Oleh: Andreas Parningotan Situmorang*
Tepat satu tahun yang lalu, seorang teman yang merupakan fans Manchester United meledek saya soal Philippe Coutinho yang mendekati pintu keluar dari Liverpool. “Gak bakal keluar, paling gak sampai Piala Dunia berakhir,” kataku ketika itu, mengingat sangat jarang transfer musim dingin berakhir dengan sukses. Apalagi Piala Dunia 2018 sudah menunggu dan tidak mudah untuk beradaptasi di tim yang baru dibarengi banderol transfer tinggi yang secara tidak langsung pasti membebani permain tersebut.
Sebagai seorang fans, sudah pasti saya menaruh kesal tak terhingga pada FC Barcelona. Tidak cukup Javier Mascherano dan Luis Suarez, kali ini giliran Coutinho yang digoda untuk pindah ke sana. Coutinho diproyeksikan menjadi pengganti Andres Iniesta, sang legenda yang hengkang di akhir musim.
Bak gayung bersambut, Coutinho membuka diri akan kepindahan ke Barcelona. Benar apa kata Steven Gerrard, pemain Amerika Latin mimpinya adalah sama, yaitu bermain di salah satu klub besar di dunia, antara Real Madrid dan Barcelona.
Coutinho tanpa terkecuali. Kita tidak akan lupa sikap indisipliner Coutinho ketika pura-pura cedera setelah Liverpool menolak penjualannya pada Agustus. Coutinho baru kembali ke lapangan di pertengahan September ketika Liverpool berhadapan dengan Sevilla di Liga Champions. Dia masuk menggantikan Emre Can pada menit ke-75. Satu bulan lamanya Liverpool kehilangan sosok Coutinho di awal musim.
Seminggu kemudian Coutinho mencetak gol pertamanya di musim 2017/18 lewat sebuah tendangan bebas akurat ke gawang Leicester City. Coutinho berlari ke pinggir lapangan, mengangkat tangannya, pandangannya tajam ke arah suporter Liverpool yang bersorak kegirangan. Emosinya tidak dapat terbendung lagi. Seakan-akan dia terjebak di antara cinta fans Liverpool kepadanya, sedangkan cintanya justru menuju ke Barcelona. Liverpool menang 3-2 kala itu, kemenangan di kandang juara Premier League 2015/16.
Pada awal Desember, menghadapi Spartak Moskwa dalam lanjutan Liga Champions, Coutinho untuk pertama kalinya mengemban tugas sebagai kapten Liverpool. Tak tanggung-tanggung, tiga gol dibuatnya alias hattrick. Liverpool menang 7-0. Coutinho tampaknya telah kembali dan sudah move on dari kegagalan transfernya. Total selama setengah musim itu, Coutinho tampil sebanyak 20 kali, dengan 12 gol dan 9 asis, menunjukkan keseriusannya membela The Reds.
Namun ternyata, mimpi Coutinho untuk gabung Barcelona tidak dapat dibendung. Pada 6 Januari 2018, Liverpool melalui sang manajer, Juergen Klopp, mengucapkan selamat tinggal kepada Coutinho. Banderol 142 juta paun (sekitar Rp 2,58 triliun) menjadi bukti akan kehebatan sang pemain. Klopp sendiri berkata kalau penjualan Coutinho bukanlah hal yang sulit. Sang pemain tidak lagi berkomitmen untuk mengakhiri musim dengan Liverpool. Coutinho sendiri terang-terangan berkata kepada teman setimnya kalau Barcelona adalah tim impiannya sejak kecil. Hati dan pikirannya sudah tertuju ke sana. Ini menjadi akhir dari drama transfer Coutinho ke Barcelona. Setelah tiga penolakan transfer yang diajukan Barcelona di bulan Agustus, Liverpool tak kuasa lagi menahan Si Penyihir Kecil.
