Salah satu pertandingan yang paling dinantikan di perempat final Liga Champions UEFA dimainkan pada Kamis (11/04) dini hari WIB. Pada pertandingan yang dilangsungkan di Old Trafford tersebut, Barcelona berhasil menang atas Manchester United dengan skor 1-0. Satu-satunya gol yang tercipta berasal dari gol bunuh diri Luke Shaw.
United sebenarnya memiliki keuntungan kebugaran karena tak bermain selama delapan hari. Sementara itu Barcelona baru saja bermain (menang 2-0 atas Atletico Madrid) empat hari yang lalu. Hal ini membuat Ole Gunnar Solskjær tak memainkan skema bertahan dan serangan balik seperti yang banyak orang prediksi.
Meski tak bermain bertahan, bukan berarti United lebih menguasai pertandingan. United bahkan sengaja tak ingin menguasai bola. Pada pertandingan ini Barcelona menguasai 64% ball possession.
Namun soal tembakan, Barcelona hanya berhasil mencatatkan 5 tembakan (3 on target) sedangkan United bisa mencatatkan dua kali lipatnya (10) meski—sedihnya—tak ada satupun yang tepat sasaran.
Taktik Pressing yang Sudah Tepat dari Solskjær
Berkat faktor kebugaran di atas, United semalam memainkan pressing meski tak terlalu tinggi. Mereka menerapkan tekanan di lini tengah untuk menghindari pemain-pemain tengah Barça bisa mengirimkan bola ke depan.
Dengan tak banyak menguasai bola, United justru mengurung Barcelona sehingga mereka kesulitan melakukan build-up serangan. Berdasarkan rekap Wyscout, permainan bola lebih banyak berada di middle third (51%) dan pertahanan Barcelona (27%). Bola hanya 23% dimainkan di wilayah pertahanan United.
Cara mengurung ini dimulai dari defensive third Barcelona. Pada wilayah itu, Gerard Piqué dkk ditekan para pemain United sehingga mereka berkali-kali dipaksa mengirimkan bola jauh ke depan.
Gambar 1 - Skema high-pressing Manchester United di defensive third Barcelona
Bola jauh ini sengaja didesain Solskjær karena Setan Merah lebih memiliki pemain-pemain yang unggul duel di udara seperti Chris Smalling, Victor Lindelöf, dan Scott McTominay dibandingkan dengan trio Lionel Messi, Philippe Coutinho, dan Luis Suárez. Pada akhirnya United memenangi 61% aerial duel dan banyak second ball.
Tidak lebih banyak menguasai bola juga tak membuat United tidak bermain menyerang. Setan Merah justru lebih sering menyerang (45 serangan) dibandingkan Barcelona (41), dengan hanya lima di antaranya yang murni serangan balik.
Barcelona yang lebih sering menguasai bola tak ingin terus buntu, sehingga mereka juga menekan. Hasilnya, permainan lebih padat di depan kotak penalti United. Bukti lain United lebih banyak menyerang juga dihasilkan dari Barcelona yang mencatatkan 21 sapuan (United mencatatkan delapan) meski itu karena United 21 kali pula melakukan crossing (dengan hanya tiga yang tepat sasaran).
Pada akhirnya Setan Merah mencatatkan 67 recovery dengan 29 di antaranya di opponent’s half dan 17 di antaranya adalah high-pressing. Sebaliknya United banyak kehilangan bola di final third (51 kali dari 88)
Gambar 2 - Ball recovery Manchester United - sumber: Wyscout
Barcelona Mengeksploitasi Celah di Lima Bek United
Salah satu hal paling kelihatan dan membuat orang-orang menganggap United bermain bertahan semalam adalah pada banyak situasi di defensive third mereka ketika serangan Barcelona berhasil sampai ke sana.
Pada situasi tersebut, Setan Merah sangat kelihatan menerapkan formasi 5-3-2 yang rapat; saking rapatnya (sengaja dirancang demikian) sehingga Barcelona leluasa memainkan bola di wilayah flank, tapi tak dipersilakan memainkan bola ke wilayah centre.
Masalahnya, siapa yang tidak ingin meledek formasi dengan angka lima di belakang (lima bek) sebagai permainan bertahan? Ashley Young bermain sebagai bek sayap kanan, Diogo Dalot bek sayap kiri, sementara bek tengah diisi Lindelöf (bek tengah kanan), Smalling (tengah), dan Luke Shaw (bek tengah kiri).
