Piala Eropa 2020 telah menjadi perjalanan yang sangat emosional bagi Timnas Denmark. Dari tak berdaya menyaksikan rekan setim meregang nyawa, mereka memenangkan satu tempat fase gugur secara dramatis, disambut sorak puluhan ribu suporter di Stadion Parken. Semua itu terjadi hanya dalam waktu kurang dari 10 hari.
“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana para pemain bisa bangkit dari apa yang mereka telah lalui, kredit sebesar-besarnya bagi anak-anak. Dan terima kasih juga untuk dukungan dari seantero Denmark,” ucap pelatih kepala Denmark, Kasper Hjulmand usai pertandingan lawan Rusia, 22 Juni lalu.
Andreas Christensen dan kawan-kawan melibas Rusia 4-1 dalam laga tersebut. Sebelumnya, partisipasi Piala Eropa mereka berada di ujung tanduk. Tim Dinamit menempati pos juru kunci Grup B dengan nol poin. Finlandia dan Rusia mengantongi tiga poin di atas mereka jelang partai terakhir.
Posisi tak menguntungkan Denmark berawal dari tragedi di partai pembuka lawan Finlandia. Tadinya, anak asuh Hjulmand tampil penuh gelora menekan debutan Piala Eropa tersebut. Puluhan ribu suporter bersorak seiring peluang-peluang yang diciptakan Martin Braithwaite dan kawan-kawan. Namun, situasi berubah mencekam saat Christian Eriksen tiba-tiba terjatuh. Ia mengalami henti jantung.
Kecemasan segera merayapi seantero Parken. Tim medis bergerak cepat memberi pertolongan. Demi melindungi teman mereka dari sorotan, penggawa Denmark berkeliling membentuk pagar betis. Wajah mereka menyiratkan rasa kaget dan khawatir.
Berkat pertolongan sigap, Eriksen sadar. Jantungnya berdegup kembali. Ia dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saat mengetahui bahwa kondisi sang pemain sudah stabil, perwakilan kedua tim dipanggil untuk membicarakan nasib pertandingan. Laga dimulai lagi sekitar satu jam setelah dihentikan.
UEFA menyebut pertandingan dilanjutkan karena “permintaan dari para pemain”. Namun, kemudian terungkap bahwa duduk perkaranya bukan seperti itu. Pemain Denmark hanya diberi dua pilihan: melanjutkannya pada hari itu atau keesokan harinya.
Mereka kemudian mengambil pilihan pertama, ingin sesegera mungkin membereskan pertandingan mengerikan itu. Kapten Denmark, Simon Kjaer tidak bisa mengatasi perasaannya atas peristiwa traumatik yang baru saja. Ia diganti di babak kedua. Hjulmand bilang dia “terlalu kecewa”.
Pada akhirnya, skuad Dinamit tak bisa bermain seperti biasa. Pemain Denmark masih syok. Finlandia pun memenangi laga dengan skor 1-0.
“Anda tidak dapat bermain sepakbola di level ini setelah melihat salah satu sahabat Anda memperjuangkan nyawanya,” kata Hjulmand yang tampak lelah di konferensi pers pascalaga.
Setidaknya, kekalahan itu tak berarti jika dibanding kabar dari rumah sakit. Kondisi Eriksen semakin membaik. Ia dibolehkan pulang usai menjalani operasi untuk memasang implan defribilator. Hari itu, mengutip tajuk Erik Niva untuk Sportbladet, Denmark kalah, tetapi kehidupan menang.
Mencapai Tempat yang Seharusnya
Apabila Belgia menempati peringkat satu FIFA tiga tahun beruntun dan pantas menjadi favorit juara Grup B, Denmark layak dipasangkan sebagai bakal runner-up. Tim Dinamit menempati peringkat 10 FIFA sebelum turnamen bergulir, menurut hitung-hitungan ranking itu lebih baik dari Jerman dan Belanda.
Di babak kualifikasi, Denmark pun tampil apik dan lolos tanpa menelan satu pun kekalahan. Hjulmand, menggantikan Age Hareide pada 2020, juga memiliki rekor bagus sejak duduk di kursi pelatih kepala. Eks pelatih Mainz 05 itu memimpin Pierre-Emile Hojbjerg dan kawan-kawan meraih delapan kemenangan dari 12 pertandingan sebelum Piala Eropa.
Denmark tadinya diprediksi bisa lolos tanpa kesulitan. Namun, kekalahan dari Finlandia membuat mereka dalam posisi sulit. Mereka pun mesti menghadapi favorit juara grup di partai kedua, Belgia.
Skuad Dinamit sudah pulih dari trauma dan siap meladeni Romelu Lukaku dan kolega. Denmark pun tampil menekan sejak laga dimulai. Belum genap dua menit, Yussuf Poulsen sudah menjebol gawang Thibaut Courtouis. Gol Poulsen menjadi gol tercepat kedua sepanjang sejarah Piala Eropa, sebelum disalip rekan seklubnya, Emil Forsberg di matchday ketiga.
