Real Madrid jauh mengungguli Liverpool ketika dua tim betemu di leg pertama perempat final Liga Champions. Anak asuh Zinedine Zidane tampil solid menetralkan serangan tim tamu. Kecerdikan lini tengah Madrid pun menjadi pembeda yang mengantarkan Los Blancos menang 3-1.
Wonderkid Madrid, Vinicius Junior mencuri perhatian dengan memborong dua gol ke gawang Alisson. Namun, peran yang lebih instrumental diemban Toni Kroos. Kejeniusan gelandang Jerman ini mengatur permainan Madrid membuat Liverpool kalah telak di lini tengah. Di leg pertama lalu, dua dari tiga gol Madrid berawal dari umpan jauh Kroos.
Eks gelandang Bayern Muenchen tersebut membuat 20 umpan jauh (lebih dari 27,5 meter) dalam pertandingan kontra The Reds. Tingkat akurasi umpan jauh Kroos mencapai 75%. Ia juga mengirim 10 umpan ke sepertiga akhir lawan, menjadi outlet kreatif yang diandalkan untuk memintas lini tengah Liverpool.
Kegagalan anak asuh Juergen Klopp mencegah Kroos adalah salah satu faktor kekalahan di Alfredo Di Stefano. Pemain berusia 31 tahun itu bebas mengoper dari lini tengah atau sepertiga pertahanan. Liverpool telat menyadari ancaman Kroos dan baru mengintensifkan tekanan di sepertiga akhir setelah kebobolan dua gol.
Selain itu, antisipasi umpan jauh Liverpool juga harus diperbaiki di leg kedua. Umpan jauh Madrid berhasil menimbulkan kekacauan pada partai pertama lalu. Dalam proses gol kedua Madrid, kekacauan tersebut terlihat jelas dengan sapuan Trent Alexander-Arnold yang justru meluncur ke arah Marco Asensio.
Perkara antisipasi umpan jauh sejatinya telah mengganggu Liverpool sebelum bersua Real Madrid. Pada 2020/21, mereka kurang cakap menghalau bola-bola panjang. Musim ini, skuad besutan Klopp rata-rata kecolongan 50,5 umpan jauh tepat sasaran per pertandingan. Musim lalu, ketika Liverpool juara Premier League, mereka kecolongan lebih sedikit, yakni 43,9 per pertandingan.
Liverpool juga lebih rawan ditembus umpan terobosan pada musim ini. Pada 2019/20, mereka hanya kebobolan 44 umpan terobosan (1,16 per pertandingan) dari 38 laga. Musim ini, lini belakang The Reds telah kecolongan 57 umpan terobosan (1,84 per pertandingan) dari 31 laga.
Sebagaimana ditunjukkan di leg pertama, anak asuh Zidane berupaya mengirim umpan jauh untuk memintas lini pressing lawan. Skema ini kemungkinan bisa dipakai lagi oleh pelatih asal Perancis tersebut di leg kedua. Selain Kroos, Madrid juga memiliki Luka Modric yang cakap mengirim bola panjang.
Antisipasi lini belakang Liverpool pun menarik untuk disimak dalam laga ini. Selain itu, yang tak kalah penting bagi The Reds adalah pressing intens untuk mengganggu build-up Madrid, terutama di lini tengah dan sepertiga akhir. Di leg pertama, Kroos telah menunjukkan kualitasnya jika diberi ruang dan waktu yang cukup. Roberto Firmino dkk pun tak boleh mengulangi kesalahan yang sama.
Di lain sisi, Liverpool harus bekerja keras membongkar pertahanan lawan. Meskipun tiga bek utama Madrid—Dani Carvajal, Raphael Varane, Sergio Ramos—absen, Los Blancos tetap mampu tampil solid. Di La Liga 2020/21, Real Madrid adalah tim dengan rekor pertahanan terbaik kedua, baru kebobolan 24 gol dari 30 pertandingan.
Menghadapi tim sekelas Real Madrid, misi comeback Liverpool jelas sulit. Terlebih lagi, Anfield di masa pandemi seakan bukan tempat yang sama. Tanpa kehadiran suporter, The Reds melalui delapan laga tanpa kemenangan dan kalah enam kali beruntun di kandang sendiri. Kemenangan atas Aston Villa, Sabtu (10/4) kemarin mengakhiri tren negatif tersebut. Namun, apakah Liverpool bisa menjaga momentum kemenangan ini?
Klopp sendiri mengakui bahwa ketidakhadiran suporter mempersulit misi comeback mereka. Untuk menuntaskan misinya, eks pelatih Dortmund itu berupaya “menyalurkan” energi Anfield ke dalam performa tim.
“Tim Real Madrid ini memiliki sejumlah talenta terbesar di jagat sepakbola hari ini. Itu bukanlah kejutan—hal seperti itulah yang dilakukan Real Madrid. Jadi untuk mengalahkan tim seperti ini Anda harus berjuang menampilkan performa sempurna,” tulis Klopp dalam catatan acara Liverpool vs Real Madrid.
“Tetapi, kami juga tidak akan lupa mengenai betapa bagusnya kami. Talenta yang kami miliki. Magis di ruang ganti kami. Dan karakter yang dibutuhkan untuk mewujudkan momen spesial. Kami memiliki semua itu di Liverpool,” lanjutnya.
Untuk mengobati musim yang mengecewakan, Liverpool jelas ingin lolos dan menjuarai Liga Champions. Bisakah mereka kembali menghadirkan comeback sensasional, sebagaimana yang dicapai Liverpool lawan Barcelona pada 2019 lalu? Atau The Reds justru kembali gugur di tangan tim Spanyol, seperti ketika dieliminasi Atletico Madrid musim lalu?
Real Madrid sendiri dalam kepercayaan diri tinggi jelang melawat ke Inggris. Los Blancos tak pernah kalah dalam 13 pertandingan terakhir di semua kompetisi, memenangi 11 di antaranya. Mereka juga membungkam Barcelona di El Clasico pada Minggu (11/4) lalu. Real Madrid tengah berupaya meraih gelar La Liga 2020/21 dan untuk menyempurnakan musim ini, titel Liga Champions ke-14 tentu merupakan sebaik-baiknya penutup.
Komentar