Manuel Locatelli merupakan salah satu pihak yang diuntungkan oleh ditundanya Piala Eropa. Jika turnamen ini diselenggarakan sesuai jadwal awal, barangkali gelandang 23 tahun tersebut tak akan masuk skuad pilihan Roberto Mancini. Ia baru mendapat debut senior Gli Azzuri pada September 2020 silam.
Pada 2020/21, performa impresif bersama Sassuolo membuat Mancini tak bisa melewatkan sang pemain. Jelang Piala Eropa 2020, cedera Marco Verratti pun memberi semacam berkah terselubung baginya. Mancini butuh seseorang untuk menggantikan gelandang Paris Saint-Germain itu di sisi kiri lini tengah dan Locatelli lah yang dipilih.
Pemain kelahiran 1998 ini bermain apik sebagai tandem Jorginho. Ia berkontribusi dalam permainan dominan Italia yang meraih enam poin dari dua laga. Pertandingan lawan Swiss, Kamis (17/6/2021) lalu, di mana ia mencetak brace, menjadi etalase talenta sang pemain.
Locatelli telah sejak lama digadang-gadang sebagai gelandang masa depan Italia. Pada masa-masa awalnya di tim senior AC Milan, ia menampilkan bakat dan kedewasaan yang unggul di antara para pemain seusianya.
Manuel Locatelli lahir di Lecco, sebuah kota di tepi tenggara Danau Como dan hanya berjarak 50km dari Milan. Ia sempat belajar di akademi Atalanta sebelum diboyong Rossoneri pada 2009. Sang pemain menempuh jenjang U-11 hingga U-18 sebelum dipromosikan ke tim senior pada 2016.
Locatelli mendapatkan debut di era Cristian Brocchi. Meskipun sempat menorehkan sejumlah penampilan menjanjikan, ia memilih pindah pada 2018. Ia menganggap Milan tak memercayainya.
Sassuolo datang bersama tawaran peminjaman dengan klausul kewajiban membeli. Locatelli pun baru merealisasikan potensinya di Emilia-Romagna. Ia semakin matang, konsisten, dan menjelma sebagai salah satu deep-lying midfielder terbaik Serie A.
Mekar di Sassuolo
Sejak memperkuat Milan, Locatelli telah menunjukkan bakat mumpuni. Namun, baru di Sassuolo lah ia bisa mengembangkan talenta dan menerjemahkannya jadi performa konsisten. Musim lalu merupakan musim terbaik sepanjang karier seniornya, di mana sang pemain menjadi bagian integral lini tengah I Neroverdi yang sukses finis di peringkat delapan dua musim beruntun.
Di Sassuolo, Locatelli mendapatkan gembelengan berharga dari Roberto De Zerbi. Permainan positif yang dikehendaki sang pelatih memaksanya untuk mengatasi tekanan serta mengembangkan pengambilan keputusan, baik dengan atau tanpa bola.
Kesempatan bermain Locatelli semakin panjang seiring perkembangannya. Di musim perdana, ia mendapatkan 1.867 menit dari 24 pertandingan. Jumlahnya naik menjadi 2.586 menit (33 pertandingan) pada 2019/20 dan 2.883 menit (34 pertandingan) pada 2020/21.
De Zerbi mulai rutin memakai formasi dasar 4-2-3-1 sejak 2019/20 dan Locatelli diandalkannya sebagai salah satu pivot. Biasanya, pemain kelahiran Lecco itu bertandem dengan Pedro Obiang atau Maxime Lopez.
I Neroverdi konsisten membangun permainan dari belakang, menuntut para pemainnya selalu bergerak membuka jalur umpan. Dua pivot pun menjadi poin penting untuk menjaga penguasaan bola.
Locatelli sendiri dibebani tanggung jawab untuk menyalurkan bola ke lini serang. Untuk melakukannya, sang pemain mesti mengasah jangkauan umpan dan ketepatan distribusi. Selain tuntutan teknis tersebut, ia juga ditempa untuk mengasah pembacaannya akan posisi rekan dan pergerakan potensial mereka.
