Setelah mencatatkan tujuh kemenangan beruntun di semua kompetisi, Liverpool akhirnya terbentur juga. Menjamu Napoli pada pekan kelima Liga Champions 2019/2020, anak-anak asuh Jurgen Klopp harus puas mengakhiri pertandingan dengan skor 1-1. Hanya meraih satu poin, juara bertahan liga paling prestisius di Eropa itu pun harus menjalani laga hidup dan mati pada pertandingan terakhir melawan RB Salzburg (11/12).
The Reds memang masih bertengger sebagai juara Grup E dengan meraih 10 poin. Akan tetapi, mereka bisa saja didepak hingga ke peringkat ketiga klasemen akhir grup apabila kalah dari RB Salzburg. Tim asal Austria yang tengah naik daun bersama penyerang muda Norwegia, Erling Braut Haaland, ini menduduki peringkat ketiga sementara Grup E, dengan meraih tujuh poin dari hasil dua kemenangan dan satu seri.
Liverpool berhasil mengalahkan Haaland dan kawan-kawan dengan skor 4-3 di pertemuan pertama (3/10). Akan tetapi, RB Salzburg hanya selisih tiga poin dari tim asuhan Klopp. Mereka lebih produktif (16:11) serta unggul selisih gol dibandingkan The Reds (5:3). Apabila Liverpool kalah di pekan keenam Grup E dan Napoli menang melawan KRC Genk, Sang Juara bertahan akan terusir ke Liga Europa.
“Napoli selalu menjadi lawan yang sulit. Semua orang tahu bahwa kami ingin menyelesaikan fase grup Liga Champions hari ini [vs Napoli]. Tapi mereka adalah kesebelasan yang bagus. Selalu seperti itu sejak dulu. Saya ingat musim lalu kami harus menang (1-0) dari Napoli sebelum bisa melangkah maju,” ungkap Klopp.
“Kami sebenarnya tidak membutuhkan beban dan tekanan di pertandingan terakhir grup. Tetapi, hal itu sebenarnya selalu ada,” lanjutnya.
Klopp percaya bahwa Mohamed Salah dan kawan-kawan akan menjalankan tugas mereka pada partai terakhir Grup E. Akan tetapi, ia juga menyadari bahwa amunisi Liverpool semakin menipis. “Masalah utama saya dari pertandingan ini adalah cedera yang dialami Fabinho. Saya tidak tahu apakah cedera tersebut parah atau tidak, yang pasti dirinya terlihat terganggu. Itulah yang ada di otak saya sekarang, Fabinho dan Brighton (30/11),” jelas Klopp.
Sejak kalender pertandingan internasional Oktober 2019 berakhir, Liverpool memang dihadapi oleh jadwal padat. James Milner dan kawan-kawan harus bertanding empat kali dalam 12 hari, termasuk melawan Manchester United (20/10), Tottenham Hotspur (27/10), dan Arsenal (31/10). Kemudian, setelah jeda internasional November 2019, Jordan Henderson harus memimpin teman-temannya menghadapi sembilan pertandingan dalam 27 hari (23 November – 19 Desember).
Sekalipun secara matematis terlihat masuk akal, satu pertandingan per tiga hari, jadwal menuntut The Reds berlaga pada perempat-final Piala Liga 2019 melawan Aston Villa, sehari sebelum menjalani semi-final Piala Dunia Antar Klub di Qatar. “Bagaimana jika Aston Villa bermain di Qatar?,” canda Klopp saat ditanya tentang kepadatan jadwal Liverpool.
Jadwal yang melelahkan ini merupakan risiko bagi kesebelasan yang mengikuti berbagai kompetisi. Bek Liverpool, Andrew Robertson, mungkin merasa jadwal padat sebagai bentuk pujian tersendiri pada The Reds. Ia mengatakan hal ini sebagai bukti bahwa tim yang ia bela sedang merasakan kesuksesan. Namun, kesuksesan ini juga memberikan konsekuensi.
“Dengan jadwal ini, kondisi kami memang menurun. Ini adalah konsekuensi. Tapi saya percaya bahwa tim kami memiliki kedalaman yang cukup untuk menghadapi semua pertandingan. Terutama laga-laga penting yang menyangkut masa depan kami,” kata Robertson.
Seri melawan Napoli (28/11) membuat prioritas anak-anak asuh Jurgen Klopp terpecah. Awalnya mereka mungkin dapat menaruh fokus lebih ke Liga Primer Inggris, kompetisi yang pialanya belum pernah sekalipun diangkat oleh The Reds. Hingga pekan ke-13 Liga Primer Inggris 2019/2020, mereka bahkan unggul delapan poin dari pesaing terdekat, Leicester City.
Akan tetapi sebagai ganjarannya, Klopp memiliki krisis di lini belakang. Trent Alexander-Arnold sempat diragukan untuk tampil saat bertemu Crystal Palace (23/11). Nathaniel Clyne yang merupakan pelapis Alexander-Arnold, absen hingga 2020. Dejan Lovren baru bisa digunakan sejak akhir Oktober 2019. Sementara Joel Matip masih harus dipantau perkembangannya setiap hari.
Itu baru di lini belakang. Belum lagi Xherdan Shaqiri yang sempat mengalami masalah di bagian pangkal paha. Menjalani sembilan pertandingan dalam 27 hari, Klopp harus memutar otak untuk rotasi. Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa dirinya akan membagi Liverpool jadi dua tim untuk melawan Aston Villa dan menjalani Piala Dunia Antar Klub 2019. Sebagian menetap di Inggris, sisanya terbang ke Qatar.
Pertandingan Liverpool vs Brighton & Hove Albion dapat disaksikan melalui Mola Polytron Streaming
Brighton & Hove Albion, lawan Liverpool pada pekan ke-14 Liga Primer Inggris 2019/2020 (30/11) memang bisa dipandang sebelah mata oleh Henderson dan kawan-kawan. Apalagi dari 16 pertemuan kedua tim, The Seagulls hanya meraih satu kemenangan. Sisanya, 11 kali kalah dan empat seri. Kemenangan tunggal mereka pun tercipta sebelum era Liga Primer Inggris (1981/1982).
Ini adalah pertandingan yang tepat untuk Klopp melakukan rotasi. Mungkin mencoba beberapa pemain muda seperti Rhian Brewster, Harvey Elliot, Ki-Jana Hoever, dan Sepp van den Berg. Akan tetapi, andai The Reds terlalu banyak mengubah komposisi, Brighton berpeluang mengejutkan mereka, dengan memberikan kekalahan pertama di Liga Primer Inggris 2019/2020. Pasalnya, dua pertemuan terakhir kedua tim hanya berakhir dengan skor tipis 1-0. Liverpool menang tapi dengan susah-payah, padahal hampir menurunkan semua pemain terbaik mereka.
Inikah titik awal The Reds terpeleset? Saksikan pertandingan Liverpool kontra Brighton & Hove Albion, 30 November 2019, 22.00 WIB melalui Mola TV. Aplikasi, parabola, ataupun Polytron streaming! Aplikasi Mola TV dapat diunduh secara gratis, hanya butuh registrasi untuk menyaksikan pertandingan dengan kualitas High Defination. Laga ini juga disiarkan oleh TVRI.
Komentar