Pelukan hangat dari sejumlah pemain dan staf Borussia Dortmund mendarat di tubuh Edin Terzic usai menjalani debut sebagai kepala pelatih die Borussen menggantikan Lucien Favre. Kemenangan atas tuan rumah Werder Bremen adalah penyebabnya. Wajah semringah pun terpancar dari pria berusia 38 tahun tersebut.
Mengemban tugas baru, Terzic memberikan secercah harapan. Ucapan yang dilontarkan pada sesi konferensi pers perdananya setelah ditunjuk sebagai juru taktik menawarkan itu. Eks asisten pelatih Slaven Bilic ketika di Besiktas JK dan West Ham United tersebut menargetkan hasil maksimal pada tiga pertandingan sisa tahun ini.
Lebih jauh, Terzic juga berjanji untuk memainkan sepakbola yang menarik untuk ditonton. Sebagai bagian dari produk Borussia Dortmund, keinginan untuk memberikan yang terbaik tentu membuncah. Kini kesempatan itu datang dengan status yang berbeda. Ia berhak sepenuhnya atas komando langsung di pinggir lapangan dan bebas menentukan susunan starting eleven.
Dalam filosofi Edin Terzic, hanya ada dua cara sederhana untuk memenangkan pertandingan. Pertama, katanya, Anda bisa mencoba kebobolan satu gol lebih sedikit dari lawan. Kedua, Anda harus mencetak lebih banyak gol daripada tim lain.
Akan tetapi, pada pertandingan kedua sebagai kepala pelatih, Dortmund justru kalah 2-1 dari Union Berlin. Jika melihat dari statistik, secara permainan, Dortmund tampil mendominasi. Tim yang bermarkas di Signal Iduna Park itu unggul dalam hal jumlah tembakan, penguasaan bola, umpan sukses, hingga dribel.
Nyatanya, Terzic tak mampu menampilkan filosofi sederhana yang sempat ia gemborkan. Dominasi saja tak cukup untuk meraih hasil maksimal. Kekalahan pertama yang didapatnya terjadi begitu cepat. Justru Union Berlin berhasil menang dengan cara yang simpel: mencetak dua gol lewat situasi bola mati — proses yang sebenarnya telah diantisipasi oleh Edin Terzic.
“Kami kalah karena set-piece, tapi jelas banyak hal lain yang tidak berjalan bagus. Kami telah mengidentifikasi kekuatan ini — mereka [Union Berlin] sekarang telah mencetak delapan gol dari set-play, banyak di antaranya mengikuti pola yang sama,” kata Terzic.
“Cara terbaik untuk tidak kebobolan lewat situasi bola mati adalah dengan tidak memberikannya begitu saja. Itu adalah kesalahan pertama kami. [...] Kami mempunyai rencana besar tetapi terlalu jarang mempraktikkannya. Sungguh mengecewakan pulang ke rumah usai perjalanan [dari Berlin] ini,” tambahnya.
Pengalaman Edin Terzic Mentok sebagai Asisten Pelatih
Lahir di Menden, Jerman, sebuah kota yang tidak terlalu jauh dari Dortmund, Edin Terzic memiliki darah Kroasia. Sejak usia muda, konsentrasinya di bidang pendidikan ilmu olahraga sangat tinggi.
Ia tak sekali pun mencicipi atmosfer kompetisi sepakbola sebagai pemain di level profesional. Capaian tertingginya hanyalah sebagai pemain semi-pro di liga regional, itu pun bertujuan untuk membantu membiayai studi yang tengah ditempuhnya.
Di lapangan Universitas Ruhr, Bochum, semua bermula. Terzic untuk pertama kali bertemu pelatih Jerman U-18, Hannes Wolf. Singkat cerita, dengan CV di bidang kepelatihan yang dimiliki, pada akhirnya Terzic kemudian bekerja untuk Borussia Dortmund.
“Saya belajar untuk lisensi UEFA A dan bertemu dengan pencari bakat dari Borussia Dortmund, dan beberapa bulan kemudian, dia menelepon saya untuk menawari pekerjaan. Pada 2010 saya berhenti bermain dan mulai menjadi asisten pelatih bersama Dortmund,” ungkapnya.
