Persiraja Banda Aceh baru meraih satu kemenangan pada pekan ketiga Liga 1 2020. Tapi mereka punya catatan impresif, terlebih sebagai dengan status kesebelasan promosi. Persiraja hingga saat ini belum pernah kebobolan. Hasilnya, mereka pun belum menelan kekalahan, sama seperti Persib, Bali United, PSM, dan Bhayangkara FC.
Pertahanan Persiraja patut diacungi jempol karena pada dua laga pertama, mereka menghadapi dua tim kuat Liga 1: Bhayangkara FC dan Madura United. Dua lawan Persiraja itu merupakan kesebelasan bertabur bintang. Tapi hebatnya, tak satupun dari kedua kesebelasan itu yang mampu membobol gawang Persiraja yang dikawal Fakhrurrazi Quba. Sementara satu klub lainnya yang juga tidak berhasil mencetak gol ke gawang Persiraja adalah satu klub promosi lainnya, Persik Kediri.
Tanpa mendiskreditkan kemampuan Fakhrurrazi, yang disebut-sebut sebagai faktor utama Persiraja tak kebobolan, sebenarnya skema pertahanan Persiraja-lah yang membuat Fakhrurrazi punya tugas lebih ringan. Sistem pertahanan Persiraja sangat sulit ditembus sehingga Fakhrurrazi jarang mendapatkan peluang terbuka.
VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola
Garis Pertahanan Rendah Persiraja
Bukti kuatnya pertahanan Persiraja karena sistem adalah Persiraja tetap sulit dibobol meski mereka mengubah-ubah susunan pemain di belakang pada tiga laga awal. Pelatih Persiraja, Hendri Susilo, tampaknya belum menemukan komposisi yang pas di lini pertahanan.
Persiraja selalu bermain dengan skema empat bek. Di laga pertama melawan Bhayangkara FC, Hendri Susilo memasang Agus Suhendra, Adam Mitter, Tri Rahmad Priadi, dan Eriyanto. Di laga kedua melawan Madura United, Rezham Baskoro dan Ganjar Mukti menghuni line-up, Tri dan Agus terdepak ke bangku cadangan (koreksi: Tri dan Agus cedera pada laga melawan Bhayangkara FC). Sedangkan di laga ketiga melawan Persik, Rezham dan Ganjar digantikan oleh Luis Irsanda dan Rendi Saputra. Artinya, hanya Eriyanto dan Adam Mitter yang tak tergantikan di lini pertahanan.
Meski susunan pemain berubah, cara bertahan Persiraja tetap sama. Mereka memainkan garis pertahanan rendah. Ketika lawan menguasai bola, para pemain Persiraja akan menunggu di wilayah pertahanan sendiri, tidak langsung melancarkan pressing. Penyerang Persiraja, Vanderlei Francisco, juga turut mundur hingga belakang garis tengah lapangan.
Secara tidak langsung, Persiraja membentuk pertahanan tiga lapis. Persiraja akan membentuk pola 4-4-2 atau 4-1-4-1 saat membentuk pertahanan. Jika membentuk pola 4-4-2, Bruno Dybal akan temani Vanderlei sebagai tembok pertama pertahanan. Tapi jika bola berhasil lolos ke tengah, maka salah satu di antara mereka akan turun ke tengah, yang dibarengi satu gelandang yang lebih mendekati dua bek tengah.
Dalam transisi menyerang ke bertahan pun, para pemain Persiraja tidak `tertarik` untuk langsung mengambil alih kembali penguasaan bola dengan berupaya merebut bola secepat mungkin. Mereka akan buru-buru kembali ke pertahanan lalu membentuk kembali pola 4-4-2 atau 4-1-4-1.
Bhayangkara FC, Madura United, dan Persik kesulitan membongkar sistem pertahanan ini. Bhayangkara dan Persik yang memainkan umpan-umpan pendek saat menyerang, tertahan di tengah karena ruang di lini pertahanan Persiraja tertutup rapat. Sementara itu Madura United yang mengandalkan kecepatan para pemain depannya, tak punya ruang untuk dieksploitasi karena garis pertahanan terakhir Persiraja sangat dekat dengan penjaga gawang, Fakhrurrazi. Alhasil ketiga kesebelasan berusaha menciptakan peluang melalui tendangan jarak jauh ataupun bola mati.
Berdampak Pada Minimnya Kreasi Serangan
Kekuatan Persiraja di lini pertahanan ini mengorbankan satu hal penting: kreasi serangan. Dengan menyimpan 10 pemain lapangan di lini pertahanan, Hendri Susilo lebih mengandalkan serangan balik pada situasi transisi dari bertahan ke menyerang. Itulah yang membuat Persiraja pada akhirnya hanya menyerang dengan tiga sampai lima pemain saja.
Pada gol Defry Risky ke gawang Persik, Persiraja menyerang hanya mengandalkan tiga pemain saja di wilayah pertahanan lawan. Momentum seperti itu jarang terjadi, hingga pada akhirnya gol Defry Risky menjadi gol pertama Persiraja pada musim ini. Ya, Persiraja baru mencetak satu gol, di samping mereka tak kebobolan.
Persiraja sangat berharap pada skema bola-bola mati untuk membuat para pemain belakang meninggalkan posisinya. Saat mendapatkan tendangan gawang, Fakhrurrazi akan melakukan tendangan jauh ke tengah. Saat itulah Persiraja berusaha menaikkan garis pertahanan mereka, berharap bola hasil duel-duel udara maupun duel kedua tetapi berada di kaki para pemain Persiraja.
Pun begitu saat lemparan ke dalam, sepak pojok, dan tendangan bebas, hanya di momen-momen itulah para pemain belakang Persiraja meninggalkan posnya untuk mencetak gol. Kedua bek sayap Persiraja nyaris tak berupaya mencari celah overlap (kalaupun terjadi mungkin tak lebih dari tiga kali) untuk membantu serangan. Kedua bek sayap memiliki tugas utama untuk menjaga kedua sisi sehingga saat menghadapi serangan balik para pemain Persiraja tak kalah jumlah.
***
Di tiga laga terakhir Persiraja sukses tak kebobolan. Tapi sebenarnya ketika mereka menghadapi serangan balik cepat, sangat terlihat sistem pertahanan Persiraja begitu rapuh, faktor utamanya karena para pemain Persiraja tidak berusaha menjegal lawan yang melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, mengutamakan membentuk pola pertahanan.
Namun di tiga lawan perdana Persiraja, ketiganya tidak punya skema serangan balik yang mematikan dan efektif. Jika bertemu dengan kesebelasan yang memiliki sirkulasi cepat dalam melancarkan serangan, dapat dipastikan skuad asuhan Hendri Susilo ini akan kewalahan dan gawang Fakhrurrazi pun tak laga aman.
Komentar