Kalah empat kali berturut-turut dan berada di dasar klasemen Grup G. Itu adalah nasib yang harus dipikul oleh Tim Nasional Indonesia di tahun 2019 ini. Mimpi ke Piala Dunia FIFA 2022 dan Piala Asia AFC 2023 juga harus siap pupus.
Tak sampai di situ, Indonesia juga baru saja memecat Simon McMenemy sebagai pelatih. Pada jeda internasional November ini, Garuda akan dipimpin oleh Yeyen Tumena sebagai karteker.
Meski terkesan sedang berkabung, Indonesia tak perlu patah semangat. Pasalnya, lawan Indonesia berikutnya adalah bertandang ke Malaysia. Pertandingan ini akan dilangsungkan di Bukit Jalil pada Selasa (19/11/2019) pukul 19.45 WIB.
Pertandingan melawan Harimau Malaya selalu patut dinanti, sedang dalam kondisi apapun timnas kedua negara. Meski Garuda berada di dasar klasemen dengan hanya bisa mencetak tiga gol dan kebobolan 14 kali, laga tandang melawan Malaysia tetap menjadi adu gengsi.
Perencanaan Tak Matang dari Awal Tahun
Hingga pertandingan keempat di Grup G, Indonesia menjadi satu-satunya tim yang belum pernah memperoleh satu pun angka. Padahal dari lima tim di Grup G, grup ini dihuni oleh empat negara AFF (Asia Tenggara). Hanya Uni Emirat Arab (UEA) yang berasal dari luar Asia Tenggara.
Pencapaian sementara Indonesia jauh dari Vietnam di puncak klasemen. Vietnam memiliki 10 poin dari empat pertandingan, hasil tiga kali menang dan sekali imbang. Thailand (7 poin), UEA (6), dan Malaysia (6) mengikuti di bawahnya; atau di atas Indonesia (0).
Apa yang terjadi selama kualifikasi sebenarnya bukan sesuatu yang dadakan. Jika melihat peringkat FIFA edisi 24 Oktober 2019, posisi Indonesia terlihat wajar untuk menjadi juru kunci. Indonesia ada pada peringkat ke-171 ranking FIFA, jauh di bawah UEA (peringkat ke-67), Vietnam (97), Thailand (109), dan Malaysia (158).
Peringkat FIFA yang buruk ini lahir karena dua hal. Pertama, yang terdekat, adalah rentetan hasil buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Indonesia kalah 2-3 saat menjamu Malaysia di pertandingan pembuka. Mereka kemudian menelan tiga kekalahan lagi, yaitu 0-3 saat menjamu Thailand, 0-5 saat bertandang ke UEA, dan 1-3 saat menjamu Vietnam di Bali. Rentetan kekalahan ini bukan hanya membuat McMenemy dipecat, tapi juga membuat peringkat Indonesia turun di ranking FIFA.
Sementara itu, perencanaan buruk sepanjang 2019 juga membuat Timnas Indonesia kesulitan. Padahal jika menengok ke belakang, ke peringkat FIFA edisi April 2019 misalnya, perbedaan peringkat ini tidaklah jauh. Ketika itu Malaysia ada di urutan ke-168 dan Indonesia sembilan tingkat lebih baik.
Waktu itu Malaysia termasuk 12 tim Asia dengan peringkat FIFA terendah, sehingga mereka harus menjalani pertandingan babak pertama zona kualifikasi melawan Timor-Leste. Sebaliknya, Indonesia otomatis lolos ke babak kedua.
Sepanjang 2019, Timnas Indonesia juga hanya sudah bermain tujuh kali. Sebelum kualifikasi ini, Indonesia menang 2-0 melawan Myanmar (25/03), kalah 1-4 atas Yordania (11/06), dan menang 6-0 atas Vanuatu (15/06). Bandingkan dengan Malaysia yang memainkan 13 pertandingan internasional sepanjang tahun ini.
Pemanfaatan kalender jeda internasional FIFA yang maksimal membuat adanya perubahan kecil untuk Malaysia dalam peringkat FIFA edisi Juni 2019; atau sebulan sebelum pengundian babak grup kualifikasi. Ketika Malaysia naik ke posisi 159, Garuda justru turun ke peringkat ke-160.
Itu membuat Indonesia ada di pot terakhir (kelima) pengudian babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022. Sedangkan Malaysia masuk ke pot keempat, meski sebelumnya mesti melewati kualifikasi babak pertama.
