Siasat Jitu Allegri Hadapi Taktik Defensif Simeone

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 27444

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Siasat Jitu Allegri Hadapi Taktik Defensif Simeone

Juventus berhasil lolos ke babak perempat final Liga Champions 2018/19 meski pada leg pertama kalah 0-2 dari Atletico Madrid. Pada leg kedua yang digelar Rabu (13/3) dini hari WIB, tanpa diduga Juve mampu melibas Atleti di Allianz Stadium dengan skor 3-0. Tiga gol Juve diborong oleh seorang Cristiano Ronaldo. Juve lolos dengan agregat 3-2.

Meski Ronaldo jadi pahlawan Juve, tapi apresiasi lebih patut diberikan pada pelatih Juve, Massimilliano Allegri. Eks pelatih AC Milan ini memilih taktik dan strategi tepat sehingga strategi Atleti yang diusung Diego Simeone mampu dipatahkan dan Juve berhasil mencetak tiga gol tanpa sekalipun kebobolan.

Mengirim Umpan Silang Lebih Banyak

Atleti turun dengan pola dasar 4-4-2 seperti pada leg pertama. Pergantian susunan pemain terjadi karena Thomas Partey dan Diego Costa akumulasi kartu sementara Filipe Luis mengalami cedera. Sebagai gantinya Thomas Lemar, Santiago Arias, dan Alvaro Morata bermain sejak menit pertama.

Juventus juga menggunakan pola dasar 4-3-3 sama seperti pada leg pertama. Akan tetapi Alex Sandro tidak bisa tampil lantaran akumulasi kartu. Leonardo Spinazzola mengisi tempatnya. Mattia De Sciglio pun absen karena cedera, Allegri memasang Joao Cancelo sejak menit pertama.

Selain itu, Allegri mengubah susunan pemain lain. Emre Can menggantikan Rodrigo Bentancur sementara Federico Bernardeschi menggantikan Paulo Dybala yang diandalkan sejak menit pertama pada leg pertama. Inilah yang memberikan perubahan pada permainan Juve di leg kedua.

Menghadapi compact defense Atleti yang memasang garis pertahanan rendah dengan mengandalkan dua lini (per lini empat pemain) di sepertiga pertahanan, Juve tetap membentuk pola 3-1-4-2 saat menguasai bola seperti leg pertama. Bernardeschi (di leg pertama Dybala) akan menempati area di antara bek tengah dan bek kiri lawan (half-space) bersama Blaise Matuidi. Ronaldo yang saat tak menguasai bola bermain sebagai winger kiri menemani Mario Mandzukic di kotak penalti ketika Juve menyerang. Merapatnya para pemain sayap ke area tengah ini dibarengi kedua full-back yang naik bahkan bisa sejajar dengan dua penyerang terdepan.

Pada laga ini kedua full-back Juve yang diisi Spinazzola dan Cancelo cukup leluasa membantu serangan karena Atleti bermain lebih defensif. Atleti mengandalkan serangan balik hanya via pemain terdepan dan gelandang. Tidak seperti pada leg pertama, full-back Atleti lebih difokuskan menjaga kedalaman area kotak penalti pertahanan.

Pemilihan Bernardeschi dibanding Dybala sendiri seperti bagian dari penerawangan Allegri terhadap cara bermain Atleti. Allegri seolah tahu jika Atleti akan bermain lebih bertahan dibanding leg pertama. Cukup wajar sebenarnya mengingat Atleti sudah unggul 2-0 hasil kemenangan leg pertama sehingga pertahanan diperkuat dengan tujuan meminimalisasi ruang di lini pertahanan.

Dibanding Dybala, Bernardeschi lebih fasih dalam mengirimkan umpan silang. Selain itu gaya permainan pemain yang dibeli dari Fiorentina itu lebih fisikal dibanding Dybala. Menghadapi Atleti yang tak ragu merebut bola secara agresif, Juve memang butuh pemain yang lebih liat dalam menguasai bola agar tak mudah kehilangan bola; terlebih Atleti sangat handal dalam memainkan counter-attack khususnya dalam transisi bertahan ke menyerang.

