Hingga Spieltag 10, Jean-Philippe Mateta adalah pencetak gol terbanyak ketiga di Bundesliga 2020/21. Penyerang asal Perancis tersebut hanya kalah dari Robert Lewandowski (12) dan Erling Braut Haaland (10). Namun, catatan impresifnya belum mampu memberikan hasil positif kepada tim.
Ketika Mateta tampil buruk, die Nullfuenfer seakan kehilangan akal untuk mencetak gol. Dengan torehan tujuh gol dan satu asis, 66,66% gol Mainz musim ini lahir berkat kontribusinya. Hanya empat gol Mainz yang tak melibatkan Mateta secara langsung di Bundesliga musim ini.
Mainz kembali kalah pekan lalu. Ketika sepakan Manuel Prietl membentur Alexander Hack pada menit 21 dan membuat skor berubah 1-0 untuk keunggulan Arminia Bielefeld, Mainz seakan terus melakukan kesalahan-kesalahan individual yang tidak penting. Mereka kemudian kalah 1-2 dari tim promosi yang sebelumnya menelan tujuh kekalahan beruntun. Dari 10 pertandingan terakhir, Mainz sudah menelan tujuh kekalahan.
Link streaming pertandingan Bundesliga: FSV Mainz 05 vs FC Koeln
Sebenarnya, Mainz tidak kurang dalam menciptakan peluang. Mateta memiliki dua peluang satu lawan satu sebelum dihentikan Prietl. Meski kontribusi Mateta secara statistik tidak dapat diragukan, penampilannya di laga melawan Arminia mendapat cercaan dari sang pelatih, Jan-Moritz Lichte.
“Terlihat bodoh ketika Anda melakukan hal seperti itu [gagal memanfaatkan peluang bersih]. Sepertinya kurang konsisten, tetapi saya tidak ingin menuduh Mateta sembrono. Dia ingin memanfaatkan semua peluang, itulah yang sedang dia kerjakan,” sebut Lichte usai pertandingan.
Mateta sudah tidak mencetak gol di dua Spieltag terakhir. Lichte wajib memiliki solusi untuk kebuntuan timnya jika Mateta tidak sedang dalam performa terbaiknya. Duel memperebutkan bola menjadi hal pertama yang perlu diperbaiki oleh Lichte.
Dengan catatan 109 duel memperebutkan bola, Mainz memang menjadi tim terbaik keempat di liga. Mereka juga tim dengan rataan intersep terbaik (17,2). Walaupun demikian, Mainz hanya memenangkan 48,8 persen duel dari total 109 percobaan. Hanya Schalke (47,9), Hertha Berlin (46,3), dan Hoffenheim (45,6) yang memiliki persentase lebih buruk.
Penyelesaian akhir juga menjadi pekerjaan rumah bagi Lichte. Total, Mainz sudah melakukan 113 tendangan ke arah gawang lawan. Tetapi hanya 37 di antaranya yang menemui sasaran, atau terburuk kelima setelah Koeln (33), Schalke (28), Augsburg (31), dan Arminia Bielefeld (27).
Atau, Lichte dapat memanfaatkan penyerang barunya, Kevin Stoeger. Gelandang serang asal Austria tersebut mencetak gol perdananya pekan lalu saat melawan Arminia. Musim ini, Stoeger baru bermain sebanyak 43 menit dan baru sekali mendapat kesempatan turun di lapangan lebih dari 10 menit.
Tampil sepanjang 32 menit akhir pertandingan melawan Arminia, Stoeger memiliki jumlah tembakan yang sama seperti Mateta (3) dan Jean-Paul Boetius (3). Akurasi umpannya mencapai 80%, terbaik ketiga di skuad Mainz saat itu.
Menurut Stoeger, permasalahan Mainz bukan dalam hal mentalitas, tetapi lebih ke teknis. "Kami tidak memiliki masalah mentalitas, semua orang melihat hal tersebut sebelum laga melawan Arminia Bielefeld. Sayangnya saya masih menunggu untuk bermain reguler di Mainz. Saya pikir Anda melihatnya di laga terakhir bahwa saya dapat membantu tim dan saya berharap pelatih akan percaya kepada saya dan memberikan kesempatan bermain sejak awal laga,” ucap Stoeger kepada Kicker.
Jan-Moritz Lichte berada dalam tekanan pemecatan. Lichte akan mencoba meraih kemenangan keduanya musim ini, Sabtu (12/12) besok. Mainz didukung rekor apik melawan calon lawannya di pekan 11 ini, FC Koeln. Dari sembilan laga kandang kontra Koeln, Mainz tercatat menang tujuh kali. Lain itu, Koeln gagal menang dalam 19 dari 20 laga terakhir Bundesliga.
FSV Mainz 05 akan menjamu FC Koeln pada Sabtu (12/12) pukul 21.30 WIB. Pertandingan tersebut, seluruh pertandingan Bundesliga 2020/21, serta tayangan ulang dan highlights pertandingannya, dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).
Komentar