Gambar 3 - Skema lima bek narrow Manchester United ketika bertahan
Sedangkan ketika Dalot diganti Jesse Lingard (menit ke-74), bek sayap kiri United kemudian diperankan Marcus Rashford. Lalu saat Rashford diganti Andreas Pereira (menit ke-85), peran itu digantikan oleh Pereira.
Namun ternyata Solskjær tak sembarangan memasang lima bek. Pada situasi tersebut United tidak menerapkan pressing kuat, melainkan hanya sedikit pressing vertikal untuk memaksa Barcelona memainkan bola kembali ke belakang. Ketika bola sampai kepada bek tengah Barcelona, baru Setan Merah menerapkan pressing.
Gambar 4 - Manchester United memancing Barcelona untuk mengoper ke belakang, baru setelah itu mereka melakukan pressing
Akan tetapi dengan lima bek seperti ini, Barcelona jadi bisa mengekploitasi sisi lemah United, yaitu pada sayap kanan United dan half-space kiri United.
Barcelona mencoba lebih berkonsentrasi memulai build-up dari kiri tapi diakhiri dengan operan ka kanan (ke half-space antara Shaw dan Dalot). Wajar karena mereka ingin mengekploitasi Young di sisi tersebut. Sementara ketika sudah sampai final third, mereka mencoba mengekploitasi Shaw dan Dalot di sisi kanan penyerangan Barcelona.
Gambar 5 - Jalur operan dan posisi rata-rata pemain Barcelona - sumber: Wyscout
Dari gambar passing network di atas, kita bisa mengetahui siapa saja pemain Barcelona yang lebih sering berada di kanan dan kiri.
Bukti bahwa Barça lebih banyak memulai dari kiri kemudian ke kanan adalah dari kombinasi operan terbanyak malam itu yang dicatatkan oleh Jordi Alba ke Clément Lenglet (18 operan), Alba ke Coutinho (18), dan Alba ke Arthur (17). Sementara di sebelah kanan, Operan paling sering diberikan Nelson Semedo ke Rakitic (15) dan Rakitic ke Semedo (13).
Gambar 6 - Salah satu situasi yang menunjukkan Barcelona memanfaatkan half-space di antara Shaw dan Dalot, Smalling yang melihat pergerakan Suárez juga tak menjaga Suárez dengan baik
Barcelona yang mengekploitasi sayap kanan United dan half-space kiri United benar-benar tercermin pada gol mereka. Pada saat itu, bola dikirim Sergio Busquets ke sisi Young, Messi mendapat bola.
Gambar 7 - Pada gol Barcelona, tidak ada yang menjaga, menutup operan (lambung), maupun berusaha menutup tembakan Suárez
Di sisi kanan United saat itu ada Lindelöf, Young, dan Smalling. Bola dikirimkan Messi ke sisi tiang jauh kepada Suárez, di situ ada Shaw dan Fred, tapi keduanya tak mencoba memenangi duel udara, menjaga Suárez, maupun menutup tembakan. Sehingga bola sundulan Suárez pun terdefleksi minimal kepada Shaw yang menghasilkan gol bunuh diri.
Membesar-besarkan Peran McTominay (“Mengantongi” Messi) dan Keburukan Young
Membicarakan kesebelasan secara tim, pembahasan-pembahasan di atas mencerminkan bagaimana kedua kesebelasan mampu menampilkan taktik dan respons yang cukup baik. Namun kadang pertandingan ditentukan oleh kegemilangan individu.
Sebelum pertandingan berlangsung, semua orang menanti apakah Messi bisa menghancurkan United atau tidak. Kenyataannya tidak.
Sepanjang pertandingan Messi hanya berhasil membuat satu tembakan (tendangan bebas yang on target). Namun dia berhasil menyelesaikan lima dribel (100%). Lalu meski kebanyakan dia mengoper ke samping (26 operan berhasil dari 28), tapi berhasil mencatatkan 10 operan ke final third (100%); terbaik kedua setelah Ivan Rakitic (13 operan final third yang berhasil dari 15 percobaan).
