Pantat Jamie Carragher beranjak dari bangku di tribune media Stadion Anfield. Raut wajahnya bahagia dan kepalan tangannya memukul udara, sebagaimana puluhan ribu suporter Liverpool lain untuk yang kedua kali pasca gol pembuka Virgil van Dijk. Namun selebrasi itu tidak berlangsung lama.
Sebelum bola tendangan Roberto Firmino menggoyang jala gawang Manchester United, Carragher melihat bahwa Van Dijk menabrak David De Gea. Pemandangan yang sama disaksikan oleh dua rekan komentatornya, Martin Tyler dan Gary Neville.
"Penilaian pertama saya, itu jelas bukan [pelanggaran]. Sang kiper terlihat seperti menjatuhkan [bola saat] Van Dijk melompat," ucap Neville dalam tayangan langsung televisi. Dia bukan satu-satunya yang berpikir demikian, melainkan juga wasit Craig Pawson.
VIDEO: Rivalitas Liverpool dan Manchester United
Seketika, para pemain Man United mengerubungi Pawson untuk melancarkan protes. Video Assistant Referee (VAR) membuktikan bahwa Neville dan Pawson keliru; gol Firmino pun dianulir.
Muncul anggapan bahwa gol Liverpool sebenarnya sah. Tak lain karena bola-ketika terlepas dari penguasaan De Gea jatuh di kaki Victor Lindelof, sebelum direbut oleh Sadio Mane dan dieksekusi Firmino. Dengan kata lain, Man United membuang advantage yang diberikan. Pertanyaannya, apakah benar Pawson memberikan advantage karena bola dikuasai Lindelof?
Dalam Laws of the Game Bab V nomor 3, dijelaskan bahwa advantage berarti "mengizinkan permainan berlanjut ketika sebuah pelanggaran terjadi dan tim yang tidak melanggar memperoleh keuntungan dan menghukum pelanggar jika advantage tidak langsung atau diberikan dalam hitungan detik".
Wasit memiliki kebebasan memberi advantage, dengan pengecualian terhadap pelanggaran serius, tindak kekerasan, atau pelanggaran susulan selama bukan situasi mencetak gol dalam posisi terbuka. Hal ini tertuang dalam Laws of the Game Bab 12 nomor 3.
Lebih lanjut, Laws of the Game menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wasit memberikan advantage, seperti:
- keseriusan pelanggaran - jika pelanggaran pantas mendapat kartu merah, wasit harus menghentikan permainan dan mengeluarkan pemain, kecuali terdapat peluang emas mencetak gol
- posisi terjadinya pelanggaran - semakin dekat dengan gawang lawan, advantage semakin efektif
- peluang melancarkan serangan yang cepat dan menjanjikan
- atmosfer pertandingan
Seperti yang dijelaskan dalam Laws of the Game Bab V nomor 6, wasit wajib memberikan sinyal ketika mengambil keputusan. Tujuannya jelas: memudahkan para pemain, pelatih, hingga para penonton memahami keputusan yang diambil.
Pawson tidak memberikan sinyal advantage ketika Lindelof menguasai bola. Artinya, dia tidak menganggap Van Dijk melanggar De Gea dan ini bukan sebuah situasi advantage.
Hal tersebut dilakukan oleh Pawson dalam proses terjadinya gol pamungkas Liverpool yang dicetak Mohamed Salah. Kendati Juan Mata berada dalam posisi offside, dia tidak meniup peluit karena bola berada dalam penguasaan Alisson sepenuhnya.
Pawson juga memberikan sinyal kepada asisten wasit yang telah mengangkat bendera. Bertujuan memberi tahu bahwa pelanggaran (dalam hal ini offside) dan tendangan bebas tidak diperlukan.
Alisson tidak perlu menaruh bola di tanah. Dia bisa langsung melanjutkan permainan dan terbukti menguntungkan bagi Liverpool.
Lagipula, jika benar Lindelof memegang bola advantage, maka seharusnya Pawson langsung meniup peluit saat Mane merebutnya; Liverpool menggagalkan Man United—selaku tim yang dilanggar—untuk memperoleh keuntungan dan menghukum sang pelanggar dalam hitungan detik. Alih-alih, malah Man United yang dihukum tendangan cantik Firmino. Di sinilah, kemudian, VAR unjuk gigi.
Man United patut berterima kasih kepada Firmino karena menyarangkan bola ke dalam gawang. Hal tersebut dikarenakan VAR, seperti yang tertuang di Laws of the Game Bab IV, hanya bisa ambil peran dalam situasi-situasi yang merupakan "kesalahan jelas" atau "insiden serius yang terlewatkan", terkait: gol, penalti, kartu merah langsung, serta kesalahan identitas.
Jika tendangan Firmino ditepis De Gea dan berakhir dengan sepak pojok, ceritanya akan berbeda. Tidak ada tendangan bebas untuk Man United. Bahkan, bisa-bisa, langsung tercipta gol kedua yang tidak ditinjau ulang oleh VAR karena bola telah out-of-play terlebih dahulu.
VAR menunjukkan kesalahan Neville dan Pawson. Tangan Van Dijk terangkat dan menggangu De Gea, tetapi tidak terlihat oleh keduanya.
Situasi serupa sempat terjadi dalam laga antara Man United dengan Everton di Stadion Old Trafford, pertengahan Desember 2019. Dominic Calvert-Lewin memperebutkan bola dengan De Gea yang berujung gol bunuh diri Lindelof, namun kenapa tinjauan VAR tidak menganulir gol ini?
Berdasarkan Laws of The Game, seorang kiper dianggap menguasai bola ketika menggunakan kedua tangannya. Adapun dalam laga kontra Everton, De Gea meninju bola, sehingga dianggap melakukan perebutan bola dan tidak menguasainya.
Dalam kasus De Gea vs Van Dijk, nama kedua memang tidak fokus penuh terhadap bola dan tidak awas terhadap keberadaan nama pertama. Bagaimanapun, penguasaan bola De Gea terganggu akibat tabrakan dari Van Dijk yang tidak berhasil menyentuh bola sama sekali.
Permasalahan utamanya: Neville adalah komentator, Pawson adalah wasit. Penilaian Neville tidak memengaruhi apapun, sedangkan kesalahan Pawson menentukan hasil akhir pertandingan.
Penerapan VAR masih menuai pro-kontra, tetapi melalui pertandingan ini, terbukti bahwa VAR sangat membantu wasit untuk mengambil keputusan adil dan benar. Jika tidak ada VAR, maka Pawson telah melakukan kesalahan fatal.
Komentar