“Gary adalah bek kanan terbaik Inggris di generasinya. Dia adalah contoh bagi anak-anak muda manapun. Pekerja keras, setia dan cerdas adalah tiga sifat yang ada dalam diri seorang Gary.”
Itulah ungkapan seorang Sir Alex Ferguson ketika ditanya mengenai sosok seorang Gary Alexander Neville.
“Ketika seorang penggemar United lahir dan besar, kariernya yang fantastis di Old Trafford akan selalu mendapat tempat dalam kasih sayang para pendukung klub di mana-mana," sambung Ferguson.
Selama berkarier di Old Traffrod, Gary telah memberikan banyak gelar. Delapan gelar liga Inggris, tiga gelar Piala FA, dua gelar Piala Liga dua gelar Liga Champions, satu gelar intercontinental dan satu gelar Piala Dunia Antarklub, sebuah raihan yang akan sangat sulit diraih oleh seorang pemain Man United di era sekarang.
Datang ke United di usia 18 tahun, Gary termasuk di jajaran generasi emas "Kelas 92’" bersama David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, Phil Neville dan Nicky Butt.
Hanya butuh tiga tahun untuk seorang Gary muda menjadi pilihan di skuat utama mengisi sisi sayap kanan pertahanan Man United. Tahun 1995 ia menggeser Paul Parker untuk mendapat jatah permanen bermain untuk ‘Setan Merah’ dan menjadi salah satu pemain kunci Sir Alex Ferguson di musim tersebut.
Ketika masih aktif bermain, Gary adalah seorang bek sayap yang memiliki kemampuan olah bola yang biasa saja tapi rajin membantu serangan dan tak lambat turun kembali untuk bertahan. Gary juga dikenal sebagai pemain bertahan yang sering kali melakukan tekel-tekel keras. Seorang pemain yang memiliki karakter keras dan mudah untuk terpancing emosi ketika ada pemain lawan yang macam-macam ketika menghadapi Man United.
Gary pemimpin yang baik di dalam tim. Pemain kelahiran Bury ini ditunjuk sebagai kapten klub selama lima tahun dan menjadi mentor bagi banyak pemain muda United. Neville telah menjadi simbol utama United modern.
Semua pemain muda sering meminta nasehatnya tentang banyak hal, terutama dalam masalah kontrak. Sebagai anak muda dia memiliki kemauan dan tekad untuk berhasil sebagai pemain bola dan karakter itu tetap bersamanya sepanjang kariernya. Itulah warisan yang ditinggalkannya pada setiap pemain muda di Manchester United ketika ia memutuskan pensiun pada tahun 2011.
Dampaknya pada klub secara umum sangat besar; kehadirannya di ruang ganti dan kualitas kepemimpinan telah menjadi aset bagi Sir Alex Ferguson.
Si Pembenci Rival
Gary tak ragu untuk mengatakan bahwa ia adalah seorang pembenci Liverpool. Karena kebenciannya itu, ketika Gary masih bermain, sebuat chant khusus dibuatkan para suporter Man United untuk dirinya.
Gary Nevile Is a Red, Is a Red, Is a Red
Gary Neville Is A Red, He Hates Scousers
“Ketika saya muda, tidak ada keraguan itu (membenci Liverpool). Saya adalah penggemar Man United. Mereka (Liverpool) bisa memenangkan segalanya. Tetapi itu hanya terjadi di tahun 70 dan 80an. Bukan sekarang,” tutur Gary ketika ditanya tentang kebenciannya kepada Liverpool.
Gary melanjutkan bahwa kebencian dan kecemburuan itu adalah gairahnya selama membela Man United. Ia tidak ingin Liverpool memenangkan apapun.
Setiap pertandingan menghadapi Liverpool, ia bisa dibilang menjadi pemain yang paling bersemangat. Saking semangatnya dan bencinya kepada Liverpool, ia pernah di denda sebanyak lima ribu paun karena perayaan golnya yang memprovokasi para pendukung Liverpool pada tahun 2006.
Sang kakak, Phil Neville, juga pernah menjadi seseorang yang ia benci ketika di lapangan. Phil tak bermain untuk Liverpool, melainkan berseragam Everton yang juga berasal dari kota Liverpool. Gary sempat tak mau menjabat tangan sang adik ketika Phil ditunjuk sebagai kapten Everton.
Manchester City juga tak lepas dari kebencian seorang Gary. Ia mengatakan bahwa Man City adalah pemboros terbesar dalam sepakbola Inggris. City adalah tetangga berisik bagi dirinya. Bahkan kini ia lebih membenci City ketimbang Liverpool.
“Saya lebih menghormati Liverpool karena tradisi dan sejarah mereka, dari pada sebuah klub yang datang untuk membuat sejarah dalam beberapa tahun terakhir dengan melemparkan uang,” Komentarnya mengenai Man City.
Bentuk kebencian Gary kepada Man City yang paling diingat adalah ketika ia menolak untuk berjabat tangan dengan kiper City ketika itu, Peter Schmeichel. Padahal Peter adalah mantan rekan setimnya di United yang juga pernah lama berseragam United.
Komentar