Mendarat di Ibu kota Italia pada akhir Agustus 2019, Chris Smalling langsung menjadi pilihan utama Paulo Fonseca di lini belakang AS Roma. Ia melapisi pertahanan bersama Federico Fazio, Giallorossi hanya kebobolan lima kali dalam delapan pertandingan Serie-A 2019/2020. Hingga pekan ke-12, skuat asuhan Fonseca adalah salah satu kesebelasan dengan pertahanan terbaik di liga (14 kali kebobolan). Hanya Cagliari, Inter Milan (12), Lazio (13), dan Juventus (9) yang lebih jarang dibobol lawan.
Smalling sendiri merupakan pemain yang paling sering menyapu bola dari pertahanan Roma (37). Performanya mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Bahkan Tommaso Fiore dari Sky Sports merasa pemain kelahiran 22 November 1989 itu layak untuk menjadi bagian dari Tim Nasional Inggris di Piala Eropa 2022.
Biasanya, ketika seorang pemain tampil prima bersama sebuah kesebalasan, ia akan memproklamasikan kecintaannya terhadap klub. Ia akan mengaku ingin bertahan dan menikmati sepakbola di kesebelasan tersebut. Apalagi pemain-pemain berstatus pinjaman seperti Smalling.
Akan tetapi, bek milik Manchester United itu justru mengaku rindu dengan atmosfer Old Trafford. “Saya menikmati petualangan baru bersama AS Roma. Saya juga sudah mulai bisa sedikit menangkap ucapan pelatih meski tidak terlalu lancar berbahasa Italia. Semoga saja performa saya bisa terus memberikan dampak positif kepada tim. Namun, saya rindu dengan Manchester United,” aku Smalling.
“Saya menghabiskan waktu yang cukup lama di sana (2010-2019). Saya sudah terbiasa menjadi bagian dari mereka. Tapi perasaan ini adalah hal yang normal. Untuk saat ini saya lebih fokus pada permainan di atas lapangan. Kami [AS Roma] ingin menjuarai sesuatu musim ini,” lanjutnya.
Ucapan Smalling itu memunculkan rumor bahwa ia akan segera kembali ke Manchester United. Apalagi pihak the Red Devils sempat menolak tawaran 15 juta Euro dari AS Roma yang ingin mempermanenkan Smalling. Padahal, mempertahankan Smalling sama saja menciptakan dilemma bagi Manchester United.
Ole Gunnar Solskjaer mungkin mengawali Liga Primer 2019/2020 dengan inkonsisten. Menghabisi Chelsea empat gol tanpa balas di laga pembuka, Marcus Rashford dan kawan-kawan sempat terlempar sampai peringkat 14 seusai menahan imbang Liverpool 1-1 di pekan ke-sembilan. Pertandingan kontra the Reds ini bisa disebut menjadi titik balik Manchester United.
Sejak saat itu, Manchester United hanya menelan satu kekalahan dari enam pertandingan di semua kompetisi. Sisanya berakhir dengan kemenangan. Termasuk di ronde ke-empat Piala Liga 2019/2020 melawan Chelsea.
Solskjaer seperti sudah memiliki resep untuk skuat asuhannya. Jika bertemu lawan yang di atas kertas lebih dominan dan rajin mencetak gol, ia akan menerapkan tiga bek seperti ketika bertemu Liverpool. Tapi apabila lawan mereka adalah tim yang secara logika bisa didominasi, David De Gea akan memiliki empat pemain bertahan di depan gawang.
Hingga 13 November 2019, Solksjaer baru dua kali menerapkan pola tiga bek di musim 2019/2020. Pertama saat bertemu Liverpool, sementara satu lagi waktu menghadapi Chelsea di Piala Liga. Tak satupun berakhir dengan kekalahan.
Ini tentu belum mengembalikan Manchester United ke habitat mereka. Paul Pogba dan kawan-kawan belum ditakuti lagi seperti saat diasuh Sir Alex Ferguson. Tapi setidaknya apa yang diterapkan Solskjaer cukup efektif. Meski penguasaan bola mereka selalu kurang dari 40 persen saat menggunakan tiga bek.
Pertahanan Manchester United sendiri tidak terlalu buruk. Meski De Gea baru dua kali merasakan gawang yang bersih, rata-rata the Red Devils hanya kebobolan sekali di setiap pertandingan. Angka tersebut membuat mereka lebih baik dibandingkan Manchester City (1,1), Chelsea, dan Arsenal (1,4). Bahkan hanya ada tiga kesebelasan yang memiliki pertahanan lebih baik dibandingkan Manchester United hingga pekan ke-12 Liga Primer Inggris 2019/2020: Leicester City, Sheffield United, dan Liverpool.
Secara individu, Harry Maguire dan Victor Lindelof lebih rajin menyapu bola dari daerah pertahanan mereka (47 dan 39 kali) dibandingkan Andreas Christensen (21), Nicolas Otamendi (20), ataupun John Stones (17). Sementara Aaron Wan-Bissaka adalah pemain dengan rataan tackle terbaik di tiap partai liga (3,5).
Kedatangan Smalling akan hanya menciptakan dilemma untuk Solskjaer. Lagipula, tampil bagus bersama AS Roma belum membuat Smalling dapat melakukan hal yang sama di Manchester United. Seperti apa yang ia katakan saat pertama mendarat di Italia, “Gaya bermain AS Roma sempurna untuk bek seperti saya,” dan Giallorossi menerapkan hal yang berbeda dengan Manchester United asuhan Solskjaer.
Komentar