Bagi seorang pesepakbola profesional, bermain di salah satu kesebelasan ternama Eropa adalah salah satu alat ukur kesuksesan mereka. Tidak ada yang mengatakan hal ini secara terbuka. Namun, asumsi tersebut sudah seperti peraturan tidak tertulis di dunia sepakbola. Semua sadar bahwa itu adalah salah satu takaran sukses di sepakbola.
Bahkan, bagi mereka yang sudah bermain di kesebelasan ternama Eropa sekalipun, masih ada level lebih tinggi lagi untuk dijejaki. Penyerang Paris Saint-Germain (PSG), Kylian Mbappe, merupakan contoh dari asumsi ini. Meski memecahkan berbagai rekor di Piala Dunia 2018 dan bermain untuk tim penguasa Prancis, masih ada pihak yang merasa Mbappe belum layak disejajarkan dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
“Tanpa mengurangi rasa hormat kepada PSG, Ligue 1 (divisi sepakbola tertinggi di Prancis) masih ada di bawah level Liga Spanyol dan Inggris. Mbappe jelas punya potensi untuk menjadi pemain terbaik dunia. Namun, dia harus meninggalkan Prancis dan bermain di La Liga atau Liga Primer Inggris,” ungkap pemenang Ballon d’Or 1999, Rivaldo.
Mimpi untuk membela kesebelasan ternama Eropa ini membuat banyak anak muda merantau, mengadu nasib, bahkan menjadi korban perbudakan manusia. Padahal, bukan hanya Benua Biru saja yang dapat memberikan kesuksesan di sepakbola. Hal itu sudah dirasakan sendiri oleh bek asal Spanyol, Pablo Mari. Pada musim panas 2019, Mari menerima pinangan Flamengo dan meninggalkan Manchester City untuk bermain di Brasil. Musim pertamanya di Negeri Samba berakhir dengan gelar Brasileiro Serie A dan Copa Libertadores.
“Dulu saya bermain di depan hadapan lima sampai 10 ribu penonton. Sekarang saya disaksikan langsung oleh 60 ribu penonton di Maracana. Pendukung di sini sangat bersemangat. Mereka tak pernah berhenti berteriak selama 95 menit. Saat laga tandang sekalipun, pasti akan ada sekitar 50 ribu suporter datang,” aku Mari kepada The Athletic.
Brasil memang dikenal sebagai negara yang gila dengan sepakbola. Sering kali mereka merasa sepakbola adalah agama yang sesungguhnya. Namun, Flamengo beda dengan kesebelasan-kesebelasan lainnya di Negeri Samba. Menurut The Athletic, Rubro-Negro merupakan kesebelasan dengan interaksi terbanyak di Instagram. Hingga November 2019, mereka berhasil mengumpulkan 124 juta interaksi di sosial media tersebut. FC Barcelona yang duduk di peringkat kedua soal interaksi Instagram pun hanya bisa meraih 74 juta dalam periode tersebut.
Bedasarkan jumlah pengunjung ke stadion, Flamengo juga tidak kalah dengan kesebelasan-kesebelasan ternama di Eropa. Pada musim 2018, pemilik enam gelar liga Brasil itu berhasil menjual lebih dari tujuh juta tiket untuk partai Brasileiro Serie A. Sementara di 2019, jumlah itu bertambah menjadi delapan juta. Sebagai perbandingan, FC Barcelona pada 2018/2019 hanya berhasil menjual sekitar satu juta tiket di La Liga. Sementara Juventus hanya bisa menjual 744.670 tiket Serie-A di musim pertama Cristiano Ronaldo.
Mari bisa dibilang menjadi korban City Football Group yang menguasai berbagai kesebelasan di penjuru dunia. Dirinya didatangkan dari Gimanstic de Tarragona pada musim panas 2016. Datang saat berusia 22 tahun, pemain kelahiran 31 Agustus 1993 itu percaya bahwa ia layak membela Manchester City. Apalagi The Citizens diasuh oleh Pep Guardiola, manajer asal Spanyol yang dikenal gemar mengorbitkan pemain muda. Namun kenyataannya, “Berstatus pemain Manchester City selama tiga tahun, saya tidak pernah bertemu Guardiola,” aku Mari.
Saat pertama dikontrak Manchester City, ia langsung dipinjamkan ke kesebelasan City Football Group lainnya, Girona. Selesai "sekolah" di Girona, Mari kembali dikirim untuk belajar di Belanda bersama NAC Breda. Setelah dua musim menimba ilmu di luar Inggris, pintu Stadion Etihad belum juga terbuka untuk dirinya. Ia justru dipinjamkan lagi ke Deportivo La Coruna untuk musim 2018/2019.
Mari tidak menyesal pindah ke Manchester City. Ia juga mengaku menikmati pengalamannya di Girona, NAC, ataupun Deportivo La Coruna. “Saya senang bisa bermain di banyak negara dan mengenal pemain-pemain lain,” katanya.
Namun, dirinya memang tidak pernah diperhitungkan oleh Guardiola. Sebelum Mari pergi ke Flamengo, Guardiola secara terbuka mengatakan bahwa dirinya tidak membutuhkannya. Keputusan membela Flamengo pun menjadi keputusan terbaik yang pernah diambil Mari sepanjang menjalani karier sebagai profesional. Memenangkan Copa Libertadores dan Brasileiro Serie A, Mari menjadi salah satu pemain bertahan terbaik di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, menghidupkan kembali talenta-talenta terbuang memang sudah seperti budaya untuk Rubro-Negro. Mari hanya contoh terakhir yang tampilkan ke dunia sepakbola. Flamengo juga telah menyelamatkan karier Gerson (AS Roma), Gabriel Barbosa (Inter Milan), Bruno Henrique (VfL Wolfsburg), bahkan Rodrigo Caio yang batal membela Barcelona juga ditampung.
Setelah menjuarai Copa Libertadores dan Brasileiro Serie A pun, nama-nama di atas mulai diincar lagi oleh kesebelasan Eropa. Tapi, menurut Mari bermain di kesebelasan ternama Eropa bukanlah sesuatu yang spesial. “Menggunakan seragam Flamengo, saya juga bermain untuk kesebelasan besar. Tim ini punya ambisi untuk selalu mengangkat piala. Siapa yang tidak mau mengangkat piala? Saya senang di sini dan tidak harus pindah-pindah setiap tahun (seperti di Manchester City),” kata Mari.
Flamengo memang tetap mengirimkan talenta ke Benua Biru. Lucas Paqueta, Leo Duarte (AC Milan), ataupun Vinicius Jr (Real Madrid), semuanya meninggalkan Estádio Jornalista Mário Filho untuk tim ternama Eropa. Namun, mereka juga siap untuk menampung talenta-talenta terbaik di Eropa. Penyerang PSG, Edinson Cavani, bahkan sudah dikaitkan dengan Rubro-Negro. Jika terus begini, bukan tidak mungkin Flamengo mengalahkan popularitas kesebelasan-kesebelasan tenar Eropa. Sama seperti di Instagram.
Komentar