Hidup terus berjalan. Liverpool menggunakan uang penjualan Coutinho untuk membeli seorang Virgil van Dijk, pemain yang juga sudah diidamkan Klopp sejak bulan Agustus. Mereka kemudian membuktikan bahwa tidak ada seorang pemain pun yang lebih besar dari klub itu sendiri. Liverpool lewat trio Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Roberto Firmino, stabil di empat besar Liga Primer Inggris, bahkan melaju ke final Liga Champions.
Coutinho mulai menikmati hidupnya di Barcelona. Tiga trofi ia dapatkan, mulai dari La Liga, Copa del Rey, sampai Supercopa de Espana. Dia tampil gemilang di Piala Dunia, walaupun performanya tidak mampu menghadirkan trofi keenam bagi Brasil. Liverpool dan Coutinho masing-masing tampak baik-baik saja.
Namun semuanya dimulai di musim ini. Kedatangan Arturo Vidal dan Arthur mengurangi jam terbang Si Penyihir Kecil. Musim ini dia memang telah memainkan 24 pertandingan. Namun sebagian besarnya justru dimulai dari bangku cadangan. Jarang sekali kita melihat dribel andalan dan trik sihir sepakbola seperti yang diperlihatkannya di Liverpool dahulu. Coutinho Si Penyihir Kecil mulai kehilangan trik sihirnya.
Di sisi lain, Liverpool justru makin menunjukkan status sebagai salah satu tim terkuat di Benua Biru saat ini. Mereka tampak akan mengakhiri penantian panjang akan gelar Premier League. Belakangan diketahui bahwa uang penjualan Coutinho digunakan The Reds untuk mendatangkan satu nama besar lagi ke Anfield, yaitu kolega Coutinho sendiri di timnas Brasil, Alisson Becker. Bersama Van Dijk, keduanya menjadikan Liverpool sebagai tim paling sedikit kebobolan di Premier League, hanya 10 gol dari 21 pertandingan.
Bagaimana dengan Coutinho? Situasi makin rumit baginya. Barcelona dikabarkan akan kedatangan Adrien Rabiot si gelandang muda berbakat dari PSG. Belum lagi rumor kedatangan wonderkid asal Belanda, Frenkie De Jong. Bahkan terakhir ketika mendapatkan kesempatan menjadi starter menghadapi Levante pada lanjutan Copa del Rey, Coutinho tampak tidak senang dengan situasinya. Satu gol dilesakkan melalui titik penalti, tapi tidak dapat menghindarkan Barcelona dari kekalahan 1-2. Para fans yang tidak senang akan performanya mulai angkat bicara. Coutinho berada di persimpangan jalan.
Maka benarlah kekhawatiran saya akan kegagalan transfer musim dingin. Satu tahun berlalu hal itu dibuktikan oleh Coutinho sendiri. Ucapan Jurgen Klopp ketika mencoba untuk mempertahankan Coutinho justru lebih menarik lagi.
“Pergi ke klub lain, ke Barcelona, Bayern Muenchen, ataupun Real Madrid, hanya akan membuatmu menjadi pemain lain. Di Liverpool Anda bisa menjadi sesuatu yang lebih. Bertahan di sini (Liverpool) dan mereka akan membuatkanmu patung untuk menghormatimu,” kata Klopp.
Coutinho galau. Dia terlanjur menolak cinta yang diberikan Liverpool, dan lebih memikirkan klub lain yang bahkan telah berpikir untuk mendatangkan pemain lain. Menarik untuk disimak kelanjutan karier Coutinho. Rumornya yang beredar bahwa Manchester United dikabarkan siap menyelamatkan karier sang pemain. Ada pihak keempat yang siap mengganggu hubungan cinta segitiga seorang Philippe Coutinho.
*Penulis adalah seorang pendukung Liverpool sejak bangku Sekolah Dasar. Berasal dari Pematangsiantar, Sumatera Utara. Saat ini berkuliah di Universitas Brawijaya Malang Jurusan Teknik Elektro. Bisa dihubungi lewat akun Instagram @andreasitumorang_
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar