Oleh: Roby Rahutomo*
Ballon d’Or adalah penghargaan prestisius bagi setiap insan sepakbola. Selain ingin mendapatkan penghasilan tinggi, para pesepakbola juga tentu mendambakan trofi tersebut menghiasi lemari pencapaiannya.
Dalam satu dekade terakhir Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo menghiasi daftar penghargaan tersebut, sebelum Luka Modric menghentikan hegemoni keduanya. Selain penghargaan pribadi, ada pula daftar pemain terbaik di setiap posisi. Nama-nama seperti Neymar Jr., Sergio Ramos, dan Gianluigi Buffon pernah masuk di dalamnya.
Tapi pernahkah Anda membayangkan para mendiang musisi legendaris dunia menghiasi sebelas pemain terbaik sesuai posisi dan karakter mereka? Berikut saya rangkum ke dalam “Mendiang Musisi Terbaik Lapangan Hijau” dengan formasi 4-2-1-3.
Kiper: Jimi Hendrix
Pada 18 Juni 1967, fotografer Ed Caraeff sedang leyeh-leyeh di sebuah kursi, di depan panggung Monterey Festival. Di atas pentas, band bernama The Jimi Hendrix Experience sedang melakukan debut panggung. Hingga kemudian Hendrix, gitaris merangkap vokalis band, menyiramkan butane ke atas gitar dan menyulut api.
Caraeff yang kala itu masih berumur 17 tahun langsung gerak cepat. Klik, klik, klik, beberapa foto ia ambil dengan cepat. Setelah dicetak, baru gambar itu terlihat. Hendrix menggunakan celana merah, gaun ruffled lengan panjang, rompi hitam, duduk bersimpuh dengan tangan berdoa.
Foto tersebut kemudian tampil sebagai gambar sampul majalah Rolling Stone dan menjadi salah satu foto paling penting, sekaligus paling ikonik dalam sejarah rock n’ roll.
Johnny Allen Hendriks atau Jimi Hendrix lahir di King Country Hospital, Seattle, Washington pada 27 November 1942. Ia merupakan putra sulung pasangan Alex Hendricks seorang Afro-Amerika-Meksiko dan Lucille seorang Indian Cherokee.
Rock n’ Roll Hall of Fame menyebut bahwa Hendrix adalah ínstrumentalis terbaik dalam sejarah musik rock. Sebagai gitaris, Hendrix dikenal dengan teknik bermain di luar pakem. Salah satunya adalah menekan senar keenam dengan ibu jari, seperti yang ia lakukan di intro Little Wing.
Modal dasar seorang kiper umumnya adalah kecepatan tangan, intuisi membaca arah bola, pengambilan keputusan dan refleks yang baik. Tidak berlebihan kalau sosok Hendrix memiliki semua itu. Dia ibarat representasi dari sosok kiper tradisional dalam diri Peter Schemeichel ataupun Manuel Neuer yang bisa bermain seperti outfield player.
Bek Tengah: John Lennon
Jika mendengar nama John Lennon, pasti kita akan langsung mengaitkannya dengan grup band yang tenar di era 1960-an hingga 1970-an, The Beatles. John terlahir sebagai penyanyi, pencipta lagu, instrumentalis, penulis, dan aktivis politik.
Selain karyanya dengan Beatles yang melegenda, sosok John adalah seorang pemberontak dengan selera humor yang sinis. Ia kerap menggunakan kepopulerannya untuk kegiatannya sebagai aktivis perdamaian, seniman, dan penulis.
John juga memiliki kepribadian yang humanis, dia sosok yang perhatian dengan keluarga. Saat senggang waktunya selalu dihabiskan dengan Yoko Ono istrinya dan Sean buah hatinya.
Panutan, memberi rasa aman, tenang, sekaligus lugas, menjadikan John layak mendapat slot bek tengah, di mana karakter itu mengingatkan kita kepada Franz Beckenbauer, bek legendaris timnas Jerman dan Bayern Munchen.
Bek Tengah: Chester Bennington
Chester Bennington lahir di Phoenix, Arizona. Ayahnya adalah detektif di kepolisian, sementara ibunya adalah perawat. Saat remaja, kedua orang tua Chester bercerai. Chester yang dulunya adalah sosok pendiam menjadi terjerumus dalam dunia gelap. Konsumsi alkohol dan narkotika menjadi pelariannya. Bahkan Chester mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual.
