Premier League memasuki pekan 28 dan Manchester City semakin tak terkejar. Anak asuh Pep Guardiola meraih 65 poin dan terpaut 14 angka dari pesaing terdekatnya, sang rival, Manchester United. Pekan ini, dua rival sekota akan bertanding di Stadion Etihad.
Derbi Manchester 2020/21 pun adalah derbi paling signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pasalnya, Setan Merah selalu tertinggal jauh dari Raheem Sterling dan kawan-kawan sejak 2017/18. Di bawah pelatih Ole Gunnar Solskjaer, United selalu bekutat di persaingan empat besar ketika The Citizens bersaing memperebutkan gelar juara.
Ceritanya berbeda musim ini. Manchester United menjadi pesaing terdekat City. Jika Setan Merah kalah, maka keunggulan City semakin jauh dan berpeluang mencapai dominasi total seperti yang dilakukan anak asuh Pep pada 2017/18.
Keunggulan jauh Man City bertolak dari tren impresif Kevin De Bruyne dan kawan-kawan jelang 2021. Hingga saat ini, mereka mencatatkan 28 pertandingan tanpa kalah di semua kompetisi. The Citizens juga meraih 21 kemenangan beruntun. Di Premier League, mereka selalu menang dalam 15 pertandingan terakhir.
Rekor impresif itu dicapai ketika penyerang veteran mereka, Sergio Aguero dibekap cedera. Tanpa top skor sepanjang masa klub, City justru trengginas melibas lawan-lawan mereka. Bagaimana itu terjadi? Selama tren kemenangan beruntun ini, Pep rutin merotasi penyerang dan penyesuaian taktiknya terbukti efektif.
Mari meninjau 15 kemenangan beruntun Man City di Liga Inggris. Dari 15 pertandingan itu, Pep menurunkan 12 kombinasi trio penyerang (front three) yang berbeda. Hasilnya City mencetak 38 gol dan hanya kebobolan lima gol. Disiplin pertahanan mereka tak bisa dilepaskan dari jasa pemain seperti Ruben Dias, Joao Cancelo, dan Rodri yang konsisten tampil mengesankan. Selain itu, eksperimen lini serang Pep manjur dan sulit ditebak.
Selain Legasi, Apa yang Ditawarkan Sergio Aguero untuk Manchester City?
Eks pelatih Barcelona itu tak bergantung pada no. 9 murni di pos penyerang tengah. Pada musim-musim sebelumnya Aguero diandalkan sebagai goal-getter. Tetapi kini, Aguero menepi terlalu lama dan penerusnya, Gabriel Jesus tak kunjung menampilkan permainan striker murni kelas wahid. Jesus memang tampil cukup baik, mencatatkan rata-rata 0,41 gol per pertandingan. Tetapi, bagi klub sekaliber City, performa Jesus belum cukup.
Pep sendiri kerap menempatkan pemain berkarakter playmaker di pos penyerang tengah. Bernardo Silva, Phil Foden, Riyad Mahrez, dan Kevin De Bruyne kadang dipasang sebagai striker tengah sepanjang tren 15 kemenangan beruntun City.
Situasi serupa terjadi di pos penyerang sayap. Raheem Sterling dan Riyad Mahrez paling sering mengisi pos penyerang sayap. Namun, Phil Foden, Bernardo Silva, dan Ferran Torres juga diberi kesempatan.
Saat memasuki fase menyerang, duo gelandang tengah City juga naik menambah kehadiran penyerang di kotak penalti lawan. Hasil menonjol dari skema ini adalah munculnya Ilkay Guendogan, seorang pemain yang sebelumnya lebih sering dipasang menjadi holding midfielder, sebagai top skor Man City dengan 11 gol.
Rotasi Pep mampu memaksimalkan segudang talenta penyerang yang dimilikinya memang tak perlu diragukan. Penyesuaian taktik Pep yang menghasilkan 21 kemenangan beruntun patut mendapat pujian. Tetapi, jelang Derbi Manchester, sang pelatih berupaya mengelakkannya dan mengalihkan lampu sorot ke para pemain.
“Itu datang dari mereka sendiri, hasrat untuk menang dan menang lagi. Tak ada kata-kata yang bisa menyuntikkan hasrat semacam itu ke para pemain. Itu timbul dari keinginan untuk bersaing dengan rekannya dan melakukan yang terbaik,” kata Pep Guardiola dalam konferensi pers jelang pertandingan.
Apa Sebenarnya Posisi dan Peran Joao Cancelo?
Jika City tampak efektif dengan rotasi pemain, hal sebaliknya terjadi di Manchester United. Menjelang Derbi Manchester, Setan Merah imbang tanpa gol dalam tiga pertandingan terakhir. Dalam kurun delapan hari, United melakoni tiga pertandingan lawan Chelsea, Real Sociedad, dan Crystal Palace.
Solksjaer merotasi trisula penyerangnya di tiga pertandingan tersebut, tetapi hasil yang didapat kurang maksimal. Ketika melawan Sociedad dan Chelsea, United gagal membuat peluang berbahaya; hanya mencatatkan 0,6 expected goals (xG) dari 11 tembakan (vs Sociedad) dan 0,5 xG dari 11 tembakan (vs Chelsea).
Sementara di Selhurst Park, Bruno Fernandes dan kawan-kawan gagal mengonversi berbagai peluang dan pulang dengan tangan hampa. Menurut Solksjaer, dalam tiga laga terakhir, anak asuhnya kekurangan momen penentu, sekuens aksi rancak yang dieksekusi tanpa cela atau, dalam bahasanya sendiri, “percikan” yang dibutuhkan.
“Sekarang istirahat sejenak, satu hari ekstra untuk pemulihan sebelum derbi dan semoga kami mendapat percikan itu kembali,” kata Solskjaer.
Tren performa menunjukkan bahwa Man City lebih superior dibanding United. Tetapi, jangan lupa kalau Setan Merah sering tampil impresif ketika derbi. Di bawah Soskjaer, mereka selalu menang dalam dua lawatan terakhir ke Etihad.
Komentar