"Di konferensi pers pertama saya, saya berkata, `Baiklah, kita akan mengubah cara bermain’. Kami terlalu banyak mengandalkan serangan balik. Kami ingin lebih ekspansif dan lebih banyak mengontrol pertandingan lewat penguasaan bola, transisi positif. Kami ingin mejadi tim yang menciptakan banyak peluang,” demikian kata Andriy Shevchenko.
Tak ada yang meragukan kemampuannya sebagai mesin gol Ukraina. Namun, kala ditunjuk sebagai pelatih tim nasional pada 2016, keraguan meliputi Shevchenko. Waktu itu, legenda AC Milan tersebut baru empat bulan terjun ke karier kepelatihan dengan menjadi asisten Mykhaylo Formenko.
Setelah pensiun di Dynamo Kyiv, karier Shevchenko seakan hilang arah. Ia sempat ikut pemilihan umum dan menjadi atlet golf sebelum menjadi asisten pelatih Zhovto-Blakytni. Karier singkatnya di staf kepelatihan Ukraina pun tak berjalan baik. Andriy Yarmolenko dan kawan-kawan tersingkir secara memalukan dari Euro 2016, menjadi juru kunci Grup C di bawah Irlandia Utara.
Akan tetapi, seloroh Sheva di konferensi pers pertamanya bukan sekadar gimik. Top skor sepanjang masa Ukraina ini menunjukkan bahwa ia dapat melatih dengan baik, melampaui era Formenko. Mengandalkan permainan menyerang dengan formasi 4-3-3, 4-2-3-1, atau 4-1-4-1, Sheva membawa negaranya kembali jadi kekuatan yang patut diperhitungkan di Eropa.
Ukraina memang gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Namun, di fase kualfiikasi, Ukraina tampil kompetitif dan hanya tiga kali kalah. Hanya Kroasia dan Islandia—dua tim yang lolos ke Rusia 2018—yang mampu mengalahkan Zhovto-Blakytni di fase kualifikasi tersebut.
Selanjutnya, Sheva berhasil mengantar negaranya promosi ke Liga A UEFA Nations League. Ukraina menjuarai Grup 1 Liga B, mengungguli Republik Ceko serta Slovakia.
Di kualifikasi Euro 2020, Ukraina asuhan Sheva kian diperhitungkan. Andriy Pyatov dan kawan-kawan tak pernah kalah dalam delapan pertandingan kualifikasi. Mereka menjuarai Grup B dengan keunggulan tiga poin atas juara bertahan Piala Eropa, Portugal, dan enam poin atas Serbia.
Link streaming pertandingan UEFA Nations League: Jerman vs Ukraina
Keberhasilan itu membayar tuntas persiapan serius yang dilakukan Shevchenko kala menangani Ukraina. Saat menggantikan Formenko, Sheva langsung merekrut dua staf kepelatihan AC Milan, Mauro Tassotti dan Andrea Maldera. Ia juga menggaet asisten pelatih Malaga, Pedro Luis Jaro, serta eks rekannya di tim nasional, Oleksandr Shovkovskyi.
Shevchenko berhasil mempraktikkan apa-apa yang dipelajarinya dari para pelatih hebat yang pernah mengasuhnya. Pria kelahiran Dvirkivschyna, Uni Soviet ini menunjuk tiga sosok pelatih legendaris yang menjadi inspirasinya: Carlo Ancelotti, Jose Mourinho, serta Bapak Sepakbola Ukraina, Valeriy Lobanovskyi.
Selama tujuh musim membela AC Milan, Shevchenko menyemen statusnya sebagai legenda San Siro di bawah naungan Don Carlo. Sheva menjadi bagian penting dari sebuah tim yang menembus tiga final Liga Champions dalam kurun lima tahun. Jika tidak pindah ke Chelsea pada 2006, Sheva berpeluang memecahkan rekor top skor sepanjang masa klub yang dipegang Gunnar Nordahl.
Gaya manajemen Don Carlo menginspirasi para pemainnya untuk menjajal karier kepelatihan. Beberapa di antaranya bahkan telah menjadi pelatih yang cukup diperhitungkan di level atas Eropa.
Gennaro Gattuso membawa Napoli juara Coppa Italia 2020. Filippo Inzaghi membawa Benevento promosi ke Serie A. Sebelum Inzaghi, pada 2016, Massimo Oddo mengantar Delfino Pescara ke Serie A. Cristiano Brocchi promosi ke Serie B bersama Monza. Sedangkan Forsinone-nya Alessandro Nesta adalah kandidat promosi serius dalam dua musim terakhir di Serie B.