Tak ingin terus terpuruk, Chester mencoba bangkit. Dengan menekuni dunia musik ia menjadi salah satu penggawa Linkin Park dan menjadi vokalis utama selain Mike Shinoda. Chester yang banyak merasakan kepedihan pada masa remaja, bertransformasi positif menjadi pribadi yang kuat dan pekerja keras.
Paradoks berbeda dari palang pintu pertama, seorang Chester Bennington merupakan pria tanpa kompromi, powerful, dan “perusak”. Ia akan menjadi duet yang ideal bagi John Lennon di jantung pertahanan. Dia akan selalu menghantui para striker lawan kemanapun mereka berada.
Bek Kanan: Tupac Shakur
Pengaruh musik Tupac Shakur tak bisa dihentikan oleh batu nisan sekalipun. Ia memang tak lagi menghasilkan karya baru sejak lima tahun sebelum kematiannya. Tapi pemberian bintang Rock n’ Roll Hall of Fame menjadi representasi tersendiri bagi karya-karya yang pernah ditelurkan mendiang.
Hall of Fame mendeskripsikannya sebagai “simbol perlawanan internasional dan semangat di luar hukum, sebuah kontradiksi yang tak terelakkan, sesosok rapper anti-hero yang jelas”.
“Bagi siapapun yang serius soal belajar hip hop, ada beberapa orang yang musiknya harus diperhatikan, dan Tupac adalah salah satu dari orang itu,” kata Todd Boyd, Professor Studi Sinema dan Media di University of Souther California.
Menurutnya, siapa pun tidak bisa mengklaim mereka punya cukup pengetahuan soal hip-hop, jika tak mendengar atau bahkan tak tahu Shakur. Mendengarkan lagunya menghasilkan perasaan khusus.
“Dia punya pengaruh emosional yang kuat, yang menurut saya bicara soal fakta bahwa, ini adalah seorang yang, dalam pikiran saya, mungkin akan lebih baik jadi aktor ketimbang seorang rapper,” kata Boyd.
Dimensi ruang berbeda, irama rap yang cepat, sekaligus identitas diri. Aspek ini yang menggoda saya untuk menempatkan Tupac mengisi bek kanan. Dia akan dinamis naik dan turun tanpa kenal lelah dalam menyisir sisi luar lapangan, yang lalu mengingatkan saya kepada seorang Marcos Evangelista de Morais atau yang lebih dikenal dengan Cafu.
Bek Kiri: Michael Jackson
King of Pop merupakan julukan Michael Joseph Jackson yang lahir di Gary, Indiana, Amerika Serikat, dari pasangan Joseph Walter dan Katherine Ester. Ia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara.
Jackson atau biasa dipanggil dengan sebutan Jacko meluncurkan album “Thriller” pada 1982, yang menjadi album mengejutkan karena tujuh lagunya berhasil menduduki sepuluh lagu terpopuler di AS. Album ini terjual 21 juta kopi di AS dan sekurang-kurangnya 27 juta di seluruh dunia.
Penyanyi yang memopulerkan gaya moon walk di lagu Billie Jean ini juga pernah membentuk grup Jackson 5. Jackson adalah sosok penghibur dunia di mana pada 1984 ia berhasil menggondol delapan penghargaan Grammy atas kesuksesan album Thriller. Pada akhir 1980-an Jacko dinobatkan sebagai Artist of The Decade.
Membayangkan Moon walk, gerakan ikonik dari seorang superstar pop dunia, diejawantahkan, diperankan, dieksploitasi dengan magis, guna menjaga keseimbangan tim dalam menjaga garis pertahanan juga menghadirkan efek kejut dalam sebuah counter attack kilat.
Gelandang Bertahan: Kurt Cobain
Kurt Cobain dikenal sebagai ikon Nirvana. Orang tua Cobain bercerai saat ia berumur delapan tahun. Kurt menjadi seorang pemurung dan cenderung menutup diri. Ia menulis di tembok kamarnya “I hate mom”, “I hate dad”, “Dad hates Mom”, “mom hate dad”, “it simply makes you want to be sad”.
