Sepakbola nasional berduka. Mantan pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, menghembuskan nafas terakhirnya di Wina, Austria pada Senin (7/9) waktu setempat.
Seperti yang dilansir media Austria, Kurier, Riedl meninggal pada usia yang ke-70 tahun setelah sempat bergelut melawan penyakit yang telah lama dideritanya. Ia ditemani oleh istrinya, Jola.
Nama Riedl tentu bukanlah nama asing bagi publik sepakbola Indonesia. Di tangannya, timnas menjelma menjadi salah satu kekuatan yang disegani di Asia Tenggara, menjadi finalis Piala AFF 2010 dan 2016. Ia juga sempat menukangi skuad Garuda di Piala AFF 2014, meski harus menelan pil pahit tersingkir di babak penyisihan grup.
Jika final satu dekade silam berkesan karena merupakan final pertama timnas sejak 2004 (masih bernama Piala Tiger), final kedua lebih menunjukkan kualitas Riedl Sebagai pelatih. Ketika itu, sepakbola Indonesia baru terbebas dari sanksi FIFA. Dalam kurun waktu singkat dan persiapan yang serba terbatas, Ia mampu membawa Indonesia hingga ke partai puncak dan menjadi satu-satunya tim yang mengalahkan Thailand-yang akhirnya keluar sebagai juara untuk kedua kalinya secara beruntun-sepanjang turnamen.
"Beristirahatlah dalam damai, coach Alfred. Teman dan mentorku. Terima kasih atas persahabatan dan seluruh ilmu, pengetahuan, serta pengalaman yang kau bagi kepadaku," ucap mantan asistennya ketika menangani timnas Indonesia, Wolfgang Pikal.
Pria yang lahir di Vienna, Austria pada 2 November 1949 tersebut bukan hanya dikagumi dan dihormati di tanah air. Seorang suporter Vietnam sampai rela mendonorkan ginjalnya kepada Riedl 13 tahun silam. Hal itu dilakukan semata karena sumbangsih dan ketulusan Riedl semasa membesut Vietnam pada 2003 hingga 2004.
Sejak itu, ikatan antara Riedl dan Vietnam tak pernah terputus. Riedl selalu menolak untuk melakukan selebrasi ketika timnya menang atas Vietnam.
Bukan hanya Indonesia dan Vietnam yang pernah merasakan tangan dingin Riedl. Beberapa negara lain, seperti Liechtenstein, Palestina, dan Laos juga pernah dibesutnya.
"Ia melakukan pekerjaan hebat sebagai pelatih di luar negeri. Jadi, atas nama OFB (asosiasi sepakbola Austria), terima kasih sebesar-besarnya kepada Alfred Riedl untuk seluruh hal yang telah dilakukannya bagi sepakbola Austria," ujar Presiden OFB, Leo Windtner.
Beristirahatlah dalam damai, coach Alfred. Terima kasih pernah berbagi harapan bersama kami; dari Bukit Jalil hingga ke Senayan, dari Pakansari hingga ke Rajamangala. Kerja keras dan ketulusanmu dalam membangun sepakbola bangsa ini tak akan pernah kami lupakan.
Komentar