Peminjaman pemain hal yang lumrah di sepakbola. Di Indonesia pun praktik peminjaman pemain bukan hal tabu. Tapi untuk peminjaman Jaimerson Da Silva dan Alberto "Beto" Goncalves dari Madura United ke Persija Jakarta, ada hal yang tidak wajar.
Tanggal 24 Januari 2019, Persija Jakarta menyurati Madura United perihal keinginan sang juara Liga 1 2018 tersebut meminjam pemain. Macan Kemayoran menyebut bahwa mereka ingin meminjam Jaimerson Da Silva dan Zah Rahan Krangar. Kedua pemain ini bisa menjadi amunisi tambahan untuk Persija di babak penyisihan Liga Champions Asia 2019.
Sehubungan dengan Liga 1 2019 yang baru dimulai pada awal Mei, Persija memang tidak bisa mendaftarkan pemain asing barunya, yang kesemuanya belum pernah main di Indonesia, serta Ryuji Utomo yang direkrut dari kesebelasan Thailand. Karena bursa transfer baru bisa dibuka paling cepat 84 hari sebelum liga dimulai (untuk Liga 1 2019 dibuka 15 Februari), International Transfer Certificate (ITC) empat pemain baru Persija tersebut belum keluar. Keempatnya dipastikan tidak bisa membela Persija pada pertandingan Liga Champions Asia melawan Home United pada 5 Februari mendatang.
Tidak seperti perekrutan dari luar negeri, perekrutan pemain dalam negeri tidak membutuhkan ITC. Karena itulah Persija berusaha "mendapatkan" pemain dari kesebelasan Indonesia lain agar bisa dimainkan melawan Home United. Setelah merekrut Rishadi Fauzi dengan kontrak jangka pendek, Jaimerson dan Zah Rahan adalah incaran Persija untuk menjaga kualitas tim kala menghadapi Home United.
Madura United menyambut baik permintaan Persija. Tapi mereka enggan meminjamkan Zah Rahan. Sebagai gantinya, Madura United menyodorkan Beto. Menariknya, meski berstatus pinjaman, Jaimerson dan Beto nyatanya tetap punya kewajiban membela Madura United.
"Kepentingan Indonesia kita dahulukan di atas kepentingan kelompok. Persija wakil Indonesia, harus kita support," kata Manajer Madura United, Haruna Soemitro, pada pewarta. "Tapi mereka tidak digunakan untuk pertandingan domestik, turnamen-turnamen pra-musim, yang ada di Indonesia. Ini semata-mata untuk kepentingan event internasional. Saya sudah hitung, tidak akan mungkin ada benturan jadwal. Kalau misal ternyata ada bentrok, kepentingan Madura akan didahulukan."
Di sini lah letak ketidakwajaran tersebut. Dalam regulasi FIFA soal transfer dan status pemain memang disebutkan kedua belah pihak boleh menyertakan kesepakatan-kesepakatan tertentu. Tapi masih dalam regulasi tersebut, pada Pasal 10 ayat 2, disebutkan bahwa "...periode minimal peminjaman adalah waktu antara dua periode pendaftaran."
Berdasarkan paragraf tersebut, yang juga ada dalam regulasi PSSI, regulasi ini bisa dimaknai bahwa peminjaman pemain sejatinya hanya boleh, minimal, berdurasi pada setengah musim pertama atau setengah musim terakhir, selain satu musim penuh. Karena di federasi lain pun, federasi sepakbola Inggris misalnya, durasi minimal peminjaman pemain adalah setengah musim kompetisi.
Regulasi EFL tentang durasi peminjaman pemain
Jaimerson dan Beto akan dimaksimalkan Persija hanya pada pertandingan melawan Home United (5 Februari), pertandingan melawan Newcastle Jets pada 12 Februari mendatang serta Kashima Antlers pada 19 Februari (dengan catatan Persija terus menang). Melawan Kashima sebenarnya Persija bisa memainkan keempat pemain barunya karena bursa transfer Liga 1 sudah dibuka (meski pendaftaran pemain di Liga Champions Asia wajib dilakukan 7 hari sebelum pertandingan).
Jika kalah, Persija akan terlempar ke AFC Cup dan Persija sudah bisa mendaftarkan pemainnya karena pertandingan pertama baru akan digelar April mendatang. Begitu pun jika Persija lolos ke fase grup Liga Champions yang dimulai sejak Maret, pendaftaran pemain akan kembali dibuka di mana bursa transfer Indonesia pun sudah dibuka.
Dengan Madura United yang masih bisa menggunakan pemainnya meskipun sedang dipinjamkan ke Persija, ini artinya durasi peminjaman Jaimerson dan Beto hanya untuk pertandingan babak penyisihan Liga Champions Asia saja. Dalam kesepakatan yang diutarakan oleh Haruna juga disebutkan bahwa Persija boleh memainkan Jaimerson dan Beto khusus untuk pertandingan internasional dan "kepentingan Madura akan didahulukan".
Pemandangan seperti ini bukannya tak ada di Indonesia. Di tim amatir yang saya latih misalnya, ada pemain yang juga bermain di kesebelasan lain, mengikuti kompetisi berbeda. Atau ada juga pemain amatir lain yang bermain di banyak kesebelasan untuk mengikuti kompetisi berbeda. Tapi ini kan level sepakbola amatir dan kebetulan tidak ada regulasi yang mengikatnya. Masa Persija dan Madura United yang mengaku profesional memperlakukan pemainnya seperti pemain amatir?
Tapi sebenarnya Persija dan Madura United pun tidak akan melakukan hal seperti ini jika dari PSSI mengatur jadwal liga sesuai kalender AFC. Penyebab Persija tidak bisa mendaftarkan pemain baru dari luar negeri memang dipengaruhi keputusan PSSI yang memutuskan Liga 1 2019 baru dimulai awal Mei dengan alasan adanya Pemilihan Presiden.
Lagipula, bukan hanya Persija dan Madura United, kesebelasan Liga 1 lain pun saat ini memperlakukan pemainnya seperti pemain tarkam alias amatir. Piala Indonesia yang dimulai sejak 2018 kini diisi oleh kesebelasan-kesebelasan yang mencoba pemain-pemain baru di babak 32 besar. Uniknya lagi babak 16 besar akan ditunda karena akan berlangsungnya Piala Presiden 2019.
Perlu diketahui, Piala Presiden merupakan turnamen pra-musim yang disikapi secara serius oleh kesebelasan-kesebelasan Indonesia. Kalau pemain (khususnya asing) atau pelatih menunjukkan performa yang tidak sesuai harapan manajemen selama Piala Presiden, bukan hal mustahil mereka akan didepak sebelum liga dimulai. Ini artinya kesebelasan tersebut bisa berganti pemain lagi ketika liga yang sebenarnya dimulai.
Ketidakwajaran di sepakbola memang banyak terjadi di sepakbola Indonesia. Kebetulan atau tidak, ketidakwajaran tersebut selalu ada kaitannya dengan PSSI.
Komentar