Bermula sejak itu Kurt tidak betah berada di rumah dan sering keluyuran. Talenta musiknya sudah terasah sejak kecil. Saat usinya menginjak 14 tahun ia dibelikan gitar oleh pamannya sebagai kado ulang tahunnya.
Kegilaan Kurt dengan musik sampai membuatnya keluar dari sekolah dan diusir ibunya dari rumah. Tidur di kolong jembatan, kelaparan, hingga mencari makan dengan memancing ikan di sungai, adalah keseharian Kurt untuk bertahan hidup. Suatu hari Kurt menceritakan kepedihannya ini dengan lagu populernya Something In The Way.
Kurt memiliki sifat pendiam, sulit berkomunikasi, menutup diri, sehingga ia sulit untuk menemukan partner band. Ia baru menemukan partner setelah bertemu Cris Novoselic. Bersama Cris, ia mencari partner lain dan pada akhirnya bertemu Dave Grohl.
Mereka bertiga adalah pemusik idealis yang tidak menghiraukan aliran musik, pakem pembuatan lirik, atau aransemen musik. Mereka hanya mengalir bebas seperti kata hati nuraninya. Lagu-lagunya banyak bercerita tentang pemberontakan dan kepedihan hidup.
Pemalu, idealis, senyap, tanpa kata, seperti halnya N’Golo Kante, gelandang Chelsea dan Perancis. Itu adalah filter pertama, blok pertama, counter pertama, dan sekaligus juga sanggup menjadi pengumpan pertama. Cobain seorang yang original, saya pikir Cobain memiliki potensi seperti N’Golo Kante. Dia cenderung menutup diri, gaya bicaranya hanya dengan menghadirkan karya nyata, tapi karyanya akan selalu dikenang sepanjang waktu terutama bagi orang-orang idealis seperti dirinya.
Gelandang Tengah: Frank Sinatra
Siapa saja yang pernah melihat lelaki berjuluk O’l Blue Eyes ini, akan sadar bahwa Sinatra adalah salah satu laki-laki paling stylish di layar perak Hollywood. Lahir di Hoboken, New Jersey, sebagai imigran Italia, Sinatra memulai karier musiknya di era swing dengan Harry James dan Tommy Dorsey.
Ketika berusia 50 tahun pada 1965, ia merekam album yang memenangkan Grammy Award Best Album of The Year. Lagu-lagu Strangers in the Night, My Way, New York New York, dan Love and Marriage, adalah katalog besar peninggalan Sinatra, yang meledak di pasaran pada 1960-an. Dia juga merekam Something Stupid dengan putrinya Nancy. Sinatra bersinar tidak hanya lewat tarik suara, tapi juga piawai dalam seni peran.
Seperti halnya Andrea Pirlo, Frank Sinatra akan memainkan peran ini dengan sama baiknya. Seorang metronom, komposer, melodi yang dimainkannya akan selalu pas, dia tahu betul kapan harus melepas umpan atau “intim” sejenak dengan si kulit bundar. Dia pun bisa melihat semua sudut lapangan dengan sama baiknya. Dia akan memanjakan rekannya dengan umpannya yang terukur, dia tak perlu banyak berlari, tapi seolah-olah ada di mana-mana.
Gelandang Serang: Robert Nesta Marley (Bob Marley)
Dua dekade setelah ia meninggal, imensitas (kebesaran) Bob Marley menempatkannya menjadi satu di antara figur-figur transenden terbesar sepanjang abad. Riak-riak yang dilakukannya menyeberang dari kanal sungai musiknya ke dalam samudra politik, gaya filsafat, etika serta agama (Rastafaria).
Bob Marley berbicara tentang represi politik, wawasan metafisik dan artistik, kesejahteraan dan apa saja yang mengusiknya. No Woman No Cry masih akan terus menghapus air mata seorang perempuan. Redemption Song terus akan menjadi tangisan emansipasi untuk melawan segala tirani. Atau One Love seperti enggan untuk lepas dari persepsi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan di dunia yang melampaui batas-batas, melampaui setiap kepercayaan, di mana di dalamnya terkandung nilai untuk semua orang dan diajak untuk terus sadar dan mempelajarinya.
