Indonesia akan bertemu Thailand di semifinal sepakbola pria SEA Games 2021, Vietnam. Bukan lawan yang mudah tentunya. Sangat disepakati jika Thailand adalah raksasa Asia Tenggara masih mendominasi sepakbola Asia Tenggara sampai saat ini. Di beberapa ajang kelompok usia sepakbola, Thailand tidak pernah absen dalam perebutan gelar juara. Ini sekaligus mengamini kualitas pembinaan Thailand masih tetap yang terdepan di kawasan.
Amunisi baru Polking di SEA Games 2021
Kedalaman skuad Thailand yang diboyong Alexandre Polking untuk SEA Games 2021 pun terbilang baru. Jika melihat skuad yang diboyong saat melakoni AFF U23 2022, Kamboja lalu, hanya ada nama Anusak Jaipetch dan Teerasak Pheiphimai yang mengisi skuad SEA Games 2021. Sementara beberapa sisanya pernah membela Thailand kelompok usia U19.
Pemilihan slot pemain senior bisa saja diisi oleh nama besar seperti Chanathip Songkrasin, Theerathon Bunmathan, Teerasil Dangda, Supachok Sarachat, Kritsada Kaman, dan masih banyak nama potensial lain yang memiliki penampilan banyak di level senior. Namun, di Sea Games kali ini, Thailand memakai jasa dua pemain tengah, Worachit Kanitsribampen (24) dengan tujuh caps senior, dan Weerathep Pomphan (25), lima penampilan bersama Thailand di level senior. Hanya penjaga gawang, Kawin Thamsatchanan (32) yang memiliki jumlah penampilan hingga dua digit, yakni 68 caps.
Polking tampaknya sedang menyiapkan pengalaman skuad masa depan Thailand. Ini pun bisa dilihat dari dua pemain overage yang dipanggil tidak berbeda jauh dari 23 tahun. Tentu semua hasilnya akan bermuara pada regenerasi Thailand untuk kedepannya. Dengan kedalaman skuad yang berbeda, Thailand tembus ke babak gugur. Bahkan, di AFF U23 2022 di Kamboja, Thailand melaju ke babak final dan berakhir kalah atas Vietnam.
Di SEA Games 2021, Thailand melaju ke babak semifinal dengan pengumpul poin terbanyak di Grup B. Kawin dkk menjadi tim yang paling subur dengan 12 gol dan pertahanan terbaik kedua setelah Vietnam dengan dua kali kebobolan.
Ketika Thailand Ditumbangkan Malaysia
Perjalanan Thailand di Grup B hanya dikalahkan Malaysia dengan skor 2-1 di laga pertama.
Sempat unggul di menit ke-33 melalui Patrik Gustavsson, Thailand kecolongan di babak kedua melalui gol Ahmad Danial di menit ke-61 dan gol killing the game dari Azfar Fikri di menit ke-94.
Kekalahan tersebut terjadi pasca sang pemain bertahan, Jonathan Khamdee mandi lebih dulu karena kartu merah. Setelah itu, Thailand memilih opsi permainan lebih bertahan. Polking mengganti sang pencetak gol, Gustavsson oleh pemain bertahan, Anusak Jaiphet tiga menit setelah Jonathan dikartu merah. Tidak hanya itu, Ben Davis digantikan oleh pemain bertahan pula, yakni Nakin Wisetchat. Ini mempertegas jika Polking ingin mempertahankan keunggulan dengan mementingkan lini pertahanan yang bolong setelah ditinggal Jonathan.
Namun, permainan tempo dan tekanan tinggi dari pemain Malaysia malah tidak membuat permainan Thailand berkembang. Beberapa kali Thailand mencoba membangun serangan dari belakang dan terputus di lini tengah. Selain faktor 10 pemain, Thailand mengandalkan serangan balik dengan membentuk organisasi pertahanan yang dalam.
Sektor sayap pertahanan tim nasional berjuluk Gajah Perang itu rawan dieksploitasi. Satu gol tercetak berawal dari sisi kiri pertahanannya. Selain itu, minimnya penjagaan terhadap penyerang Malaysia, Danial membuat pertahanan Thailand bobol di menit ke-61. Gol kedua pun berawal dari aksi yang sama. Dari sektor kiri pertahanan Thailand inilah Malaysia berhasil mengirimkan umpan tarik kepada pemain yang berada di kotak penalti. Kemudian proses ini menjadi gol kemenangan Malaysia pada menit akhir.
Empat Pemain Membuat Thailand tak Terbendung
Menatap laga selanjutnya, Thailand seakan tersengat. Kemenangan besar diraih Thailand lima gol tanpa balas atas Singapura. Laga melawan Singapura ini menjadi awal superioritas Thailand terlihat. Laga selanjutnya, Kawin dkk kembali berpesta gol. Kamboja menjadi korban selanjutnya setelah habis dilibas lima gol tanpa balas. Di laga penentu melawan Laos, Thailand menang tipis 0-1.
Total ada 12 gol dicetak dari kemampuan individu serta set play yang terorganisir dari lini tengah dan depan. Empat pemain kunci Thailand, yakni Ekanit Panya, Worachit, Ben Davis, dan Gustavsson tidak luput dari terjadinya proses gol. Dalam permainannya, sisi sayap Ben Davis dan Ekanit memiliki teknik penguasaan bola yang kuat. Juga pandainya Gustavsson dan Worachit dalam mencari ruang, menjadi catatan tersendiri.
Patrik Gustavsson: 3 gol, 1 assist
Worachit kanitsribampen: 1 gol, 2 assist
Ben Davis: 1 gol, 1 assist (pelanggaran penalti)
Ekanit Panya: 2 gol
Catatan Permainan Thailand untuk Indonesia
Pergerakan empat pemain Thailand yang dijelaskan pada bagian sebelumnya wajib diwaspadai Indonesia. Operan tarik dari sisi lapangan juga patut jadi perhatian bagi lini pertahanan kesebelasan besutan Shin Tae-Yong ini..
Selain itu, gaya bermain Thailand yang memasang garis pertahanan tinggi sering memaksa lawan melepaskan bola dengan cepat. Ketika menguasai bola, Thailand mampu menyusunnya dengan rapi sejak lini belakang.
Komando area tersebut sering diserahkan kepada Jonathan yang berposisi sebagai bek tengah, namun memiliki ketenangan dan baiknya visi dalam mengoper bola penghubung ke gelandang.
Dua gelandang yang mampu bertukar posisi secara dinamis yakni Weerathep dan Chayapipat lihai mengalirkan bola kepada empat pemain motor serangan Thailand baik melalui operan pendek, panjang, maupun langsung/direct. Selain itu, keduanya memiliki kemampuan tendangan spekulasi jarak jauh yang mumpuni.
Bahkan, tanpa adanya Jonathan di lini pertahanan ketika melawan Malaysia menjadi lubang tersendiri bagi pertahanan Thailand. Dua gol Malaysia tercipta ketika bek tengah yang dihuni oleh Anusak dan Chonnapat lengah melihat pergerakan tanpa bola pemain lawan.
Komentar