Ada yang baru di Premier League 2019/20. Salah satu yang dampaknya dinantikan adalah penggunaan VAR (video assistant referee): Apakah VAR akan membuat adanya peningkatan jumlah insiden penalti di Liga Primer Inggris? Jika iya, maka haruskah manajer FPL lebih memilih pemain eksekutor penalti di skuat mereka?
Melihat ini berpotensi menjadi efek domino yang menarik, maka kami hadir di sini untuk memberikan pencerahan. Spoiler alert: VAR tidak otomatis meningkatkan intensitas insiden penalti.
Dampak VAR di Liga-liga Lain di Dunia
Musim 2019/20 adalah musim perdana VAR diterapkan di Liga Primer Inggris. Namun tidak demikian dengan liga-liga lainnya, terutama di Eropa. Maka untuk melihat dampak VAR terhadap intensitas insiden penalti, kita bisa melihat sampel dari liga-liga lainnya.
Dari enam sampel di atas, La Liga Spanyol dan Major League Soccer menjadi liga yang mengalami peningkatan jumlah insiden penalti setelah VAR diterapkan. La Liga mengalami peningkatan 13%, sementara MLS 11%. Itu adalah angka yang tak terlalu signifikan.
Selain liga domestik, Liga Champons UEFA (kompetisi Eropa) juga mengalami jumlah satu peningkatan insiden penalti. Namun di Liga Champions, jumlah konversinya menurun dari 82% (28 gol dari 34 insiden penalti) ke 76% (26 gol dari 35).
Tidak seperti di Spanyol, Amerika Utara, dan Liga Champions, jumlah penalti di Jerman, Italia, dan Australia menurun sejak diterapkannya VAR.
VAR Membantu Akurasi, Bukan Membantu Kesebelasan Mendapatkan Penalti
Data ini memang hanya diambil dari sampel yang sedikit mengingat jumlah liga yang menerapkan VAR juga memang baru sedikit. Namun setidaknya ini bisa memberikan hipotesis jika VAR dan jumlah insiden penalti tidak selalu berhubungan positif.
Kita harus ingat, VAR tidak hanya membuat kesebelasan bisa dihukum penalti, melainkan sebaliknya, juga membuat kesebelasan tidak jadi dihukum penalti.
Intinya, VAR justru membuat keputusan wasit semakin akurat (meski memakan waktu lebih lama); dari 93% menjadi hampir 99% menurut studi IFAB.
Atau menurut data yang dihimpun The Economist dalam artikel “VAR increases refereeing accuracy, but not the total penalty count”, VAR mengurangi kesalahan wasit sebesar 80%, tapi tidak berdampak pada peningkatan jumlah insiden penalti.
Dalam contoh musim 2018/19 misalnya, kita bisa menyimpulkan jika VAR diterapkan, maka Mohamed Salah akan terkena kartu kuning alih-alih Liverpool mencetak gol melalui penalti jika dia melakukan diving di dalam kotak penalti lawan. Musim lalu, Salah lima kali menghasilkan penalti untuk Liverpool setelah dilanggar di dalam kotak penalti (terbanyak kedua di liga).
Itu adalah sebuah konsekuensi yang berefek besar bagi perebutan gelar juara di akhir musim.
Namun kita juga tak bisa menggeneralisasi sebuah liga dengan liga lainnya. Liga Primer misalnya liga yang lebih cepat daripada Italia, sehingga mungkin jumlah pelanggaran secara umum memang lebih besar.
Pelajaran dari Piala Dunia: Pemain Lebih “Cerdas”
Kalau wasit jadi bisa lebih akurat dalam membuat keputusan (termasuk saat insiden penalti), maka itu akan berdampak kepada psikologi para pemain. Setidaknya itu yang terjadi dari Piala Dunia 2018 di Rusia.
Secara umum, pemain jadi lebih “cerdas”. Melalui VAR, mereka jadi tahu apa yang bisa dan tidak bisa mereka dapatkan. Misalnya dalam kasus diving (pura-pura terjatuh), mereka setidaknya tahu jika mereka tak bisa sembarangan diving karena itu bisa membuat mereka terkena kartu kuning alih-alih mendapatkan penalti.
Berikutnya, perbedaan kualitas dari kesebelasan yang berkompetisi di Piala Dunia membuat beberapa dari mereka bisa dibilang lebih bergantung pada mentalitas yang agresif.
Contohnya itu terjadi pada Panama; dua dari tiga penalti Inggris sepanjang turnamen mereka dapatkan ketika menghadapi kesebelasan lemah asal CONCACAF tersebut.
Baca juga: Serba Salah VAR
Namun Piala Dunia sudah setahun berlalu. Pemain tentunya sudah lebih memahami cara kerja teknologi yang satu ini. Lagipula duel di antara kesebelasan-kesebelasan Liga Primer Inggris tak memiliki perbedaan kualitas yang sejomplang Inggris vs Panama.
Statistik Penalti di Premier League 2018/19: Siapa yang Diuntungkan?