Terkini, Andrea Pirlo dipercaya menangani Juventus. Sementara Clarence Seedorf, Jaap Stam, dan Hernan Crespo juga telah menyelesaikan pendidikan di Coverciano.
Pengaruh Don Carlo ke Sheva dan rekan-rekannya jelas. Selain manajer Everton itu, Shevchenko mengaku belajar banyak dari pelatihnya di Chelsea, Jose Mourinho.
“Saya belajar banyak hal dari Mourinho. Cara dia menangani tim sangat menarik. Jose dapat membuat sesuatu secara tiba-tiba. Inilah mentalitasnya. Anda harus tetap percaya. Anda dapat membalikkan keadaan di detik-detik terakhir pertandingan,” ucap peraih Ballon d’Or 2004 tersebut.
Sebagai pemain hebat, Shevchenko punya privilese untuk bekerja dengan pelatih terbaik dunia. Namun, untuk inspirasi terbesarnya sebagai pelatih, Sheva menunjuk sosok yang punya andil fundamental dalam karier sepakbolanya: Valeriy Lobanovskyi.
Lobanovskyi adalah legenda sepakbola Ukraina. Sheva sendiri menjulukinya sebagai “dewa dan bapak dari sepakbola Ukraina”. Bersama Dynamo Kyiv, Lobanovskyi berhasil memutus dominasi tim-tim Rusia di Liga Uni Soviet. Ia juga membawa Dynamo meraih dua titel Piala Winners, menjadi tim Ukraina pertama yang memenangi kompetisi UEFA. Di level tim nasional, ia pun berhasil membawa Soviet ke final Euro 1988.
Shevchenko memulai karier profesional di bawah Lobanovskyi. Filosofi matang dan perencanaan rapi membantu Sheva berkembang sebagai penyerang. Lobanovskyi juga lah yang menyelamatkan Sheva dari kecanduan rokok dan mengajarinya bagaimana tampil efektif di lini serang.
“Dia lebih seperti guru daripada ayah bagi saya. Saya biasa mendengarkannya dengan mulut terbuka, mencerna setiap katanya. Dia punya impak besar terhadap saya. Luar biasa,” ucap Sheva.
Lobanovskyi adalah sosok panutan Ukraina dalam banyak hal. Sebagai pelatih, ia jauh lebih dulu menggunakan sains untuk mengembangkan performa di atas lapangan. Saat melatih Dynamo, Lobanovsky membentuk tim ilmuwan untuk mengukur dan memantau kemampuan para pemain.
“Pelatih pertama yang menggunakan data fisik dan metrik performa adalah Lobanovskyi. Dia mendasarkan segalanya pada statistik. Matematika tak pernah bohong. Lobanovskyi telah mendahului zamannya 40 tahun lalu,” ungkap Shevchenko.
Berkat pemindaian ketat itu, banyak pemain legendaris Ukraina yang berkembang di bawah Lobanovskyi. Selain Shevchenko, yang dijulukinya “Ronaldo Putih”, legenda Eropa Timur seperti Oleg Blokhin (peraih Ballon d’Or 1975), Oleksandr Zavarov, dan Vasily Rats mencapai puncak karier berkat jasa Lobanovskyi.
Pada 2003, setelah memenangi trofi Liga Champions pertamanya, Sheva pulang ke Kiev untuk memberi tanda jasa kepada sang guru yang meninggal pada Mei 2002. Sheva menziarahi makam Lobanovskyi dan meletakkan medali juara Liga Champions ke kuburannya.
Kini, Sheva berkesempatan meneruskan estafet Lobanovskyi bersama Timnas Ukraina. Kiprah awalnya terlihat menjanjikan. Masa depan pun tampak cerah bagi Ukraina. Dengan suntikan skuad muda yang menjuarai Piala Dunia U-20 (2019), Sheva memiliki segudang talenta menjanjikan untuk membentuk tim impian Ukraina.
“Saya harap pengakuan [untuk para pemain Ukraina] akan segera datang. Di Ukraina, kami mempunyai sejumlah pemain muda yang sangat bagus dan beberapa pemain matang. Saya selalu berharap para pemain Ukraina tampil bagus, dan mungkin dinominasikan untuk penghargaan pemain terbaik, entah Pemain Terbaik atau Kiper Terbaik,” kata Shevchenko.
Di masa jeda internasional, Anda tidak akan kekurangan tontonan. Mola TV menayangkan pertandingan persahabatan, UEFA Nations League, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan Jerman vs Ukraina pada Minggu (15/11) pukul 02:45 WIB dapat Anda saksikan dengan mengeklik tautan ini.
Komentar