Ada perubahan signifikan dari permainan Persib saat bertandang ke markas Arema FC pada pekan kedua Liga 1 2020. Jika pada pertandingan perdana melawan Persela skuad berjuluk Maung Bandung tersebut main impresif sampai berhasil mencetak tiga gol, pada laga yang digelar Minggu (08/03), Persib main buruk. Alhasil Persib minim menciptakan peluang.
Permainan buruk Persib terjadi sebagai dampak dari strategi pelatih Arema, Mario Gomez, yang memang ingin merusak skema serangan Persib. Tapi strategi Gomez tersebut berhasil diantisipasi dengan sangat baik oleh pelatih Persib, Robert Alberts, sehingga Persib tetap mampu meraih kemenangan. Arema 1-2 Persib.
VIDEO: Update informasi sepakbola dunia
Persib Dipaksa Main Umpan Lambung
Tidak seperti melawan Tira Persikabo, Arema FC mengubah susunan pemainnya pada laga kandang perdana mereka musim ini. Hanif Sjahbandi, M. Rafli, dan Ridwan Tawainela tergusur ke bangku cadangan karena Gomez ingin memainkan dua legiun asing anyar Arema, Elias Alderete dan Matias Malvino, sejak menit pertama. Pada pertandingan pertama, Arema hanya memainkan satu pemain asing saja: Oh In-kyun.
Untuk memainkan Alderete dan Malvino, perubahan formasi pun dilakukan. Memakai formasi 4-3-3 di laga melawan Tira Persikabo, Arema bermain dengan pola 4-4-2 melawan Persib. Feby Eka Putra pun dipilih untuk mengisi sisi sayap Arema, yang pada laga ini kerap bertukar posisi dengan sayap lainnya, Dendi Santoso.
Alderete difungsikan sebagai penyerang yang rajin menekan pemain bertahan Persib bersama Kushedya Heri Yudo. Tak hanya duet penyerang, In-kyun dan kedua pemain sayap Arema pun selalu bersiap menekan pemain Persib yang hendak membangun serangan dari zona pertahanan ke zona tengah.
Inilah strategi utama Gomez untuk merusak skema serangan Persib. Alderete dan Kushedya sangat gencar melakukan pressing, bahkan sangat agresif, sehingga Persib tak bisa membangun serangan dengan nyaman dari belakang. Situasi ini tak terjadi saat Persib melawan Persela karena kala itu, skuad asuhan Nil Maizar baru menekan Persib ketika serangan lawan memasuki area tengah lapangan.
Dengan tekanan-tekanan yang sangat gencar, Persib akhirnya terpaksa sering mengirimkan umpan lambung ke depan, baik itu secara sengaja (operan jauh yang diarahkan karena tidak opsi operan di area terdekat) maupun tidak sengaja (operan untuk menjauhkan bola karena gangguan lawan). Persib banyak melakukan sapuan-sapuan atau operan jauh `terpaksa` karena beberapa kali upaya membangun serangan mereka lewat umpan pendek berhasil direbut oleh para pemain Arema, yang pada akhirnya mengancam gawang Teja Paku Alam.
Karena beberapa kali gagal membangun serangan lewat umpan pendek, Teja Paku Alam pun harus sering melakukan tendangan jauh saat mendapatkan tendangan gawang. Alhasil permainan Persib sangat berbeda dibanding pertandingan pertama melawan Persela karena skema serangan lebih banyak dimulai dari tengah (hasil dari duel udara ataupun transisi dari bertahan ke menyerang).
Indikasi perbedaan permainan Persib di Stadion Kanjuruhan ini terlihat dari minimnya peran Kim Jeffrey Kurniawan dan Omid Nazari saat Persib membangun serangan. Keduanya jarang terlihat melakukan operan-operan pendek atau menguasai bola cukup lama. Karena ketika mereka menguasai bola, akan ada pemain Arema, khususnya Hendro Siswanto dan In-kyun yang akan mengganggu, menekel, dan berupaya merebut bola.
Omid bahkan lebih banyak bergelut untuk merebut, menekel, atau melakukan pelanggaran terhadap pemain Arema pada laga ini. Gelandang kelahiran Swedia ini juga kerap melakukan pelanggaran di depan kotak penalti.
Hal ini terjadi karena saat Persib melakukan serangan, ia menjadi pemain tengah yang harus mewaspadai transisi bertahan ke menyerang Arema yang mengandalkan serangan balik cepat melalui pergerakan Kushedya. Pergerakan dan posisi Kim saat Persib menyerang memang diutamakan untuk menambah jumlah pemain Persib di sekitaran kotak penalti Arema, bersama Wander Luiz dan Geoffrey Castillion, sehingga situasi ini sering membuat Omid berjuang `sendirian` untuk menghentikan serangan Arema.
