Ivan Rakitic mencetak gol pemungkas pada pertandingan Sevilla vs Barcelona dalam ajang semifinal Copa Del Rey, 11 Februari lalu. Menerima umpan dari sisi kiri, gelandang Kroasia itu terbebas dari Samuel Umtiti dan melaju tanpa halangan ke kotak penalti. Tembakan kerasnya dari jarak dekat tak mampu dihalau Marc-Andre ter Stegen. Gol Rakitic mengunci kemenangan 2-0 Sevilla di leg pertama tersebut.
Menghormati mantan klubnya, gelandang 32 tahun itu enggan berselebrasi. Rakitic menghargai Blaugrana dan segala kenangan spektakulernya di Catalunya. Selama enam tahun berseragam Barca, Rakitic tampil lebih dari 300 pertandingan dan menyabet 14 trofi. Beragam gelar individual pun ia dapat, mulai dari masuk tim terbaik Liga Champions hingga Pemain Terbaik Kroasia. Musim pertama di Camp Nou, pria yang didapuk sebagai pengganti Xavi itu meraih treble dan mencetak gol di final Liga Champions 2014/15.
Akan tetapi, situasi makin pahit saat Rakitic memasuki masa akhir karier di Catalunya. Eks pemain Schalke 04 itu tak dihargai petinggi Barca. Merasa diperlakukan semena-mena, Rakitic tak menyembunyikan kekecewaannya ke publik. “Saya mengerti situasinya, tetapi saya bukanlah sekarung kentang yang bisa diperlakukan seenak Anda,” katanya ke Mundo Deportivo, April tahun lalu.
Barca berupaya melego Rakitic untuk mendapatkan dana segar. Tumpukan utang dan pandemi COVID-19 membuat situasi semakin mendesak. Sebelumnya, Rakitic hendak dijadikan alat pertukaran demi memuluskan transfer Neymar dan Lautaro Martinez.
April lalu, saat masa depan serba tak jelas, Rakitic mengaku hanya ingin berlabuh di klub yang membutuhkannya. Ia tak menampik kemungkinan bertahan di Barca apabila pihak klub dan Ronald Koeman menginginkannya.
“Yang terpenting bagi saya adalah berada di tempat di mana saya diinginkan, dihormati, dan diperlukan. Sekaligus tempat yang membuat saya dan keluarga merasa nyaman,” ucap Rakitic.
Dan tak ada tempat yang lebih baik bagi Rakitic selain Sevilla. Los Nervionenses segera bergerak ketika bursa transfer dibuka. Sevilla memulangkan sang gelandang dengan biaya awal 1,5 juta euro. Transfer Rakitic memuat biaya tambahan (add-ons) mencapai 10,5 juta euro.
Sevilla adalah tempat di mana Rakitic menjelma menjadi playmaker komplet yang disegani Eropa. Bakat pemain kelahiran Swiss itu memang sudah tercium saat membela Basel dan Schalke. Di Sevilla, bakat Rakitic semakin matang dan ia pun menjadi gelandang elite. Rakitic menjelma gelandang yang cakap membaca permainan dan mampu memngirimkan umpan mematikan ke area pertahanan.
Pemain bernomor punggung 10 ini mendapatkan apa yang dibutuhkan saat pindah untuk pertama kali ke Ramon Sanchez Pizjuan. Dukungan klub membuatnya beradaptasi secara cepat. Lain itu, di luar lapangan, Rakitic menemukan kehidupan yang membuatnya betah di Sevilla. Ia bertemu calon istrinya saat malam pertama di Seville. Ia menjadi bagian keluarga yang mendukung Los Nervionenses hingga ke tulang.
Baru pindah pada Januari 2011, Rakitic mencetak lima gol dan dua asis dari 13 pertandingan La Liga 2010/11. Musim-musim berikutnya, peran jebolan tim muda Basel itu semakin berpengaruh. Rakitic beradaptasi dengan berbagai peran, mulai dari gelandang tengah dalam skema tiga-gelandang, bagian double pivot, gelandang bertahan, gelandang serang, hingga kreator serangan di kedua sayap. Pada 2013, Rakitic bahkan dijadikan kapten. Ia menjadi kapten non-Spanyol pertama di Sevilla sejak Diego Maradona.
Sejak kedatangan Unai Emery pada 2013, peran ofensifnya semakin terasa. Unai menempatkan Rakitic di belakang striker dalam formasi 4-2-3-1. Musim 2013/14 pun menjadi periode Rakitic yang paling prolifik. Pemilik 106 caps Timnas Kroasia itu mencetak 15 gol dan 18 asis sepanjang musim tersebut.
Semusim berikutnya, Rakitic pindah ke Barca dan menjadi bagian dari trio gelandang elite yang berisikan Sergio Busquets dan Andres Iniesta. Jika menghitung trofi, bermain untuk Barcelona adalah fase tersukses dalam karier Ivan Rakitic.
Meskipun menyeberang ke rival domestik, nyatanya publik Seville tak membenci Rakitic. “Ini selalu menjadi rumahmu. Terima kasih, Kapten!” tulis para pendukung Sevilla saat Rakitic bertandang ke Ramon Sanchez Pizjuan dengan kostum Barca.
Sevilla, mulai dari klub, pendukung, dan kota selalu mengapresiasi Rakitic. Dan tempat seperti inilah yang dibutuhkan sang pemain menjelang akhir kariernya. Toh, walaupun sudah lebih 30 tahun, Rakitic masih tetap pemain cakap di lini tengah. Musim ini, Julen Lopetegui telah memainkannya dalam 33 pertandingan, 26 kali sebagai starter. Rakitic biasa dipasang sebagai gelandang tengah bersama Joan Jordan dan Fernando.
Namun, beberapa kali Lopetegui memasang Rakitic di belakang striker. Salah satunya terjadi saat Sevilla membungkam Barca di Copa Del Rey. Di posisi tersebut, Rakitic mampu menyumbang satu gol untuk timnya.
Sevilla sendiri tampil impresif sejauh ini di liga domestik. Mereka kini menempati peringkat empat dengan simpanan satu pertandingan. Anak asuh Lopetegui hanya berjarak dua angka dari Barcelona di peringkat tiga. Artinya, jika mampu menang lawan Blaugrana pada Sabtu (27/2/2021), Sevilla akan menggusur eks klub Ivan Rakitic itu dari tiga besar.
Komentar