Kita belum bisa menyimpulkan apakah VAR akan membuat Liga Primer lebih rentan terhadap insiden penalti atau tidak. Data dari sampel-sampel di atas menunjukkan jika VAR tidak otomatis membuat insiden penalti menjadi bertambah. Demikian juga tidak setiap insiden penalti bisa menghasilkan gol.
Pada 2018/19 misalnya, dari 103 insiden penalti yang diberikan wasit, hanya 84 yang berhasil menjadi gol (persentase konversi 81%).
Manchester United menjadi kesebelasan terbanyak memperoleh penalti dengan 12 kali, tapi hanya sembilan yang menjadi gol (konversi 75%). Ini membuat United menjadi kesebelasan yang gagal penalti terbanyak (tiga kali) bersama Everton.
Crystal Palace berada di peringkat kedua dengan 11 kali mendapatkan penalti dengan 10 di antaranya menjadi gol (konversi 90,9%). Dan semua penalti sukses Palace musim lalu dicetak oleh Luka Milivojevic.
Sementara itu, kesebelasan yang benar-benar memanfaatkan penalti dengan baik (yang memiliki konversi 100%) adalah Liverpool (7 gol dari penalti), Chelsea (5), West Ham United (5), Wolverhampton Wanderers (4), Tottenham Hotspur (4), Burnley (2), Watford (1), dan Huddersfield Town (1).
Jika VAR belum tentu membuat angka insiden penalti meningkat, maka itu tak berarti pemain-pemain yang bertindak sebagai eksekutor penalti lantas tak memiliki nilai yang lebih untuk FPL.
Namun, lagi-lagi, pemain seperti Milivojevic belum tentu bisa mendapatkan banyak kesempatan dari titik putih jika Wilfried Zaha pindah dari Palace. Ini berkesinambungan karena Milivojevic berhasil mencetak 10 gol penalti (terbanyak) dari total 12 gol musim lalu di mana enam di antaranya (terbanyak) adalah hasil pelanggaran lawan terhadap Zaha di dalam kotak penalti.
Zaha juga menjadi pemain terbanyak kedua dilanggar di Liga Primer 2018/19 dengan 102 kali, tertinggal oleh Eden Hazard (sudah pindah ke Real Madrid) dengan dilanggar 104 kali. Meski begitu, pelanggaran terhadap Hazard hanya menghasilkan satu penalti.
Daftar Penendang Penalti, untuk Berjaga-jaga di FPL
Jadi, untuk berjaga-jaga, para manajer FPL memang lebih baik memiliki panduan komprehensif mengenai siapa saja eksekutor penalti dari masing-masing kesebelasan, terutama jika kesebelasan tersebut memiliki pemain lincah yang rentan dilanggar seperti Zaha atau Salah.
Meski masih mungkin berubah, berikut adalah daftar beberapa penendang penalti dari masing-masing kesebelasan (diurutkan berdasarkan jumlah insiden penalti yang diterima kesebelasan tersebut pada 2018/19):
- Manchester United: Paul Pogba, Marcus Rashford,
- Crystal Palace: Luka Milivojevic,
- Bournemouth: Joshua King,
- Leicester City: Jamie Vardy, James Maddison,
- Liverpool: James Milner, Mohamed Salah,
- Brighton and Hove Albion: Glenn Murray,
- Everton: Gylfi Sigurðsson,
- Arsenal: Pierre-Emerick Aubameyang, Alexandre Lacazette,
- Southampton: Danny Ings, James Ward-Prowse, Charlie Austin,
- Chelsea: Jorginho, Willian,
- West Ham United: Mark Noble,
- Manchester City: Sergio Agüero, Gabriel Jesus,
- Wolverhampton Wanderers: Raúl Jiménez, Rúben Neves,
- Tottenham Hotspur: Harry Kane,
- Newcastle United: Matt Ritchie, Miguel Almirón,
- Burnley: Chris Wood, Ashley Barnes,
- Watford: Troy Deeney,
- Aston Villa: Jonathan Kodjia,
- Sheffield United: David McGoldrick, Billy Sharp, Oliver Norwood,
- Norwich City: Mario Vrancic, Teemu Pukki.
Dengan atau tanpa VAR, para pemain di atas secara umum bisa dianggap lebih berharga di FPL karena peran mereka sebagai eksekutor penalti.
Namun dengan VAR yang baru akan diimplementasikan di Premier League 2019/20, kami memperkirakan jika banyak pemain, wasit, dan bahkan penonton (terutama di Anfield dan Old Trafford yang mungkin masih belum memiliki big screen untuk menampilkan penggunaan VAR kepada penonton di stadion) masih akan mengalami masa transisi.
Pada akhirnya semua pemain, wasit, dan penonton Liga Primer akan familier dengan VAR; dan itu membutuhkan waktu. Untuk sementara ini, kami cukup yakin jika VAR tidak akan memengaruhi peningkatan jumlah insiden penalti di Premier League. Namun untuk FPL, tidak ada salahnya berjaga-jaga.
Gambar: GiveMeSport
Komentar