Salah satu yang membuat banyak orang menganggap Messi tidak bisa apa-apa adalah karena dia kehilangan bola 10 kali. Namun itu juga masih terbanyak ketiga setelah Alba dan Suárez (sama-sama kehilangan bola 14 kali).
Pemain United yang berhasil mematikan Messi adalah Scott McTominay. Namun benarkah demikian?
Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:
Pada kenyataannya, McTominay dan Messi jarang berduel atau sekadar berada berdekatan pada pertandingan semalam. Mengatakan McTominay mematikan Messi adalah sesuatu yang berlebihan.
Namun McTominay sendiri memang bermain mengesankan. Pemain muda binaan akademi United ini mencatatkan lima dribel sukses dari enam percobaan (terbaik kedua bersama Rashford), menang tiga dari empat duel bola udara (terbaik bersama Romelu Lukaku), dan mencatatkan lima recovery di daerah lawan dari tujuh total recovery-nya. Wajar jika pendukung United bangga.
Messi sendiri tak banyak berkutik karena tak dipersilakan membalikkan badan ketika menerima bola dari belakang. Namun hal ini juga berlaku bagi semua pemain Barcelona, terutama trio penyerang mereka, karena memang itu sudah menjadi skema menekan United.
Berseberangan dengan itu, pemain yang justru bermain buruk adalah Young. Dia 19 kali kehilangan bola (terbanyak kedua di antara kedua kesebelasan) dan melepaskan 10 umpan silang dengan tak satupun yang berhasil menemui sasaran. Sungguh menyedihkan.
Namun permainan buruk Young ini juga sebenarnya konsekuensi dari kebuntuan serangan United. Kita memang tahu dari statistik jika United lebih banyak menyerang dan menembak, tapi semua usaha mereka sia-sia karena mereka tak punya skema yang jelas ketika menyerang; mereka hanya punya skema jelas dalam transisi bertahan ke menyerang.
Gambar 8 - Grafis umpan silang Manchester United dengan 10 di antaranya hasil kontribusi Ashley Young (semuanya tidak tepat sasaran) - sumber: Wyscout
Hal ini membuat United mengirimkan banyak (21) crossing percuma ke dalam kotak penalti Barça. Kebetulan saja Young yang banyak berkontribusi karena mungkin dia diinstruksikan demikian, apalagi jika kita melihat sisi sayap kiri United tak diisi pemain berkaki alami kiri sehingga mereka harus cut inside terlebih dahulu jika ingin melakukan crossing.
Hasil Mencerminkan Perbedaan Kelas dan Peran Kunci Piqué
Sebenarnya secara taktik, Solskjær lebih layak dipuji daripada Ernesto Valverde yang bermain aman. Namun dengan bermain aman saja, Barcelona bisa menang. Hal ini mencerminkan perbedaan kualitas pemain per pemain dari kedua kesebelasan.
United sebenarnya sudah bertahan dengan baik. Reaksi David De Gea terhadap gol Barça mencerminkan jika pada saat gol itu, memang koordinasi pertahanan United memang sedang kacau saja. Namun setelah itu, koordinasi pertahanan United cukup baik.
Dengan menerapkan pressing, United juga sudah tepat dalam transisi bertahan ke menyerang. Sayangnya mereka tak becus ketika sudah mendapatkan serangan. Selain terlalu banyak umpan silang, sebanyak tujuh dari 10 tembakan United juga diluncurkan dari luar kotak penalti.
Mungkin jika lawannya bukan Barcelona, United bisa saja menembus pertahanan lebih sering dan mengendus gol lebih baik. Salah satu penyebab Barcelona “beda” dari kesebelasan sembarangan malam itu adalah kehadiran Piqué yang merupakan mantan pemain didikan United.
Sepanjang pertandingan Piqué berhasil mencatatkan lima intersepsi, sembilan sapuan, dan 12 recovery (terbanyak di Barcelona malam itu). Dia benar-benar menjadi tembok pertahanan Barça.
Berikutnya United akan bertandang ke Camp Nou pekan depan untuk menghadapi leg kedua. Shaw dipastikan absen karena akumulasi kartu. Entah bagaimana skema yang disiapkan Solskjær nantinya. Namun melihat pertandingan semalam, Solskjær sebenarnya punya niat dan teori taktik yang bagus. Hanya tinggal pelaksanannya saja.
Sumber statistik: Wyscout
Komentar