Denmark tampil berani, membuat tim no. 1 FIFA kewalahan. Namun, situasinya berubah saat Roberto Martinez memasukkan Kevin De Bruyne di babak kedua. Penampilan brilian gelandang Manchester City itu memaksa Denmark bertekuk lutut. De Bruyne mencetak satu asis dan satu gol, memastikan kemenangan 1-2 Belgia.
Secara matematis, posisi Denmark menjelang partai ketiga amatlah sulit. Mereka mesti melibas Rusia sembari berharap Finlandia kalah.
Sebelum pertandingan, Kasper Hjulmand menyebut timnya akan berjuang demi Eriksen. “Kami di sini untukmu. Kami akan bersatu dan mengalahkan orang-orang Rusia. Kami belum selesai di kompetisi ini,” kata Hjulmand.
Bermain di hadapan 20.000 suporter, Denmark tampil menggila. Gawang yang dijaga Matvei Safonov menghadapi ancaman bertubi-tubi. Mereka akhirnya memecah kebuntuan pada menit 38. Bintang muda Sampdoria, Mikkel Damsgaard melepaskan tembakan terukur dari luar kotak penalti. Akurasinya luar biasa. Kiper tak punya kesempatan menghalaunya.
Denmark tak mengendurkan tekanan kendati sudah unggul. Mereka wajib mencetak gol sebanyak mungkin untuk memperbesar kesempatan lolos. Yussuf Poulsen pun menggandakan keunggulan pada menit 59.
Akan tetapi, suporter Denmark di tribun masih was-was. Di pertandingan lain, Finlandia masih kuat menahan Belgia. Romelu Lukaku sempat mencetak gol, tetapi dianulir usai tinjauan VAR. Jika skor itu bertahan hingga selesai, Tim Dinamit tak bisa mencapai peringkat kedua dengan kemenangan sebesar apa pun.
Situasi semakin menggelisahkan memasuki menit 70-an. Rusia mendapatkan penalti dan Artem Dzyuba mengonversinya dengan sempurna. Serangan balik anak asuh Stanislav Cherchesov bisa sewaktu-waktu menyamakan kedudukan, memaksa Denmark angkat koper.
Kegelisahan Denmark sedikit terobati berkat kabar dari pertandingan lain. Gol bunuh diri dicetak Lukas Hradecky, Belgia unggul 0-1. Nasib Tim Dinamit ada di tangan mereka sendiri. Dalam pertandingan yang membuahkan 10 tembakan tepat sasaran bagi Denmark, tim tuan rumah menekan tanpa henti.
Pada menit 79, gol yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Andreas Christensen tampil sebagai pahlawan. Christensen hanya membuat empat tembakan sepanjang musim bersama Chelsea. Namun, tiba-tiba, ia menyambut bola muntah di luar kotak penalti dan mengirim tembakan keras yang tak bisa diantisipasi.
Satu gol Joakim Maehle kemudian menggenapi kemenangan 1-4 Denmark. Di pertandingan lain, Belgia menang 0-2. Datang sebagai juru kunci, Tim Dinamit meraih pos runner-up secara dramatis.
Denmark sangat pantas lolos ke fase gugur. Sepanjang fase grup Piala Eropa 2020, anak asuh Hjulmand membuat 58 tembakan dan 19 tembakan tepat sasaran. Hanya Italia yang membuat lebih banyak tembakan dan tak ada tim yang lebih unggul dari mereka dalam hal tembakan tepat sasaran.
Lebih dari itu, Denmark telah menunjukkan determinasi kuat untuk bangkit dari tragedi. Lawan Belgia, meskipun kalah, penampilan spartan Tim Dinamit patut mendapat apresiasi. Begitu pula saat melibas Rusia.
“Kami saling mendukung dan itulah hal terbaik tentang Denmark. Saya kira itulah nilai-nilai terbaik yang dapat kami tunjukkan kepada dunia—bahwa kami tetap bersatu, saling membantu,” kata Hjulmand.
Anak asuh Hjulmand akan menghadapi Wales di 16 Besar. Pemenang laga ini menjalani perempat final lawan Belanda atau Republik Ceko. Generasi baru Tim Dinamit berpeluang melampaui pencapaian mereka di Piala Eropa 2004, partisipasi terakhir Denmark di fase gugur.
Kini, Eriksen dalam kondisi stabil dengan defribilator implan yang bisa menolongnya sewaktu-waktu. Denmark boleh kalah dari Finlandia, tetapi yang penting, hidup Eriksen telah dimenangkan. Kali ini, tajuk Erik Niva boleh sedikit diralat: kehidupan menang, begitu pula dengan Denmark.
Komentar