Gol indah Son Heung-Min ke gawang Nick Pope mewarnai kemenangan besar Tottenham Hotspur atas Burnley, 5-0. Tampil selama 90 menit penuh, Son terlibat dalam dua dari lima gol Tottenham. Hal ini membuat dirinya layak mendapatkan bola pertandingan setelah peluit panjang berbunyi. Namun, bola itu diambil oleh Kepala Pelatih The Lilywhites, Jose Mourinho. “Troy Parrott lebih layak menyimpan bola tersebut. Ia menjalani debut Liga Primer Inggris saat usianya masih 17 tahun,” jelas Mourinho.
Memberikan bola pertandingan kepada Parrott, bukan berarti The Special One tidak kagum dengan Son. Apalagi setelah melihat pemain Korea Selatan itu membawa bola seorang diri dari kotak penalti sendiri ke area terlarang The Clarets sebelum mencetak gol ketiga Tottenham.
“Gol tersebut membawa saya ke pertandingan Compostella melawan FC Barcelona di 1996. Saya duduk di sebelah Sir Bobby Robson dan Ronaldo Nazario melakukan hal serupa. Itu satu-satunya hal yang ada di benak saya ketika melihat gol Son. Sebelum ini, anak saya sudah memanggil dia ‘Sonaldo’. Hari ini dia menunjukkan mengapa dirinya layak mendapat julukan tersebut,” kata Mourinho.
Sebelum gol indah itu tercipta, Mourinho memang sudah mengaku bahwa dirinya adalah penggemar Son. “Saya jatuh cinta melihat pria satu ini. Dia adalah sosok yang luar biasa. Bayangkan perasaan orang lain di sini yang sudah bersama dirinya selama empat atau lima tahun,” puji The Special One.
VIDEO: Komentar Son Heung-min atas gol spektakulernya ke gawang Burnley
Dengan atau tanpa Mourinho, Son memang memiliki tempat tersendiri di kalangan suporter Tottenham. Bahkan di periode terakhir Mauricio Pochettino, ketika The Lilywhites main di bawah standar mereka, Son merupakan pemain yang paling bersinar untuk klub asal London Utara tersebut. Ia terlibat dalam 12 gol dari 1.063 menit, lebih produktif dibanding Harry Kane yang butuh 1.345 menit untuk berkontribusi dalam jumlah gol yang sama.
Tanpa Son, Pochettino mungkin akan dipecat lebih awal. Pasalnya, kontribusi Son di atas lapangan berhasil memberi lima poin tambahan untuk Tottenham di awal musim Liga Primer Inggris 2019/2020. Mourinho juga banyak terbantu oleh performa Son yang tetap konsisten terlepas pergantian pelatih di tubuh The Lilywhites. Tanpa Son, pertandingan melawan Burnley (7/12) mungkin baru jadi kemenangan pertama yang diberikan Mourinho kepada Tottenham di Liga Primer Inggris.
Son terlibat dalam dua gol saat debut Mourinho melawan West Ham United. Ketika itu The Lilywhites menang 3-2 atas The Hammers. Saat bertemu AFC Bournemouth sepekan kemudian, Son kembali menjadi otak kemenangan Tottenham 3-2 dengan mengarsiteki dua dari tiga gol mereka di pertandingan tersebut.
Meski sudah menelan satu kekalahan, Mourinho jelas memberikan dampak positif untuk Tottenham. Setidaknya, permainan The Lilywhites kembali enerjik. Dele Alli, Harry Kane, Lucas Moura, semuanya seperti kembali ke performa terbaik mereka setelah sempat disebut kehilangan gairah dia masa-masa terakhir Pochettino melatih. Akan tetapi, Son tetap sama.
“Mourinho memberikan atmosfer positif di ruang ganti kami, dia sangat baik,” puji Son saat ditanya dampak The Special One ke Tottenham.
Ketika Mourinho menelan kekalahan pertamanya sebagai nakhoda Tottenham, Son adalah sosok yang merasa terpukul dari hasil tersebut. “Saya selalu ingin menang. Siapapun lawan yang dihadapi. Partai besar melawan Manchester United seperti ini adalah momen-momen di mana saya sangat ingin raih kemenangan. Tapi kita akhirnya kalah,” buka Son.
“Kekalahan selalu menyakitkan. Siapapun lawan yang dihadapi. Tapi di laga ini rasa sakit yang ada lebih dalam dibandingkan lainnya. Pasalnya saya tahu kami [Tottenham] seharusnya bisa bermain lebih baik lagi. Setidaknya saya seharusnya bisa bermain lebih baik lagi,” kata Son.
Siapapun pelatihnya, Son tetap akan menjadi jawaban The Lilywhites. Namun, mungkin Mourinho adalah sosok yang akan membawa mantan pemain Hamburg itu ke level berikutnya: Mencapai level "Sonaldo"!
Komentar