Seorang multitafsir yang sanggup menyusuri setiap jengkal lapangan dengan segala keanggunan yang hanya bisa dikalahkan oleh para atlet ice skating, seorang malaikat pencabut nyawa di sepertiga akhir garis pertahanan lawan, seorang konduktor yang tidak pernah gagal menemukan lampu sorot stadion dimanapun dia berada, adalah kosakasa tepat dalam menggambarkan Bob Marley kala sedang memainkan si kulit bundar.
Penyerang Kanan: Elvis Presley
All Shook Up, (Let me be your) Teddy Bear, dan I Need Your Love Tonight, adalah beberapa lagu hits di album pertama seorang Elvis Aron Presley atau lebih kita kenal Elvis Presley. Ia yang karena kepiawaiannya dalam membawakan lagu bergenre Rock sepanjang pertengahan 1950 hingga kematiannya membuatnya dijuluki King of Rock n’ Roll.
Selain sisi musikalitasnya, Elvis juga dikaruniai aspek entertain dalam dirinya. Gaya dan fashionnya begitu digemari pada eranya, hingga ia menjadi salah satu ikon trendsetter dunia. Elvis juga pernah menerima penghargaan Lifetime Achievement Award di usia relatih muda yaitu pada saat dirinya berusia 36 tahun.
Ia pun disebut-sebut sebagai salah satu penyanyi terpopuler sepanjang masa, namanya akan terus dikenang sebagai salah satu entertainer paling berpengaruh sepanjang sejarah.
Memiliki pemain ini dalam tim sungguh menyenangkan hati pemilik. Jersey dengan namanya akan banyak diburu fans. Dia seolah memiliki magnet bagi para paparazzi, seorang atlet sekaligus entertain sejati.
Penyerang kiri: David Bowie
David Bowie merupakan ciptaannya sendiri, karya seninya sendiri. “Keseluruhan karier profesionalnya adalah mitos, legenda, dan penemuan,” kata Dylan Jones.
Bowie akan fasih memainkan gerakan Cruyff Turn. Bowie tidak akan membatasi dirinya untuk selalu melakukan gegenpressing. Bowie akan memperagakan catenaccio atau total football sekalipun dengan sama baiknya.
Penyerang Tengah: Freddie Mercury
Flamboyan nan legendaris yang dikenal sebagai penyanyi, penulis lagu dan produser rekaman serta seorang paling lekat dengan grup band Queen, ya benar dia Freddie Mercury.
Lesley-Ann Jones, penulis biografi sang legenda berujar, “Mercury adalah seorang pekerja keras yang dipenuhi cinta, pria yang sangat sopan dan sangat menghormati. Untuk ukuran seorang penampil flamboyan, anehnya dia cukup pemalu. Dia sangat lembut dan baik, tetapi juga bisa mendadak menjadi seorang pemberang dan jahat.”
“Freddie sering tiba-tiba berbicara bagaimana popularitas merusak kehidupannya, seringkali pula dia hanya menginginkan anonimitas dan kenormalan.”
Semasa hidupnya, Freddie dikenal sebagai sosok flamboyan dengan aksi panggung mempesona. Ia selalu menjadi dirinya sendiri dan selalu total dalam berkarya. Bohemian Rhapsody adalah salah satu karya fenomenal nan agung, yang sebagian besar liriknya ditulis oleh Freddie. Pun dengan We Are The Champoins, sebuah karya kekal dari seorang oportunis Freddie Mercury.
Gerd Muller adalah jaminan terjadinya gol. Tubuhnya mungil sekaligus gempal tapi kaki dan kepala sama tajamnya, oportinis sejati. Gambaran itu sanggup dipikul oleh Freddie, dia pun oportunis. Tanpa bermaksud mengecilkan Queen, Freddie Mercury adalah Queen. Freddie sosok flamboyan yang sanggup memberikan dimensi berbeda dari situasi yang ada. Ia adalah seorang pemenang yang selalu total memberikan hiburan tanpa menghilangkan originalitas dirinya sendiri.
***
Adakah nahkoda yang tepat untuk menjadi sosok pelatih buat nama-nama di atas? Apakah Anda dapat membantu saya?
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar