Setelah dibeli dari Borussia Dortmund pada jendela transfer musim dingin, Christian Pulisic baru diresmikan sebagai pemain Chelsea kemarin (21/05) malam waktu setempat. Kedatangan pemain asal Amerika Serikat ini membuat rumor kepergian Eden Hazard semakin gencar.
Hazard sudah menyatakan secara implisit jika final Liga Europa UEFA melawan Arsenal (30/05) akan menjadi pertandingan terakhirnya untuk The Blues. Pulisic mencoba menanggapi dengan formalitas.
“Eden adalah pemain fantastis, kita semua tahu itu. Jika aku bisa mendekati [kemampuan] dia, aku akan lebih bahagia. Namun aku datang untuk menjadi diriku sendiri,” kata Pulisic, dikutip dari The Guardian.
Peningkatan Performa Pulisic Menjelang Akhir Musim
Perjalanan Pulisic dalam enam bulan terakhir—saat dia dipinjamkan ke Dortmund untuk sisa musim ini—mengalami naik turun. Dortmund sempat memimpin klasemen Bundesliga Jerman, tapi performa mereka mengalami penurunan drastis di tujuh pertandingan terakhir.
Mereka kalah memalukan dua kali, yaitu 0-5 melawan Bayern München (06/04) dan 2-4 atas Schalke 04 (27/04). Namun dalam lima dari tujuh pertandingan itu Pulisic menjadi pemain yang berhasil tampil gemilang.
Tidak seperti Dortmund yang mengalami penurunan performa, Pulisic justru mengalami peningkatan, terutama pada sembilan pertandingannya pada tahun kalender ini. Pulisic mengalami cedera torn muscle fibre dan torn muscle bundle yang membuatnya harus absen pada delapan pertandingan Bundesliga sepanjang 2019.
Meski absen dalam setengah pertandingan liga bersama Dortmund tahun ini, Pulisic mampu menunjukkan pengaruhnya dengan mencetak tiga gol (dari total empat sepanjang musim), satu asis (dari total dua), 2,99 xG (dari total 3,75), 20 tembakan (dari total 27), dan 64 dribel (dari total 133) sepanjang 2019.
Grafis xG (expected goals) Christian Pulisic saat melawan Hertha Berlin (16 Maret 2019) – Sumber: Wyscout
Salah satu keunggulan Pulisic adalah kemampuan dribelnya. Jika ditotal dia mencatatkan 133 dribel sepanjang musim ini di Bundesliga. Angkanya itu adalah peringkat ke-15 di liga, jauh di bawah Jadon Sancho (266 dribel), Thorgan Hazard (230), dan Kingsley Coman (198).
Hal yang menarik, meski ketinggalan lebih dari setengahnya dibandingkan Sancho, Pulisic adalah pemain terbanyak kedua yang melakukan dribel di Dortmund.
Itu terjadi lantaran Sancho sudah menjadi pemain andalan Dortmund dengan bermain dalam 34 pertandingan liga (2.607 menit). Sementara Pulisic hanya bermain 20 kali (999 menit) sepanjang musim ini, dengan sembilan di antaranya terjadi pada tahun kalender ini.
Piawai Menggiring Bola
Apa jadinya jika Pulisic bermain lebih sering? Mungkin kita bisa mengintip apa yang terjadi pada musim 2017/18 ketika dia bermain 2.416 menit. Pada musim itu dia mencatatkan 256 dribel. Tidak banyaknya dia bermain musim ini membuat angka dribelnya turun drastis.
Kebetulannya memang Sancho dan Pulisic berada pada posisi yang sama, yaitu sayap kanan. Sancho bermain 40% sebagai sayap kanan, Pulisic 45%; meski kedua pemain sebenarnya sama-sama bisa bermain di kedua sayap.
Namun jika melihat jumlah dribel per 90 menit, Pulisic menjadi yang nomor tiga di liga dengan 11,98 dribel per 90 menit. Dia berada di bawah Coman (12,41 dribel per 90 menit) dan Franck Ribéry (12,09); tapi di atas Sancho (9,18).
Mencatatkan banyak dribel ternyata tidak membuat Pulisic sering melewati lawan. Dia hanya mencatatkan 68,4% dribel sukses. Namun dalam lima pertandingan terakhirnya di liga, dia mencatatkan 86,2% dribel sukses.
Salah satu pertunjukkan terbaiknya adalah saat Dortmund bermain imbang 2-2 melawan Werder Bremen (04/05). Selain mencetak satu gol, pada pertandingan itu dia mencatatkan 13 dribel sukses dari 14 (93%). Jumlah itu adalah yang tertinggi yang dia catatkan pada satu pertandingan musim ini.
Grafis dribel Christian Pulisic saat melawan Werder Bremen (4 Mei 2019) – Sumber: Wyscout
Tidak seperti biasanya, pada pertandingan itu juga Pulisic lebih sering bermain di wilayah sayap kiri.
Sebagai pendribel ulung, Pulisic menjadi pemain yang sering dilanggar lawan. Sepanjang musim ini dia dilanggar 2,29 kali per 90 menit. Angka itu adalah yang terbanyak ke-16 di liga, tapi terbanyak di Dortmund.
Pulisic Akan Cocok dengan ChelseaSarri
Sebelum menilai apakah Pulisic akan cocok di Chelsea atau tidak, kita tidak bisa hanya melihat statistik Pulisic. Kita juga sebaiknya melihat statistik Dortmund dan Chelsea, kemudian mencari kecocokan gaya permainan di antara kedua kesebelasan.
Salah satu penyebab Pulisic bisa mencatatkan statistik dribel setinggi itu adalah karena permainan Dortmund bisa mendukungnya. Pemain kreatif seperti Pulisic bisa tampil semakin dominan jika kesebelasannya mampu lebih banyak menguasai ball possession.
Dortmund mencatatkan rata-rata 56,9% ball possession (terbaik ketiga di Bundesliga). Pada akhirnya mereka mampu mencatatkan 1166 dribel atau 32,42 dribel per 90 menit (terbaik kedua di Bundesliga), dengan akurasi mencapai 68,44% (peringkat kedelapan di Bundesliga).
Jadi, apakah permainan Chelsea akan cocok untuk Pulisic? Jika Maurizio Sarri masih menjadi Pelatih Chelsea, kemungkinan Pulisic akan cocok bermain di sana. Filosofi sepakbola Sarri memiliki ciri khas pergerakan cair trio penyerang dan penguasaan bola yang tinggi untuk meminimalisasi lawan sering menguasai bola.
Sepanjang 2018/19 Chelsea mencatatkan 62,1% penguasaan bola (terbaik kedua di Premier League setelah Manchester City). Pada 2017/18 juga Sarri mampu mencatatkan 60,3% ball possesion bersama Napoli (terbaik di Serie A).
Pertanyaan selanjutnya: Apakah Pulisic akan mampu menggantikan peran penting Hazard di Chelsea musim depan?
Setipe Tapi Tidak Persis Hazard
Ini yang agak sulit. Sejauh ini Chelsea selalu takut kehilangan Hazard yang mencatatkan 407 dribel sepanjang musim ini (terbaik kedua di Premier League setelah Wilfried Zaha) dengan akurasi mencapai 79,61% (peringkat ke-10 di Premier League).
Hazard lah yang pada akhirnya mampu membuat Chelsea mencatatkan 1226 dribel atau 30,15 dribel per 90 menit (terbaik kedua di Premier League setelah Crystal Palace) dengan akurasi mencapai 74,06% (terbaik di Premier League).
Hal lain yang bisa menjadi penghalang adalah soal posisi. Hazard lebih sering bermain sebagai sayap kiri (69% menit bermainnya pada posisi itu), sementara Pulisic adalah sayap kanan. Pulisic memang bisa juga juga bermain sebagai sayap kanan, seperti yang dia tunjukkan saat mencatatkan 13 dribel sukses melawan Werder Bremen.
Heatmap Christian Pulisic sepanjang musim (kiri) dibandingkan saat menghadapi Werder Bremen pada 4 Mei 2019 (kanan) – Sumber: Wyscout
Masih perlu dilihat apakah Pulisic akan mampu menggantikan Hazard di Chelsea jika Hazard pindah. Secara umum, menduetkan Hazard (sebagai sayap kiri) dan Pulisic (sebagai sayap kanan) di Chelsea adalah skenario ideal bagi Sarri.
Namun jika Hazard pindah kemudian Pulisic tak bisa menggantikannya serta Chelsea tak bisa membeli pemain baru karena transfer ban, Sarri masih bisa mengandalkan pemain yang berposisi alami di sayap kiri seperti Callum Hudson-Odoi.
Lagipula Chelsea masih memiliki pemain-pemain yang mereka pinjamkan yang bisa mengisi posisi sayap kiri seperti Kenedy, Mason Mount, Lucas Piazón, Danilo Panti?, sampai Kylian Hazard. Well, itu jumlah yang cukup lumayan dari 41 pemain yang Chelsea pinjamkan ke kesebelasan lain musim ini.
Kembali ke pertanyaan utama artikel ini; jika melihat statistik, Pulisic bisa saja cocok dengan permainan Chelsea karena sama-sama unggul dalam penguasaan bola dan dribel. Akan tetapi posisi bermain Pulisic berbeda dari Hazard, sehingga sepertinya Pulisic tidak akan menjadi pengganti yang apple to apple untuk Hazard.
Semua sumber statistik: Wyscout
Komentar