Pilihan tersebut terbukti jitu. Bernardeschi bermain impresif hampir di sepanjang laga. Gol pertama tak lepas dari aksi pemain berusia 25 tahun tersebut. Ronaldo menerima bola umpan silang dari area half-space di mana area tersebut memang sering diisi Bernardeschi (dan Matuidi) saat Juve menguasai bola. Dari kanan pertahanan Atleti, Bernardeschi mengirim umpan ke tiang jauh untuk disambut CR7.



Rapatnya pertahanan Atleti dan ketangguhan duel udara duet bek tengah mereka, Jose Gimenez dan Diego Godin, tak menyurutkan Allegri untuk tetap rajin mengirimkan umpan silang. Juve sendiri mengakalinya dengan sirkulasi cepat antar kedua sisi sehingga serangan Juve bisa berubah arah dengan cepat baik dari kanan ke kiri ataupun kiri ke kanan. Kehadiran Cancelo-Spinazzola di sepertiga akhir plus Matuidi-Bernardeschi di belakang Mandzukic-Ronaldo membuat Atleti harus mengawasi area tengah sekaligus area sayap secara bersamaan. Sirkulasi cepat perpindahan arah serangan membuat tersedianya ruang untuk Cancelo, Spinazzola, dan Bernardeschi untuk mengirim umpan silang.

Tak heran skema ini membuat jumlah umpan silang Juve meningkat drastis pada laga ini. Jika di leg pertama Juve hanya melepas 15 umpan silang, pada leg kedua ini jumlahnya meningkat dua kali lipat lebih karena berhasil menyentuh angka 38 kali cross (via Whoscored). Jangan lupakan pula ini terjadi tak lepas dari fullback Atleti yang jarang membantu serangan sehingga Spinazzola-Cancelo bisa lebih jauh menekan pertahanan Atleti.

Perbandingan heatmap atau area bermain full-back Atleti pada Leg 1 dan Leg 2

Gol kedua Juve menarasikan skema utama Juve pada laga ini: sirkulasi bola cepat untuk memindahkan arah serangan dengan menempatkan banyak pemain di area kotak penalti. Serangan berawal dari sisi kanan pertahanan Atleti yakni dari Spinazzola. Bola umpan silang baru dikirimkan setelah bola dipindahkan ke kanan melalui Pjanic-Can-Ronaldo di tengah. Cancelo menerima bola dengan bebas (dampak merapatnya pemain Atleti ke kotak penalti) sebelum kemudian mengirimkan umpan silang yang lagi-lagi disambut Ronaldo. Ada empat pemain Juve di kotak penalti kala itu: Bernardeschi-Matuidi-Mandzukic-Ronaldo.



Penempatan empat pemain di kotak penalti ini terbilang efektif. Ronaldo dan Mandzukic bahkan berhasil unggul duel udara sebanyak 7 kali ketika Godin-Gimenez menang 8 kali. Ini artinya Juve benar-benar berhasil saat menantang Atleti pada duel udara. Lagipula Juve juga berhasil melepaskan 16 tembakan pada laga ini (leg pertama 14 tembakan) ketika Atleti hanya mampu melepaskan 5 tembakan (leg pertama 13 tembakan).

Adu Perubahan Strategi di Babak Dua, Allegri Menang

Gol kedua Juventus dicetak pada menit ke-49. Simeone bereaksi lima menit kemudian dengan mengganti Thomas Lemar, Angel Correa penggantinya. Masih mengandalkan 4-4-2, Koke yang awalnya bermain di kanan dipindahkan ke posisi yang sebelumnya ditempati Lemar (sayap kiri). Correa di sayap kanan.

Perubahan ini dilakukan untuk menambah daya serang Atleti di sisi kiri pertahanan Juve. Pada babak pertama, Atleti berhasil mendapatkan sejumlah peluang dari area ini. Antoine Griezmann dan Koke punya peluang terbuka di area ini pada babak pertama. Lagipula gol kedua Atleti pada leg pertama pun berawal dari pelanggaran yang terjadi di sisi kiri pertahanan Juve.

