Salah satu peran paling penting dalam sebuah tim sepakbola adalah playmaker. Pemain ini menjadi kunci permainan sebuah tim dalam membangun serangan dan mengantarkan tim tersebut meraih kemenangan. Namun tentu saja pelatih dimanapun tidak pernah menyebutkan siapa playmaker di dalam timnya. Pelatih hanya akan mengeluarkan susunan pemain tanpa menjelaskan peran pemain tersebut di dalam tim.
Lalu bagaimana cara mengetahui siapa yang menjadi playmaker? Dulu playmaker identik dengan posisi tertentu. Gelandang serang tengah misalnya. Pemain yang bermain di belakang penyerang dan berada lebih depan dari barisan gelandang lainnya disebut playmaker. Namun cara ini sudah dianggap kuno. Playmaker tidak melulu seorang gelandang serang. Playmaker bisa merupakan gelandang bertahan, bek sayap, bek tengah, atau bahkan kiper.
Statistik kemudian menjadi referensi yang lebih valid untuk mencari tahu siapa playmaker dari sebuah tim. Pertanyaan berikutnya adalah, apa parameter statistik yang dapat menunjukan hal ini? Asist dan umpan kunci menjadi jawaban di awal. Pemain yang paling banyak memberikan kontribusi dalam kedua komponen ini dinilai sebagai playmaker dalam sebuah tim. Sejak tahun 2018, Liga Primer Inggris bahkan membuat penghargaan playmaker of the season untuk pemain dengan jumlah assist terbanyak dalam satu musim.
Namun lagi-lagi, para pengamat sepakbola pun masih belum puas dengan asist sebagai parameter dalam menentukan peran playmaker sebuah tim. Pencetak asist belum tentu merupakan pemain yang paling berkontribusi dalam proses terjadinya gol. Bisa jadi otak serangan berada 2 atau 3 operan sebelum asist terjadi.
Michael Cox, dalam artikelnya di The Athletics yang berjudul “Who is your team’s true playmaker? This new metric has the answer”, menjelaskan metode baru untuk menentukan siapa yang berperan sebagai playmaker pada sebuah tim. Metode baru ini menggunakan sebuah parameter baru yang ada dalam statistik Opta bernama ‘shot-ending sequence involvement’.
Pada parameter tersebut, dicatat semua pemain yang terlibat dalam proses terciptanya tembakan baik mengarah ke gawang maupun tidak. Sehingga, tidak hanya pemain yang memberikan umpan terakhir sebelum terjadinya tembakan saja yang mendapatkan nilai positif, melainkan semua pemain yang terlibat dalam proses tersebut. “Mengapa aku suka dengan parameter baru ini adalah karena aku bisa melihat peran seorang pemain yang seringkali luput dari angka statistik,” kata Tom Worville, seorang senior data analyst Opta.
Satu contoh yang paling menarik adalah gelandang Chelsea, Jorginho. Musim lalu pemain kelahiran Brasil 27 tahun lalu ini direkrut dari Napoli ke Chelsea dengan biaya 50juta paun. Pemain ini merupakan salah satu pemain kesayangan Maurizio Sarri yang ketika itu baru saja menandatangani kontrak dengan Chelsea.
Jika kita hanya melihat jumlah gol dan asist, catatan Jorginho sama sekali tidak istimewa. Jorginho hanya mencetak 2 gol dan tidak menyumbangkan satu asist pun bagi Chelsea selama satu musim. Jumlah umpan kunci yang dicatatkan Jorginho pun tidak istimewa, hanya 0,8 umpan per pertandingan, jauh di bawah rekan setimnya, Willian, dengan 2,5 umpan kunci per pertandingan.
Parameter baru Opta kemudian menunjukan bagaimana pentingnya peran Jorginho selama bermain di Chelsea musim lalu. Jorginho adalah pemain yang terlibat paling banyak dalam proses terjadinya tembakan ke gawang lawan yang dilakukan Chelsea berdasarkan data shot-ending sequence involvement milik Opta.
Begitu pula dengan musim ini. Hingga pekan ke-9, Jorginho mencatatkan 1 asist, 1 gol, dan 1,1 kali umpan kunci per pertandingannya. Namun shot-ending sequence involvement mencatat Jorginho terlibat dalam 50 kali proses terjadinya tembakan dalam 9 pertandingan Chelsea di Liga Primer Inggris musim ini. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di antara pemain Chelsea dan terbanyak ketiga di antara seluruh pemain Liga Inggris di bawah Kevin De Bruyne (67) dan John McGinn (56).
Dengan parameter ini pula kita dapat semakin melihat bagaimana peran Trent Alexander-Arnold pada skuat Liverpool musim ini. Trent memang sudah mencatatkan diri sebagai pemain dengan jumlah asist terbanyak bagi Liverpool musim lalu. Musim ini, asistnya memang baru 2 kali di Liga Primer Inggris, namun ia tercatat sebagai pemain kedua dengan umpan kunci terbanyak di Liga Primer Inggris dengan 3,3 umpan kunci per pertandingan.
Artikel Pandit Football sebelumnya sudah menjelaskan bagaimana peran Trent di lapangan yang menunjukan bahwa ia adalah playmaker dalam pola permainan Jurgen Klopp saat ini. Data shot-ending sequence involvement kemudian semakin memperkuat argument ini dengan menunjukan Trent Alexander-Arnold terlibat dalam 50 proses yang berujung pada tembakan Liverpool ke gawang lawan musim ini. Jumlah yang sama dengan catatan Jorginho di Chelsea.
Gelandang Manchester City, Kevin De Bruyne juga menjadi semakin istimewa dengan hadirnya parameter ini. De Bruyne sudah memiliki catatan statistik yang cemerlang dengan 2 gol, 8 asist, dan 3,9 umpan kunci per pertandingannya.
Data shot-ending sequence involvement semakin memperkuat bahwa De Bruyne adalah playmaker yang menjadi kunci serangan Manchester City musim ini. Ia sudah terlibat dalam 67 kali proses terjadinya tembakan ke gawang lawan oleh Manchester City di musim ini. Jumlah ini terbanyak di antara seluruh pemain Liga Primer Inggris.
Komentar