Dalam aspek tersebut, Locatelli tampil sangat baik. Ia bisa mendistribusikan bola secara konsisten ke para pemain di lini serang seperti Domenico Berardi atau Filip Djuricic. Di skuad Sassuolo, pada 2020/21, Locatelli mencatatkan rata-rata umpan ke sepertiga akhir (9,03 per pertandingan) dan umpan progresif tertinggi (8,31 per pertandingan).
Locatelli juga menjadi pemain yang paling sering mendapatkan operan di skuad Sassuolo. Catatan itu mengindikasikan dua hal: sang pemain menjadi poin vital penguasaan bola sekaligus progresi I Neroverdi karena kemampuan distribusinya, serta reliabel dalam mengelakkan tekanan lawan.
Selain memiliki kemampuan operan yang menonjol, Locatelli juga mengembangkan kontrol dan ketangkasan saat membawa bola. Gelandang Sassuolo ini cenderung bisa mengelakkan pressing lawan. Ia tenang menghadapi tekanan dan bergerak mengecoh dalam waktu yang tepat. Ia pun mencatatkan frekuensi umpan dari situasi pressing tertinggi di skuad Sassuolo. Ini menunjukkan bahwa sang pemain selalu waspada terhadap posisi lawan sebelum menerima bola.
Locatelli memang dibesarkan AC Milan. Namun, ia baru ranum berkat pendekatan permainan dan lingkungan Sassuolo. De Zerbi memoles talentanya, baik dalam hal olah bola maupun pergerakan tanpa bola.
“Dia [De Zerbi] adalah salah satu pelatih terbaik yang ada. Dengannya, Anda belajar banyak. Kepercayaan diri saya berkembang dan sekarang saya lebih yakin dengan potensi saya,” kata Locatelli kepada Corriere dello Sport.
Jika meninjau perannya di Sassuolo, tak mengejutkan bila Locatelli bisa tampil apik di Timnas Italia. Sang pemain terbiasa bertanding bersama tim dominan dengan pergerakan kolektif yang mengalir. Kemampuan interplay-nya sudah terasah, mampu terlibat aktif dalam permainan dinamis Gli Azzurri.
Locatelli menjadi man of the match kemenangan 3-0 Italia atas Swiss. Penampilannya cukup mengejutkan dalam laga itu. Pasalnya, meskipun berperan penting dalam konstruksi serangan, ia jarang ikut masuk kotak penalti apalagi mencetak gol. Menghadapi Swiss, ia mencetak dua gol yang merupakan brace pertama sepanjang kariernya.
Gol kedua Locatelli dicetak dari luar kotak penalti. Tembakannya melaju secara presisi ke sudut gawang. Ia meloloskan bola di antara dua bek Swiss dan membuat kiper Yann Sommer tak bisa berkutik.
Gol pertamanya yang membuka kemenangan Italia lebih impresif lagi; menunjukkan apa yang bisa diberi koneksi Sassuolo kepada Gli Azzurri. Gol tersebut berawal dari tengah lapangan ketika Locatelli mengirim umpan voli ke sisi kanan penyerangan. Berardi menerima bola. Ia kemudian menggiring hingga pinggir kotak penalti di mana Locatelli sudah melaju jauh untuk menyelesaikan serangan dengan satu sontekan jarak dekat.
Tindakan Locatelli cukup mengejutkan. Ia biasanya mengambil posisi suportif di luar kotak penalti, tetapi kali ini, secara tak terduga ia datang sendiri ke area para striker untuk mengonversi peluang.
“Saya tahu Domenico cenderung menjaga kelebaran di pinggir. Saya mengiriminya umpan cantik dengan kaki kiri. Karena saya melakukannya dengan sangat baik, saya mendapatkan keberanian dari itu. Saya mengambil risiko dan Berardi mengirim umpan bagus kepada saya,” kata Locatelli dalam konferensi pers pasca-laga.
Penampilan impresif Locatelli membuatnya memiliki klaim serius atas satu tempat di lini tengah Italia. Ketika Verratti kembali fit, Mancini menghadapi keputusan sulit untuk memilih salah satu di antara gelandang andalannya. Terlepas dari dilema ini, sang pelatih patut senang karena mempunyai skuad mumpuni untuk mengarungi fase gugur Piala Eropa.
Komentar