Dia kembali, dan menepati janji. Setelah menikmati gemerlap Hollywood bersama LA Galaxy, Zlatan Ibrahimovic mendarat lagi di Italia. ‘Pulang’ ke Negeri Pizza selalu jadi ambisi Ibrahimovic setelah memutuskan hengkang dari Los Angeles. Awalnya, ia kerap dikaitkan dengan Napoli. Mengingat alasan utama Ibrahimovic ingin kembali ke Italia adalah film dokumenter Diego Maradona.
Tapi, Carlo Ancelotti yang memiliki hubungan erat dengan penyerang asal Swedia itu sudah lebih dulu pergi, diganti dengan Gennaro Gattuso. Alih-alih mengikuti jejak Don Carlo ke Everton, dirinya memilih kembali ke AC Milan, kesebelasan yang sudah ia tinggalkan sejak 2012.
VIDEO: Gol terbaik Zlatan bersama AC Milan
Menandatangani kontrak setengah tahun dengan opsi perpanjangan satu tahun, Ibrahimovic bukan pemain pertama yang kembali ke San Siro setelah menikmati atmosfer kompetisi lain. Bedasarkan data Transfermarkt, ada 94 nama lain yang pernah dipulangkan ke San Siro. Termasuk pemenang Balon d’Or 2007, Ricardo Kaka. Sama seperti Ibrahimovic, Kaka dipulangkan dengan status bebas transfer. Bedanya, ketika itu kepulangan Kaka penuh dengan aroma romantisme.
“Saya senang bisa kembali ke Milan. Saya sudah berbicara dengan Carlo Ancelotti. Semua orang tahu saya akan kembali. Saya tidak sabar bisa bermain lagi di San Siro. Kami [AC Milan] memiliki tim yang hebat,” kata Kaka seperti dikutip the Independent.
Sementara Ibrahimovic sadar kondisi AC Milan saat ini sudah jauh berbeda dengan saat ia pertama mendarat. Mengatakan bahwa Rossoneri bukan lagi kesebelasan yang dicintai oleh publik, memiliki banyak masalah, singkatnya, berubah. Sudah menandatangani kontrak untuk pulang ke San Siro sekalipun, opini Ibrahimovic tidak berubah.
https://twitter.com/Ibra_official/status/1210643253558697984">
https://twitter.com/Ibra_official/status/1210643253558697984
Saat Ibrahimovic pertama mengatakan bahwa dirinya tertarik untuk kembali ke Serie-A, dirinya memiliki ambisi besar. Ambisi yang tidak bisa dilakukan bersama AC Milan. Jika ada yang dapat dilakukan Ibrahimovic untuk AC Milan, dirinya bisa menarik perhatian media.
Usai dibantai Atalanta pada pekan ke-17 Serie-A 2019/20, perhatian media mungkin bukan sesuatu yang benar-benar diharapkan oleh pihak Rossoneri. Tetapi, Ibrahimovic tidak akan membuat media fokus kepada tim. Melainkan kepada dirinya sendiri.
Melihat berbagai tingkah laku penyerang kelahiran Kota Malmo itu, ia senang berada di bawah lampu sorot. Ketika Ibrahimovic ada dalam lampu sorot, hal lain di sekitarnya seakan tak terlihat. Ibrahimovic bisa menjadi pengalihan isu bagi AC Milan yang mulai menjadi bahan tertawaan di dunia sepakbola. Hal itu jelas akan memberikan Rossoneri ruang bernapas, lepas dari tekanan media.
Ibrahimovic juga bisa meningkatkan pendapatan AC Milan sebagai klub. Hal ini sudah sempat ia lakukan untuk Manchester United dan LA Galaxy, dua kesebelasan terakhirnya sebelum kembali membela AC Milan. Ketika membela Manchester United dan LA Galaxy, Ibrahimovic sudah tidak muda lagi. Tetapi dirinya tetap bisa meningkatkan penjualan kostum tim Manchester Merah. Berkat namanya, Manchester United mampu menjual 300 ribu kostum di musim pertamanya.
Meninggalkan Old Trafford untuk bergabung dengan LA Galaxy di 2018, Ibrahimovic juga memberi dampak serupa untuk kesebelasan asal California tersebut. Ia bahkan jadi pemain dengan jumlah penjualan kostum terbanyak selama dua musim berturut-turut (2018 dan 2019). Mengalahkan nama-nama tenar lainnya seperti David Villa, Sebastian Giovinco, Bastian Schweinsteiger, Carlos Vela, dan Wayne Rooney.
Padahal Ibrahimovic tidak memberikan gelar apapun untuk LA Galaxy. Sementara Giovinco sudah terbukti jitu bersama Toronto FC, Vela menjuarai Supporter Shield –piala musim reguler MLS- pada 2019, dan Schweinsteiger pensiun di Chicago Fire. Kostum terakhir yang digunakan oleh pemenang Piala Dunia 2014 masih kalah populer dibandingkan Ibrahimovic!
Pertama meninggalkan San Siro, Ibrahimovic memiliki status sebagai Capocannoniere –pencetak gol terbanyak Serie-A- 2011/12. Dirinya masuk ke dalam daftar legenda AC Milan. Akan tetapi, ia ingin kembali ke Serie-A untuk meraih scudetto, menjadi pilihan utama, dan mencetak 20 gol per musim. Sesuatu yang terlihat sulit dicapai bersama AC Milan.
AC Milan jauh dari scudetto, duduk di peringkat ke-11 dengan hanya meraih 21 poin dari 17 partai. Mereka sudah memiliki Krzysztof Piatek, Rafael Leao, dan Ante Rebic sebagai opsi di lini depan. Rebic dan Leao bahkan baru didatangkan di musim panas 2019. Dengan usia Ibrahimovic yang sudah 38 tahun, minim peluang bagi dirinya mendapatkan jam terbang lebih banyak dibandingkan nama-nama lain di atas.
Ibrahimovic adalah, dan akan selalu dikenal sebagai pemain hebat. Namun memasuki dekade baru, 2020, dirinya akan lebih banyak memberikan dampak di luar dibandingkan dalam lapangan. Walau setiap klub mungkin hanya mendapat 10-15% dari penjualan kostum, kedatangan Ibrahimovic yang terbukti sukses dalam bidang ini akan sangat membantu AC Milan. Keuangan mereka masih defisit, gagal menembus Liga Champions sejak 2014 juga tidak membantu. Dengan kehadiran Ibrahimovic, setidaknya ada dorongan untuk memperbaiki kondisi ini.
Dibanding mencetak 20 gol, Ibrahimovic juga nampaknya akan lebih banyak terlibat di balik layar. Ia akan menjadi sosok senior yang ditakuti oleh pemain-pemain lain. Ia Diharapkan bisa membangkitkan semangat rekan-rekan satu tim untuk memperbaiki posisi Rossoneri. Setidaknya begitu harapan mantan CEO AC Milan, Adriano Galliani.
“Ibra adalah pemain yang disegani. Dirinya bahkan berani mendorong rekan satu tim ke tembok karena tidak mau berlatih keras. Hanya dia yang saya lihat pernah melakukan hal seperti itu. Ibra bisa membuat pemain lain berlatih lebih serius lagi,” kata Galliani ke Gazzetta dello Sport.
Jika tiba-tiba di paruh kedua Serie-A 2019/20 AC Milan bangkit, Ibrahimovic pasti akan mendapat atau setidaknya mengambil apresiasi dari kesuksesan tersebut. Jika tidak? Ya sudah. Sudah diberkahi sosok Zlatan Ibrahimovic saja, AC Milan perlu bersyukur.
Komentar