Respons Jitu Roberts Alberts
Meski peran Kim tidak semenonjol di pertandingan melawan Persela, gelandang blasteran Jerman ini tetap punya kontribusi bagi Persib, khususnya untuk lini serang. Pada gol pertama Persib, misalnya, terlepas dari label `gol bunuh diri`, Castillion mendapatkan bola hasil duel udara Kim melawan Hendro yang dimenangkan oleh Kim, untuk kemudian diteruskan pada Wander Luiz yang menemukan celah di kiri pertahanan Arema.
Ruang kosong di pertahanan Arema lahir dari pemosisian pemain Persib yang membuat bek kiri Arema, John Alfarizie, harus meninggalkan areanya. Sebelum terjadi `kemelut` di depan kotak penalti Arema yang melahirkan umpan pada Wander Luiz, Alfarizie terpancing menjaga Frets Butuan yang berada di zona tengah ketika bola serangan Persib masih di tengah. Pemosisian ini menjadi taktik Roberts karena jika melihat di sisi lainnya, Esteban Vizcarra pun berada di zona yang sama dengan Frets, Omid, dan Kim.
Sebagai winger, ketika belum menguasai bola, Frets dan Esteban tidak memanfaatkan lebar lapangan di dekat kotak penalti untuk menggeser bek sayap lawan. Di banyak kesebelasan yang menggunakan formasi dasar 4-3-3, winger biasanya berada di sisi dekat kotak penalti untuk merenggangkan jarak antar pemain lawan di lini pertahanan.
Di saat yang bersamaan, strategi Gomez yang memainkan sepakbola langsung (direct football) dengan banyak melakukan umpan yang mengarah ke area pertahanan Persib cukup efektif ditujukan agar banyak terjadi pelanggaran di sekitaran kotak penalti Persib. Jackpot bagi Arema, pemain Persib melakukan pelanggaran terhadap Kushedya di dalam kotak penalti. Eksekusi penalti Alderete pun tak mampu dibendung Teja.
Cukup banyak ancaman yang ditebarkan Arema dengan skema permainan seperti ini. Terlebih Gomez juga menambah pemain jangkung, M. Rafli dan Jonathan Bauman, pada babak kedua untuk semakin memuluskan umpan-umpan lambung yang mengarah ke sekitar kotak penalti Persib. Dimasukkannya Hanif Sjahbandi juga tak lepas dari upaya Gomez yang ingin banyak melakukan transisi dari bertahan ke menyerang melakukan aksi-aksi perebutan bola di lini tengah.
Tapi Roberts melakukan respons tepat. Roberts mengganti Kim dengan Dedi Kusnandar, yang kemudian berhasil melakukan penetrasi ke kotak penalti dan dilanggar oleh Syaiful Indra, eksekusi penalti Wander Luiz membuat Persib unggul. Tapi tujuan utama memasukkan Dedi sebenarnya agar lini tengah Persib bisa mendukung serangan balik melalui umpan lambung, di mana itu tidak bisa atau tidak dilakukan oleh Kim. Apalagi Kim juga sudah mengantongi kartu kuning, yang tentunya cukup berisiko dengan ritme dan tensi pertandingan yang berpotensi terjadi banyaknya pelanggaran.
Selain itu, Roberts Alberts juga mengganti Frets Butuan oleh Febri untuk meningkatkan daya serang melalui serangan balik. Tapi perubahan strategi yang cukup berhasil meredam serangan Arema adalah ketika memasukkan Fabiano Beltrame untuk menggantikan Supardi.
Kehadiran Fabiano membuat Persib punya tiga pemain jangkung yang siap berduel udara ketika Arema semakin gencar mengirim umpan silang dan umpan lambung ke jantung pertahanan. Hasilnya duel-duel udara di lini pertahanan Persib pun tetap mampu diungguli oleh para pemain Persib dan gawang Persib tidak kebobolan di babak kedua.
***
Arema bermain sesuai dengan yang diharapkan oleh Mario Gomez. Tapi gaya permainan Arema yang seperti itu biasanya didukung juga oleh kemampuan memanfaatkan bola mati yang efektif karena banyaknya kesempatan krusial dari tendangan bebas maupun sepak pojok (juga penalti). Sebagai contoh, pada menit akhir sebenarnya Arema mendapatkan tendangan bebas dekat dengan garis kotak penalti, namun gagal berbuah gol.
Kegagalan Arema memanfaatkan bola mati dibarengi dengan keberhasilan Persib yang resistan menghadapi pressing para pemain Arema dan tekanan Aremania yang memenuhi Stadion Kanjuruhan. Mental yang tak kendur hingga akhir pertandingan, termasuk ketenangan Wander Luiz dalam mengeksekusi penalti, menjadi kunci Persib bisa meraih poin penuh di kandang Arema meski secara permainan mereka tak terlalu mengesankan.
Komentar