Asis dan umpan kunci sering dijadikan acuan kualitas kreativitas seorang pemain. Pemain disebut kreatif jika mampu menciptakan asis dan umpan kunci yang banyak. Namun, asis sendiri adalah umpan yang berujung gol dan umpan kunci adalah umpan yang berujung tembakan, artinya, dua statistik tersebut sangat bergantung pada apa yang dilakukan penerima bola.
Seorang pemain bisa membuat umpan bagus tapi tidak ‘dihargai’ karena penerima bola tidak melepaskan tembakan. Sementara itu, ada momen di mana sebuah umpan tiga meter yang diteruskan dengan tembakan dari luar kotak penalti terhitung sebagai asis karena berujung gol. Statistik expected assists (xA) menyelesaikan permasalahan ini.
xA merupakan peluang sebuah umpan menjadi asis. Statistik ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan pemain membuat umpan yang memudahkan penerima untuk mencetak gol. Setiap umpan memiliki nilai xA tanpa harus penerima bola melepaskan tembakan. Oleh karena itu, faktor eksternal yaitu penerima bola dapat dikeluarkan dari perhitungan, tidak seperti asis dan umpan kunci.
Setiap umpan memiliki nilai xA dari nol sampai satu, nol untuk umpan yang tidak mungkin menjadi asis dan satu untuk umpan yang pasti menjadi asis. Namun, tidak ada yang pasti dalam sepakbola sehingga tidak ada xA yang bernilai nol atau satu.
Seperti expected goals (xG), Opta menjadi pencetus statistik ini berkat data mentah yang mereka punya. Opta menganalisis jutaan umpan yang akhirnya berbuah tembakan. Seluruh umpan tersebut memiliki atribut seperti tipe umpan, posisi pengumpan, posisi penerima, dan beberapa lainnya yang cukup kompleks. Seluruh atribut tersebut menjadi faktor penentu nilai xA.
Contohnya, terdapat 300.000 umpan datar dari titik X ke titik Y dengan 30.000 di antaranya menjadi asis. Nilai xA untuk umpan dengan atribut tersebut adalah 30.000/300.000 atau sama dengan 0,1. Nilai xA tersebut akan berlaku untuk seluruh umpan dengan atribut yang sama.
Semula nilai xA mengacu pada nilai xG ketika penerima bola melepaskan tembakan. Beberapa masalah kemudian muncul. Contohnya ketika seorang pemain memberikan umpan dua meter di tengah lapangan, kemudian penerima bola melakukan dribel dan melewati banyak lawan sehingga ia bisa melepaskan tembakan dengan xG besar. Jika nilai xA diambil dari nilai xG, maka besarnya nilai xA tidak sebanding dengan kualitas umpan sebenarnya.
Peluang mencetak gol menjadi lebih besar karena penerima bola melakukan dribel ke lokasi yang lebih baik untuk melepaskan tembakan. Bukan karena umpan dua meter yang relatif mudah dieksekusi. Jadi, nilai xA benar-benar merepresentasikan kualitas umpan tanpa pengaruh dari penerima umpan.
Statistik xA bisa menjadi data pendukung ketika melakukan analisis individu, terutama untuk kemampuan seorang pemain membuat peluang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, xA bisa memberikan gambaran tentang kualitas umpan tanpa pengaruh aksi lanjutan dari penerima umpan.
Daftar 10 Pemain Premier League 2019/20 Dengan Total xA Terbesar
No | Nama | Asis | xA | Asis-xA |
1 | Kevin De Bryne | 20 | 18,4 | +1.6 |
2 | Trent Alexander-Arnold | 13 | 9,9 | +3,1 |
3 | Riyad Mahrez | 9 | 8,8 | +0,2 |
4 | Andrew Robertson | 12 | 7,6 | +4,4 |
5 | James Maddison | 3 | 7,4 | -4,4 |
6 | Mo Salah | 10 | 7,3 | +2,7 |
7 | Sadio Mane | 7 | 7,3 | -0,3 |
8 | Emi Buendia | 7 | 7,2 | -0,2 |
9 | Son Heung-min | 10 | 7,0 | +3,0 |
10 | Jack Grealish | 6 | 7 | -1,0 |
Jika melihat 10 besar pemain dengan xA terbesar musim lalu di Premier League, tidak heran Kevin De Bruyne berada di urutan pertama. Ia merupakan kreator serangan dengan umpan-umpan menusuk yang memanjakan lini depan Manchester City. Penyelesaian akhir yang baik dari penyerang Manchester City membuat nilai xA dan asis De Bruyne cukup sebanding.
Berbeda dengan James Maddison, tiga asis yang tercatat tidak menggambarkan kreativitas Maddison. Ia merupakan playmaker utama Leicester City musim lalu. Nilai xA yang besar namun asis yang kecil menandakan Maddison sebenarnya kerap membuat umpan bagus namun gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang Leicester. Berbeda dengan Manchester City dan Liverpool yang memiliki sejumlah penyerang berkualitas, lini depan Leicester sangat bergantung pada Jamie Vardy.
Dilansir dari Youtube Football Made Simple, David Silva dan Paul Pogba mengakhiri musim 2017/18 dengan asis hampir sama. Silva mencatatkan 11 asis sementara Pogba mengoleksi 10 asis. Ketika menonton video asis kedua pemain tersebut, sebagian besar asis Pogba merupakan umpan di luar kotak penalti. Sebaliknya, asis Silva banyak merupakan umpan di dalam kotak penalti.
Jumlah asis tidak menceritakan kasus tersebut, kita harus melihat xA untuk mendapatkan gambaran lebih detil. Total xA Silva musim itu adalah 8,83 sementara Pogba hanya 4,59. Artinya, Silva membuat peluang lebih baik dari Pogba meski jumlah asis mereka tidak jauh berbeda. Terbukti dari proses asis Pogba yang sebagian besar berada di luar kotak penalti.
xA memberikan banyak detil lebih dari umpan kunci dan asis namun pengamatan mata tetap penting dalam sepakbola. Statistik berfungsi dalam melengkapi analisis dari pengamatan mata. Sepakbola tidak dapat dianalisis hanya dari statistik tanpa pengamatan mata. Namun, pengamatan mata tanpa statistik menjadi analisis yang validitasnya belum teruji. Statistik bisa menjadi barang mewah jika tepat digunakan.
Komentar