjata utama Persib saat juara.
Berpindah ke posisi pemain tengah, Atep memilih Hariono dan Firman Utina untuk menjaga keseimbangan tim ketika menyerang dan bertahan, sedangkan gelandang untuk membantu penyerang utama mencetak gol adalah Makan Konate.
Hariono adalah gelandang pengangkut air terbaik yang dimiliki Persib. Bermain kalem dan tak banyak bicara itu adalah ciri khasnya dan karena sifat dinginnya itu dia ditakuti oleh lawannya. Atep dan Hariono telah bersama di Persib selama 10 tahun. Mas Har sendiri masih dipertahankan manajemen Persib sehingga akan menjadi satu-satunya pemain terlama di Persib.
Sementara itu, Firman Utina adalah seorang motor permainan yang jago memainkan tempo serta menyodorkan umpan-umpan terukur. Umpan terobosan khas milik Firman membuat Persib bisa menyusun serangan dari area yang lebih dalam. Salah satu gelandang serang terbaik Indonesia ini berstatus wakil kapten Persib pada 2014. Bahkan Firman lebih sering menjadi kapten tim karena Atep lebih sering turun sebagai pemain pengganti.
Untuk posisi di belakang penyerang utama, Makan Konate menjadi sosok yang sangat berarti bagi Atep. Kelincahan ketika menggiring bola, kekuatannya melepaskan tembakan, kepintarannya memberikan umpan untuk penyerang menjadi ciri khas dari pemain asal Mali tersebut. Konate adalah pemain yang memberikan umpan terukur pada Atep sebelum ia mencetak gol ke gawang Arema di babak semifinal ISL 2014.
Untuk mengisi posisi terakhir di depan, Atep memilih Sergio van Dijk. Ia adalah mesin gol Persib di musim 2013. Sama seperti Nasuha, Sergio bukan bagian dari class of 2014. Tapi bagi Atep, Sergio adalah predator di lini depan yang membuat Atep nyaman bermain di sayap kiri. Karenanya ia memilih Sergio dibanding Cristian Gonzales yang juga menurutnya salah satu penyerang terbaik Persib yang pernah bermain bersamanya.
Komentar