Selain Indonesia yang kurang memanfaatkan kalender FIFA, molornya awal Liga 1 juga membuat pertandingan timnas justru mengganggu liga. Saat ini misalnya, liga-liga di Asia Tenggara mayoritas sudah pada selesai kecuali Indonesia. Hal ini pernah dikritisi oleh Rudolof Yanto Basna, yang menjabat sebagai kapten saat pertandingan terakhir Indonesia melawan Vietnam.
“Jadwal tidak diatur dengan baik akhirnya bertabrakan dengan timnas. Harusnya jadwal yang ada [international] break FIFA, liga break juga. Pemain bukan robot. Kita butuh stamina yang baik, liga yang baik juga. Kembali, federasi harus bisa membenahi ini,” kata Yanto, dikutip dari wawancaranya di siniar Footballieur.
Kelemahan Indonesia: Konsentrasi dan Stamina
Jadwal amburadul yang menyebabkan stamina loyo ini kemudian membuat Indonesia memiliki masalah pada area pertahanan mereka. Dari total kebobolan 14 kali, Indonesia kemasukan 12 di antaranya pada babak kedua.
Ini bukan lagi soal pertandingan kandang atau tandang, karena setelah tiga kali tampil di kandang pun Indonesia malah kebobolan sembilan gol. Konsentrasi dan ketahanan fisik jadi pekerjaan rumah bagi Yeyen dan juga calon pelatih baru nantinya.
Meski memiliki segudang masalah, awal petaka Indonesia di kualifikasi kali ini yang tak dapat dikesampingkan adalah tumbang di laga perdana melawan Malaysia 2-3 di Gelora Bung Karno (5/9) lalu.
Padahal waktu itu, Indonesia mampu unggul dua kali melalui Alberto Gonçalves dan memimpin 2-1 sampai akhir babak pertama. Sayangnya pada babak kedua gawang Andritany Ardhiyasa kebobolan dua kali dan Indonesia harus kalah 2-3.
Pada pertandingan kelima di babak kualifikasi nanti, Indonesia akan kembali ditantang oleh Malaysia. Ketika Indonesia sedang mencari cara bangkit, Malaysia malah sedang dalam performa menggembirakan setelah menang 2-1 atas Thailand pada Kamis (14/11).
Dalam laga tersebut, Harimau Malaya menunjukkan mentalitas seperti saat melawan Indonesia. Malaysia kebobolan terlebih dahulu oleh Chanathip Songkrasin. Namun Malaysia mampu membalas lewat Brendan Gan dan Mohamadou Sumareh; pemain yang mencetak dua gol ke gawang Indonesia.
Sejarah tidak mendukung Indonesia pada pertandingan kontra Malaysia kali ini. Pertama, ini adalah laga tandang. Sebelum ini, satu-satunya laga tandang Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2022 berakhir dengan kekalahan 0-5 atas UEA.
Kedua, pertandingan akan dilangsungkan di Bukit Jalil, tempat Indonesia pernah tumbang 0-3 di final Piala AFF 2010 serta kalah 0-2 di penyisihan grup Piala AFF 2012.
Jika melihat buruknya performa Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023, itu sangat kontras dengan Timnas U19 yang baru saja memastikan diri lolos ke Piala Asia U19 2020 di Uzbekistan.
Garuda Muda asuhan Fakhri Husaini tampil tajam sepanjang kualifikasi yang digelar di Jakarta pada 6-10 November 2019 lalu dengan mencetak delapan gol dari tiga pertandingan, dan hanya kemasukan dua kali.
Jomplangnya prestasi timnas kelompok umur dengan timnas senior adalah sebuah ironi. Namun kembali mengingatkan dari apa yang sudah tertulis di awal artikel ini, bagaimanapun situasinya, duel Indonesia melawan Malaysia akan selalu menarik.
Duel yang terjadi di dalam dan luar lapangan (dalam arti positif) menunjukkan ada gengsi yang tinggi pada pertandingan antar negara tetangga ini. Bagi yang tidak bisa menemani Garuda ke Bukit Jalil, pertandingan Malaysia vs Indonesia dapat ditonton melalui live streaming Mola TV pada Selasa (19/11/2019) pukul 19.45 WIB menggunakan Mola Polytron Streaming, Mola Polytron Smart TV, Mola Matrix, atau dari mobile dengan mengunduh aplikasi Mola TV.
Komentar