Atleti lebih bisa mengancam melalui perubahan ini. Morata nyaris membobol gawang Juve namun tandukannya yang menyambut umpan silang dari kanan mengarah atas mistar. Correa juga mampu melepaskan satu ancaman melalui kaki kanannya.

Tapi situasi itu tak bertahan lama karena Allegri langsung merespons. Spinazzola digantikan Dybala. Pergantian ini dibarengi perubahan lain. Cancelo mengisi pos Spinazzola sementara pos bek kanan ditempati Emre Can. Dybala menempati pos Bernardeschi di sisi kanan. Bernardeschi sendiri ditempatkan di sisi kiri. Juve terlihat bermain dengan pola dasar 4-4-2 dan lebih mengandalkan serangan balik.

Kehadiran Correa membuat full-back Juve tidak lagi seleluasa babak pertama dalam menyerang. Perpindahan Bernardeschi ke kiri sendiri menjadi upaya Allegri agar serangan dari kedua sayap tetap berbahaya seperti babak pertama. Situasi ini membuat Matuidi dan Pjanic pun tidak terlalu naik karena serangan tetap difokuskan ke kedua sayap.

Simeone kembali menjawabnya dengan memindahkan Juanfran, yang sebelumnya menempati pos bek kiri, ke pos bek kanan. Bernardeschi kembali berhadapan dengan Juanfran seperti di sisi kanan. Tetap menggunakan pola dasar 4-4-2, bek kiri diisi Niguez sementara sayap kiri diisi Vitolo yang menggantikan Arias (sebelumnya bek kanan) pada menit ke-77.

Mandzukic yang sebenarnya tidak banyak terlihat pada laga ini diganti oleh Moise Kean. Tetap memainkan Mandzukic sendiri tampaknya menjadi upaya Allegri untuk tetap menebar ancaman melalui duel udara. Tapi pemain timnas Kroasia ini mengalami masalah sehingga terpaksa diganti.

Ternyata strategi Allegri lebih jitu. Bernardeschi kembali melakukan aksi cemerlang. Melalui serangan balik, aksi individunya mampu menaklukkan Correa sehingga bisa menusuk ke kotak penalti. Di kotak penalti, terjadi kontak yang membuat Bernardeschi terjatuh dan berbuah penalti untuk Juventus.



Bukti keberhasilan taktik Allegri sebenarnya terlihat sebelum gol ketiga Ronaldo tersebut. Juve mendapatkan peluang terbuka ketika melalui serangan balik yang diinisiasi Giorgio Chiellini. Chiellini mengirim umpan jauh pada Kean yang bisa mendapatkan kesempatan satu lawan satu menghadapi Jan Oblak. Namun tendangan pemain berusia 19 tersebut melenceng.

***

Atleti seperti pada leg pertama di mana mereka tidak banyak menguasai bola. Serangan balik masih jadi andalan. Pada leg kedua ini, Juve kembali unggul penguasaan bola (62% berbanding 38%) seperti pada leg pertama (63% berbanding 37%). Namun adu taktik Allegri vs Simeone di tengah laga jadi pembeda hasil leg kedua

Setelah kekalahan 0-2 pada leg pertama, Allegri sendiri mendapatkan sorotan dari fans Juventus karena dianggap tak mampu memaksimalkan skuat Juve yang mewah untuk bisa terus melaju di Liga Champions. Strateginya pun dikritik karena Ronaldo mulai kesulitan mencetak gol di beberapa laga.

Karenanya kemenangan 3-0 pada leg kedua ini menjadi pembuktian Allegri bahwa dirinya merupakan pelatih hebat dan tepat untuk Juventus. Para pendukung Juventus pun kembali memuji strategi dan taktik sang allenatore karena harapan mengakhiri puasa gelar Liga Champions pada musim ini masih terbuka.


Simak opini dan komentar Rochy Putiray terkait para pesepakbola Indonesia yang berkarier di luar negeri pada video di bawah ini:



Komentar