Gianluca Lapadula memiliki perjalanan karier yang berliku. Namanya baru dikenal luas saat pindah ke AC Milan pada 2016/17. Kepindahan ke San Siro harusnya jadi titik balik kariernya, tetapi hampir lima tahun setelah transfer ke Rossoneri, karier Lapadula naik-turun dan dipenuhi tikungan tak terduga.
Keputusan Milan era Vincenzo Montella untuk merekrutnya mengundang pertanyaan. Tak sedikit pihak yang meragukan kemampuan Lapadula. Dua musim sebelumnya, penyerang kelahiran Turin ini masih berlaga di divisi ketiga, Lega Pro, bersama Teramo.
Lapadula memang tampil menjanjikan sepanjang musim 2014/15 bersama Teramo. Ia klinis di depan gawang, mencetak 21 gol dari 38 pertandingan liga. Performa tersebut mengantar Teramo juara Grup B Lega Pro 2014/15.
Akan tetapi, pencapaian Teramo, juga Lapadula, ternoda di akhir musim. Klub yang berbasis di Abruzzo tersebut dinyatakan bersalah dalam kasus pengaturan skor. Gelar juara Teramo dicabut, tiket promosi mereka ke Serie B pun hangus.
Link streaming pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022: Chili vs Peru
Pada musim panas 2015, Lapadula meninggalkan Teramo yang dibelit masalah untuk berlabuh ke Delfino Pescara di Serie B. Ia mengakhiri musim 2015/16 sebagai top skor Serie B dengan 27 gol dari 40 pertandingan.
Performa Lapadula di Pescara membuat Rossoneri yakin merekrutnya. Selain itu, Lapadula telah menunjukkan resiliensi dan berulangkali bangkit kala berkarier di divisi bawah Liga Italia. Sejak dilepas akademi Juventus, awal karier Lapadula diwarnai ketidakjelasan.
Pemain berdarah Peru ini ditampung Parma setelah dilepas Bianconeri. Namun, Parma rupanya tak benar-benar mempertimbangkannya sebagai kandidat pemain inti. Lapadula berulangkali dilepas dengan transfer model kepemilikan bersama atau peminjaman. Ia singgah ke Atletico Roma, Ravenna, San Marino (klub San Marino yang diakui FIGC), Cesena, dan Frosinone selama masa ini.
Kecuali di San Marino, Lapadula tak bermain secara reguler. Jumlah penampilannya selalu di bawah 10 pertandingan liga saat membela empat klub tersebut pada kurun 2010-2013.
Pada 2013, Lapadula membuat langkah berani. Setelah 10 tahun berkarier di Italia, ia mencoba peruntungan di Slovenia bersama ND Gorica. Lapadula mendapat tantangan baru di Prva Liga Slovenia. Oleh pelatih, ia sering dipasang sebagai winger kanan.
Namun, Lapadula berhasil melaluinya dengan sempurna. Sepanjang 2013/14, kendati sering dipasang di posisi yang kurang familiar, ia mencetak 14 gol dari 32 pertandingan. Kiprah di Slovenia mengangkat kepercayaan diri Lapadula sehingga ia mampu tampil trengginas di Teramo dan Pescara.
Di San Siro, pada awalnya, Lapadula sempat kesulitan. Carlos Bacca masih menjadi pilihan utama Montella di lini serang. Lapadula jarang diberi kesempatan pada awal musim 2016/17.
Seiring berjalannya waktu, Lapadula menunjukkan kepantasannya menjadi penyerang inti Milan. Lapadula menunjukkan kegigihan dan etos kerja yang memenangkan hati Montella. Penyerang berpostur 1,78 m ini tak ragu turun membantu pertahanan atau menekan lini pertahanan lawan dengan pressing intensif.
Ia pun sering dipasang sebagai penyerang tunggal atau berduet dengan Bacca. Lapadula mengakhiri musim 2016/17 dengan catatan delapan gol dan tiga asis dari 27 penampilan Serie A.
Performa bersama Milan membuatnya dipanggil pelatih Italia saat itu (2016), Giampiero Ventura. Pemanggilan ini sekaligus mengakhiri spekulasi tentang karier internasional Lapadula.
Penyerang yang kini berusia 30 tahun itu memiliki darah Peru dari pihak ibu. Timnas Peru ingin Gianluca memperkuat La Blanquirroja. Namun, Lapadula berulangkali menolak pendekatan Federasi Sepakbola Peru (FPF). Kesediannya memenuhi panggilan Ventura pun menegaskan masa depan Lapadula ada di Timnas Italia.
Meskipun demikian, sebagaimana kiprahnya di level klub, karier internasional Lapadula tak berjalan sesuai rencana. Ia baru tampil untuk Gli Azurri pada Juni 2017 dalam partai persahabatan lawan San Marino. Lapadula mencetak hat-trick dalam laga tersebut.
Lapadula tak pernah tampil dalam pertandingan kompetitif Italia. Di level klub, ia pun dilego ke Genoa pada 2017/18. Ia kemudian pindah ke Lecce sebelum direkrut Filippo Inzaghi untuk memperkuat Benevento.
Di level internasional, Lapadula mengambil tikungan tajam dan menerima pinangan Timnas Peru. Ia menjadi satu dari sedikit pemain yang memutuskan pindah tim nasional.
Loyalitas Lapadula boleh jadi dipertanyakan. Ia tentu tak mau menerima pinangan FPF jika masih punya masa depan dengan Gli Azzurri. Apalagi, pada Oktober lalu, eks penyerang Milan ini membuat kesalahan komikal dengan memamerkan tato barunya di media sosial.
Tato itu disebutnya gambar seorang Inca dan menegaskan bela rasa terhadap Peru. Namun, kesalahan Lapadula adalah, citra wajah dalam tato tersebut bukan seorang Inca, melainkan suku pribumi Amerika Utara (Indian).
Kejadian tersebut membawa kesan negatif. Lapadula pun mesti menebusnya dengan performa di atas lapangan untuk memenangkan hati warga Peru. Bulan ini, ia disertakan dalam skuad Peru yang akan menghadapi Chile dan Argentina di Kualifikasi Piala Dunia.
“Dia adalah anak dari seorang ibu berkebangsaan Peru dan punya kemungkinan untuk dipanggil. Kami telah mengamatinya untuk waktu yang lama dan dia punya kesempatan nyata untuk bermain bagi tim nasional. Ini keputusan sulit untuknya, tetapi dia memiliki ketertarikan yang besar. Dia adalah pemain penting,” ucap pelatih Peru, Ricardo Gareca.
Di lini serang Peru, Lapadula harus bersaing dengan nama-nama seperti Edison Flores dan Raul Ruidiaz. Dua pemain ini telah menyertai La Blanquirroja dalam perjalanan epik ke Rusia 2018, partisipasi pertama Peru di Piala Dunia sejak Spanyol 1982.
Di masa jeda internasional, Anda tidak akan kekurangan tontonan. Mola TV menayangkan pertandingan persahabatan, UEFA Nations League, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan Chili vs Peru pada Sabtu (14/11) pukul 06:00 WIB dapat Anda saksikan dengan mengeklik tautan ini.
Komentar