Tugas utama Terzic di Dortmund diawali dengan menjadi asisten pelatih tim usia muda, mulai dari U-17, U-19, hingga U-23. Di saat bersamaan, skuad utama Dortmund dilatih Juergen Klopp. Periode itu pun menjadi salah satu fase keemasan Dortmund, menjuarai Liga Jerman dua kali beruntun, 2010/11 dan 2011/12, serta trofi DFB-Pokal 2012.
Sebelumnya, tak sempat terpikir oleh Terzic untuk hengkang dalam waktu dekat dari posisinya sebagai asisten pelatih usia muda Dortmund. Namun, datanglah momentum itu. Suatu malam pada 2012, ketika tengah menyantap makan malam, seorang agen memperkenalkan Terzic kepada seorang Kroasia lain, Slaven Bilic, yang kala itu menjabat sebagai pelatih Timnas Kroasia.
Kolaborasi keduanya terjadi di ajang Piala Eropa 2012. Terzic menyampaikan analisis pralaga antara Kroasia yang akan berhadapan dengan Rep. Irlandia. Hasilnya positif, Vatreni menang 1-3.
Puas atas analisisnya yang dibikinnya, Slaven Bilic pun kemudian menawari Terzic untuk bekerja sama dengan jabatan sebagai asisten pelatih. Usai perhelatan terbesar antarnegara Eropa itu, Bilic ditunjuk sebagai kepala pelatih Besiktas dan memboyong Terzic. Tak sampai di situ, kebersamaan keduanya berlanjut ketika Bilic hengkang ke Premier League untuk melatih West Ham.
“Untuk seseorang seusia saya dan latar belakang saya, sungguh luar biasa memiliki pengalaman ini,” kata Terzic kepada Ruhr Nachrichten. “Waktu yang saya habiskan di Turki dan Inggris sangat berharga bagi saya,” tambahnya.
Asisten pelatih masih menjadi pekerjaan yang dekat dengan Terzic meski kemudian ia berpisah dengan Bilic. Pada 2018, Terzic kembali ke Dortmund, kali ini untuk membantu Lucien Favre. Kerja samanya dengan Favre nyaris membuahkan gelar Liga Jerman bagi Dortmund. Namun, Bayern Muenchen kala itu terlalu tangguh. Pada periode 2018-2020 Dortmund mesti puas menempati posisi runner-up.
Kini, kesempatan sekaligus uji kelayakan didapat Edin Terzic. Tetapi dalam dua laga awal, sesumbarnya untuk meraih kemenangan di tiga laga akhir tahun tidak menjadi kenyataan. Sekilas, sebagaimana umumnya pelatih muda, "emosi" yang ia tuangkan begitu besar. Lagipula, dengan kontrak yang hanya sampai hingga akhir musim, masih terlalu panjang bagi Terzic untuk bisa membuat Dortmund bangkit di tengah pencapaian tim-tim lain yang kian hebat musim ini.
“Ini adalah situasi yang sulit dipercaya. Kebanyakan orang tahu bahwa saya berasal dari wilayah ini. Saya lahir 30 kilometer atau 80 mil dari sini, dan saya berada di stadion untuk pertama kalinya saat berusia sembilan tahun. Setelah itu, jelas tim mana yang membuat hati saya berdebar,” papar Terzic.
“Namun, meski demikian, saya tidak pernah bermimpi bahwa saya akan menemukan diri saya dalam posisi seperti sekarang di klub ini,” tandasnya.
Jalan masih panjang dan umbaran Edin Terzic di awal status barunya sebagai kepala pelatih tidak menjadi kenyataan. Segala perbaikan harus terus dilakukan untuk kembali menunjukkan bahwa Dortmund bisa bersaing. Lebih lanjut, janji-janji yang dilontarkan Terzic tak boleh menguap begitu saja jika posisi sebagai kepala pelatih tak ingin diambil orang lain.
Borussia Dortmund menyongsong tahun baru dengan Kepala Pelatih baru. Penunjukkan Edin Terzic selaku pengganti Lucien Favre membuat kiprah Dortmund di sisa musim ini layak diikuti. Lika-liku Dortmund di bawah arahan Terzic dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).
Komentar