Sebastian Hoeness: Jalan Lain Generasi Kedua Keluarga Hoeness

Cerita

by Redaksi 6

Redaksi 6

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sebastian Hoeness: Jalan Lain Generasi Kedua Keluarga Hoeness

Nama Hoeness lekat dengan kesuksesan Bayern Munchen. Dua bersaudara Uli dan Dieter Hoeness adalah legenda Die Roten yang aktif bermain pada dekade 1970-an dan 1980-an. Selepas karier sebagai pemain, Uli menjabat general manager Bayern sejak 1979 dan menjadi presiden klub periode 2009-2014 serta 2016-2019.

Akan tetapi, pelatih Hoffenheim, Sebastian Hoeness, putra Dieter sekaligus keponakan Uli, justru terkenal setelah menghentikan rangkaian kemenangan Bayern. Kemenangan TSG Hoffenheim Minggu (27/9) lalu menjadi kekalahan perdana Bayern sejak Desember 2019 silam (23 pertandingan). Skor 4-1 juga menjadi elemen kejutan lainnya. Hoffenheim arahan Sebastian menjadi tim pertama yang sanggup mencetak dua gol lebih ke gawang Munchen racikan Hansi Flick.

Karier Sebastian sebagai seorang pesepakbola tidak semoncer sang ayah ataupun sang paman. Sang ayah, Dieter, sukses dengan lima gelar Bundesliga bersama Bayern Munchen dan masuk ke dalam skuad Jerman Barat di final Piala Dunia 1986.

Sementara pamannya, Uli, membantu Bayern meraih tiga gelar Bundesliga dan tiga kali beruntun menjuarai European Cup (kini Liga Champions) pada 1973-1976. Bahkan sang paman menyumbang satu gelar Piala Dunia (1974) dan satu trofi Euro (1972) untuk Timnas Jerman Barat.

Sebastian sendiri mengawali karier sebagai pesepakbola pada usia 18 tahun bersama VfB Stuttgart. Lalu ia sempat bermain tiga kali untuk tim utama Hoffenheim sebelum hanya menjadi pemain tim cadangan di Hoffenheim dan Hertha Berlin. Setelah mencatatkan 165 penampilan bersama tim kedua Hertha selama lebih dari 10 tahun, pada usia 28, Sebastian memutuskan gantung sepatu dan fokus kepada hasratnya: menjadi pelatih.

Hertha Zehlendorf adalah tim pertama yang ia latih, klub lokal Berlin yang bermain di divisi keenam. Namun, Ralf Rangnick, sosok yang ia kenal saat masih bermain di Hoffenheim, mengubah jalan kariernya. Sebastian diberi tanggung jawab melatih RB Leipzig U-17 dan U-19, sebelum pada akhirnya menukangi tim U-19 Bayern Munchen.

Dua tahun menukangi Bayern U-19 (2017-2019), Sebastian diberi mandat di Bayern Munchen II yang bermain di Liga 3 Jerman. Cerita sukses dimulai. Bayern Munchen II ia tuntun menjadi kampiun 3. Fussball-Liga. Sebastian dianugerahi pelatih terbaik liga.

Sebastian berkiprah di Bayern hingga pada 27 Juli kemarin, mantan klubnya, Hoffenheim, menyodorkan kontrak tiga tahun ke depan sebagai manajer tim utama. Direktur Sepakbola Hoffenheim, Alexander Rosen, menganggap gaya yang diusung Sebastian cocok dengan filosofi klub.

“Sebastian telah membuktikan bahwa dia dapat membentuk pemain muda menjadi unit yang kuat dan mengembangkan mereka sebagai individu. Dia melakukan pendekatan ofensif yang tidak hanya menarik, tetapi juga sangat sukses," sebut Rosen usai mengumumkan Sebastian sebagai pelatih anyar Hoffenheim.

Tekuk Bayern Sebagai Bukti Kualitas Sebastian

Hoffenheim tampil disiplin di laga melawan Bayern. Dengan skema 5-3-2, Die Kraichgauer memang hanya memiliki 27% penguasaan bola, tetapi efektif dalam melakukan serangan balik berkat pressing kencang dari tengah lapangan.

Skema tersebut sebenarnya baru berjalan sesuai rencana Sebastian Hoeness setelah timnya lebih dulu unggul berkat sundulan Ermin Bicakcic memanfaatkan sepak pojok. Tim seperti Bayern otomatis akan menekan semaju mungkin untuk mencari gol penyama dan abai di lini belakang.

Cara itulah yang membuat gol kedua Hoffenheim tercipta. Pressing kuat di lini tengah membuat Benjamin Pavard melakukan passing ke belakang yang sukses diraih Munas Dabbur yang kemudian mengecoh Manuel Neuer lewat tendangan congkel. Mungkin blunder Pavard seperti sebuah kesialan, tetapi Hoffenheim yang menciptakan situasi tersebut.

Sepanjang babak pertama, Hoffenheim tampil sangat efisien. Meski hanya memiliki 25% penguasaan bola dan memiliki jumlah operan hampir tiga kali lebih sedikit (109 berbanding 336), Andrej Kramaric dan kolega menciptakan delapan peluang yang empat di antaranya mengarah tepat ke gawang. Hampir dari tiap 13 operan, Hoffenheim menciptakan satu peluang. Sedangkan Bayern menciptakan tujuh peluang, tetapi gol Joshua Kimmich adalah satu-satunya tendangan yang mengarah tepat ke gawang.

Di babak kedua, Munchen mencatatkan peluang yang identik, tujuh tembakan, satu mengarah ke gawang. Sementara Hoffenheim membuat sembilan, empat tepat sasaran, dan dua berbuah gol.

Banyak yang menilai kekalahan Bayern disebabkan faktor kelelahan, lantaran 72 jam sebelum melakoni laga ini, mereka bermain di UEFA Super Cup kontra Sevilla. Tetapi Hansi Flick selaku pelatih Bayern justru memuji penampilan Hoffenheim.

“Ada banyak alasan untuk kekalahan ini. Pujian setinggi-tingginya untuk Hoffenheim. Tim ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Pujian juga layak diberikan kepada Sebastian Hoeness. Timnya telah beradaptasi dengan sangat baik,” ucap Flick usai laga.

"Mereka menutup ruang kami dengan sangat baik. Kami tidak memiliki banyak peluang untuk menerapkan permainan ofensif dengan cara yang biasa kami terapkan,” tandas pria 55 tahun itu.

Terlepas faktor kelelahan, Hoffenheim racikan Sebastian Hoeness memang pantas mendapatkan kemenangan. Ini adalah kesempatan bagi Hoeness yang lain untuk membuat namanya terkenal di Bundesliga dan sepakbola Jerman. Bukan sebagai pemain, tapi di jalan lain sebagai pelatih.

"Sesekali, saya ingin dianggap sebagai Sebastian ? bukan hanya sebagai Hoeness. Nama keluarga saya terlalu menyilaukan. Saya tidak mengetahuinya dengan cara lain," kata Sebastian.

Tayangan langsung semua pertandingan Bundesliga 2020/21, serta tayangan ulang dan highlights pertandingannya, dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).

Komentar