Jika membicarakan `Mes que un Club`, maka juga harus menyebut nama mantan presiden Barça, Josep Sunyol i Garriga.
Anak juragan importir gula tersebut terpilih sebagai presiden klub pada 1935. Sebelumnya, Ia merupakan deputi parlemen Esquerra Republicana Catalana (Republik Catalunya Kiri) dengan suara terbanyak sepanjang sejarah.
Sunyol adalah saksi mata upaya kota Barcelona, yang mayoritas digerakkan oleh para sosialis dan anarkis, bertahan dari upaya kudeta. Pertempuran jalanan yang berlangsung selama tiga malam tersebut dimenangi kubu Republik, namun tidak demikian dengan Galicia dan Castilla.
Tertanggal 6 Agustus 1963. Sunyol tengah berada di Madrid, membawa `misi` sebagai penyambung pesan antar perwakilan pemerintah republik di ibukota, Barcelona, dan Valencia. Ia berencana menuju kota terakhir menggunakan kereta malam.
VIDEO: Highlights Karim Benzema di pertandingan El Clasico
Menjelang Maghrib, mobil Ford Hitam dengan plat ARM 2929 yang ditumpangi Sunyol berada di kawasan pegunungan Guadarrama. Mereka tak sadar sudah melewati pos penjagaan terakhir kubu Republik-mengabaikan tembakan peringatan tanda bahwa mereka akan memasuki garis depan pertempuran.
Peluru yang diletuskan berikutnya, sekitar satu kilometer dari pos penjagaan kubu Republik, tepatnya di KM52 jalan NVI ke arah barat laut Madrid, membunuh Sunyol. Ia tak tahu dicegat oleh kelompok bersenjata fasis. Ketika keluar dari mobil, Ia menyampaikan salam `¡Viva la Republica!`. Tubuhnya tak pernah ditemukan, bahkan setelah penyisiran kuburan massal skala nasional pada 2009.
Bagi Barcelona, Sunyol adalah `Mes que un club`. Ini bukan hanya karena Ia-sebagaimana diakui sejarah resmi klub-adalah martir, melainkan juga karena idenya tentang olahraga Catalunya.
Pria yang lahir pada 21 Juli 1989 tersebut merupakan pendiri surat kabar La Rambla. Ia memiliki sebuah kolum di dalamnya, rutin menulis pelbagai tema, termasuk tentang olahraga dan kewarganegaraan.
"Ketika kita berbicara tentang olahraga, artinya kita membicarakan ras, antusiasme, optimisme, pergelutan mulia generasi muda," catat Sunyol, dalam manifestonya. "Ketika kita berbicara tentang kewarganegaraan, artinya kita membicarakan keberadaban, Catalonialism, liberalisme, demokrasi, kemurahan hati."
Ada alasan di balik keputusan Barça menjadikan Font de Canaletes pusat perayaan juara. Tepat di tempat tersebut, pernah ada kantor Las Ramblas, dengan sebuah papan kapur hitam di depannya. Mereka senantiasa menjadi jawaban bagi yang ingin mengetahui hasil pertandingan tandang Barça.
Sunyol dibunuh, lalu coba dilupakan. Pasca kemenangan Franco, struktur keolahragaan negara berubah-dari bawah keatas, menjadi atas ke bawah. Federasi bukan lagi diciptakan oleh persatuan klub, diwakili masing-masing presiden. Mereka adalah kepanjangan tangan rezim, menciptakan klub-menunjuk presiden.
Arahan Jenderal Moscardo yang ditunjuk sebagai Kepala Komite Olimpiade Spanyol dan Dewan Olahraga Nasional (Baca: Menteri Keolahragaan) sederhana: todo en función estado-reminisansi definisi fasisme Benito Mussolini: "everything within the state, nothing outside the state, nothing against the state".
Pada Maret 1940, Enrique Piñeyro de Quearlt , diangkat sebagai Presiden Barça. Ia memiliki latar belakang militer; berhubungan dekat dengan Moscardo.
Pineyro melihat tugas utamanya adalah membawa Barça menjadi klub yang "memiliki kebaikan hati seorang warga Spanyol kelahiran Catalunya yang mencintai dan menjunjung tinggi takdir abadi (kejayaan) tanah kelahiran". Seluruh pejabat klub di bawah arahannya adalah yang ditandai sebagai `setia kepada rezim`.
Bahkan, setelah menjadi klub pertama yang menggelar pemilihan presiden secara semi-demokrasi pada 1946, Barça tetap diawasi oleh aparat secara ketat. Agustí Montal Galobart (1946-52) dilabeli sebagai sosok `bermoral` dalam sebuah laporan kepolisian.
Penerusnya, Martí Carretó (1952-53), adalah korban keganasan kaum `Merah` (sebutan untuk ekstrimis kiri Spanyol pada era perang sipil). Keluarganya banyak yang terbunuh. Adapun, Narcís de Carreras (1968-69), merupakan mantan agen intelejen Nasionalis.
Butuh waktu puluhan tahun, sebelum Sunyol benar-benar diakui sebagai bagian dari sejarah Barça. Kelompok bernama The Friends of Josep Sunyol sempat mendapatkan perlawanan dari presiden Josep Lluis Nuñes ketika hendak memperingati 60 tahun kematian Sang Martir. Meski akhirnya dipasang sebuah batu peringatan, namanya ditulis "Josep Suñol i Garriga"-menggunakan "ñ" milik bahasa Spanyol, alih-alih "ny" bahasa Catalunya.
Terhitung per 26 Januari 1939, pasukan Nasionalis menguasai kota Barcelona. Salah satu anggota korps sukarela yang berada di sana bernama `Santo` Santiago Bernabéu.
Sejarawan Josep Solé i Sabaté meyakini: "Sunyol adalah penjaga standar Barcelona, alter egonya-perwujudan kebebasan, pluralisme, dan demokrasi. Dengan kata lain, Barcelona. Sementara, presiden lainnya, Santiago Bernabéu-nya Real Madrid, adalah alter ego dari Francoisme".
Yang kerap terlupakan (baca: di-) adalah fakta bahwa Bernabéu baru menjadi presiden Madrid empat tahun kemudian. Ketika Ia merangsek jalanan kota Barcelona, presiden sah Madrid, enam ratus kilometer jauhnya, tengah bergabung dengan barisan terdepan untuk memukul mundur fasisme. Mes que un club.
Baca juga:
Barcelona Sebagai Entitas Warga Catalunya
Melincungi Madrid, Melindungi Catalunya
Komentar