Setelah merasakan periode terbaik mereka di bawah asuhan Frank Lampard dengan enam kemenangan Liga Primer Inggris beruntun selama periode 6 Oktober hingga 9 November 2019, Chelsea kembali tampil inkonsisten. Dalam 10 partai liga terakhir mereka, Tammy Abraham dan kawan-kawan hanya bisa meraih 14 dari total 30 poin yang tersedia. Kalah dari Everton, Bournemouth, Southampton, dan Newcastle United, juga ditahan imbang oleh Brighton & Hove Albion serta Arsenal. Pertandingan melawan Arsenal di pekan ke-24 liga jadi tanda-tanda bahaya untuk Lampard.
Pasalnya, dalam laga derbi London tersebut, the Blues sebenarnya mendominasi pertandingan. Selaku tuan rumah, mereka berhasil menguasai 59 persen aliran bola dan memiliki akurasi operan yang lebih tinggi dibandingkan Arsenal (89:79%). Dengan dominasi itu, Chelsea berhasil melepaskan delapan tembakan ke arah gawang. Jauh di atas Arsenal yang hanya bisa dua kali mengarahkan bola ke gawang Chelsea. Tapi pertandingan berakhir dengan skor 2-2. Arsenal bisa mengkonversi semua tendangan yang mereka arahkan ke gawang Chelsea, sementara tuan rumah hanya bisa menghasilkan satu gol dari setiap empat percobaan.
Beruntung bagi Lampard, pertandingan Liga Primer Inggris di pekan ke-25 (1/2) akan mempertemukan anak-anak asuhnya dengan Leicester City. The Foxes jelas bukan kesebelasan yang bisa diremehkan. Sejak menjuarai liga pada 2015/16, mereka bertransformasi menjadi salah satu penghuni tetap divisi sepakbola tertinggi Inggris. Bukan lagi `tim yo-yo` seperti era divisi utama. Bahkan posisi tim asuhan Brendan Rodgers di klasemen sementara liga ada di atas Chelsea. Unggul delapan poin dari tim asuhan Lampard.
VIDEO: 5 Gol terbaik Chelsea ke gawang Leicester City
Namun, berdasarkan hasil pemungutan suara yang dilakukan Leicestershire Live pada 2018, 69,2% suporter Leicester menempatkan the Blues sebagai tim yang paling mereka benci di Liga Primer Inggris. Lebih dari Arsenal (61,5%) atau Manchester United (53,9%). Sementara sumber yang sama juga memaparkan bahwa suporter Chelsea punya kesenangan tersendiri kepada Leicester. Hanya 10,2% dari mereka membenci the Foxes.
Data ini mungkin terlihat aneh mengingat kedua tim tidak memiliki ikatan emosional sebagai rival. Namun, statistik pertemuan mereka memang memperlihatkan bagaimana Leicester begitu inferior tiap kali melawan Chelsea. Dari 58 pertemuan mereka, Leicester hanya bisa menang tujuh kali dan mencetak 68 gol. Sementara Chelsea mencetak 107 gol dan menang 29 kali dari Leicester. Dengan rasio kemenangan hanya 12,1%, Chelsea adalah lawan yang sulit bagi Leicester. Seakan menjadi kesebelasan yang bisa mengingatkan the Foxes akan masa lalu mereka sebagai tim yo-yo.
Sejak memasuki era Liga Primer, Leicester memang mulai bisa mengimbangi the Blues. Bahkan lima dari tujuh kemenangan mereka terjadi di era tersebut. Pertemuan pertama kedua tim di musim 2019/2020 berakhir dengan skor imbang 1-1. Leicester mungkin lebih diunggulkan jika melihat klasemen dan performa tim. Tapi sejak Liga Primer menggantikan divisi utama di 1993, hanya ada empat musim di mana Leicester berhasil mengakhiri kompetisi tanpa pernah kalah dari Chelsea. Bagi Chelsea yang sedang goyah, tidak ada lawan yang lebih pas dibandingkan Leicester untuk kembali ke jalur kemenangan mereka.
Komentar