Oleh: Faris Adityo (@sirafmotorik)
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dua mega bintang sepakbola dunia. Semua penikmat sepakbola harusnya tahu mengenai dua nama ini. Dua nama pesepakbola yang turut mendominasi dalam jagat persepakbolaan satu dekade terakhir. Dua nama ini selalu menjadi headline berita media-media mengenai kehebatannya. Kini di usianya yang menjelang kepala empat, keduanya menemui akhir dari eranya masing-masing.
Keduanya seolah merupakan perpaduan dari satu bentuk tubuh dan perawakan sempurna seorang pesepakbola. Memiliki kepala yang tajam dalam menanduk bola seperti Ronaldo, namun juga memiliki visi bermain yang jenius dari Messi. Bentuk tubuh yang kekar untuk berduel badan seperti Ronaldo, namun juga lincah bagai belut seperti Messi. Keduanya juga memiliki kaki yang menjadi andalan di masing-masing kakinya. Kekuatan kaki kanan seperti Ronaldo, ketepatan kaki kiri seperti Messi.
Keduanya juga datang dari latar belakang serba kekurangan. Ronaldo datang dari keluarga miskin dengan ayah yang seorang mantan tentara perang dan ibu rumah tangga. Mereka hidup kesulitan di sebuah daerah terpencil Portugal, Madeira. Konon, kala Ronaldo menjalani pelatihan sepakbola di Lisbon, dirinya pernah kesulitan untuk makan sehingga datang ke sebuah kedai makanan cepat saji tengah malam untuk meminta makanan sisa.
Sementara, Messi mengalami disfungsi hormone tinggi badan ditubuhnya. Dirinya divonis menderita penyakit yang membuatnya sulit untuk tumbuh ideal dari teman sebayanya. Bahkan Messi sampai ditawari untuk menjalani terapi dengan syarat mau bergabung ke sebuah akademi klub. Tawaran tersebut tepat sekali diterima karena kelak klub inilah yang ia bawa mencapai puncak kejayaannya hingga saat ini.
Kini, Ronaldo sudah berusia 37 tahun. Dirinya sudah malang melintang di kancah sepakbola top Eropa. Mengawali karir bersama Sporting Lisbon, dirinya lalu hijrah ke Premier League mengikuti ajakan dari Sir Alex Ferguson di Manchester United. Mengemban nomor punggung keramat nomor tujuh di Man United, dirinya sukses mencetak satu trademark baru seiring dengan karirnya yang menanjak. Pemain yang akrab dikenal CR7 ini menjadi tanda bahwa itu adalah dirinya.
Lalu sempat memecahkan rekor pembelian termahal kala itu. Ronaldo hijrah ke klub super elit Eropa, Real Madrid. Datang untuk memenuhi ekspektasi mendominasi Eropa, dirinya sukses menjawab tantangan itu. Gelontoran trofi dan sejumlah penghargaan bergengsi telah dikemas Ronaldo. Seiring dengan kesuksesannya membawa Madrid menjadi pengoleksi trofi Liga Champions sebanyak 13 kali.
Sempat pindah ke Serie A, dirinya juga sukses membawa Juventus melanjutkan tradisinya mendominasi jagad kompetisi lokal. Ronaldo pun memutuskan untuk kembali memperkuat klub yang turut membesarkan namanya. Stadion Old Trafford adalah jalannya kembali sembari memupuk asa untuk terus berada di puncak performa bersama The Red Devils.
Namun rentetan hasil buruk. Kekalahan dan bahkan konflik dengan pelatih menjadi makanan sehari-harinya. Punggawa Tim Nasional Portugal itu bahkan harus menerima kenyataan pahit gagal di fase 16 besar Liga Champions. Si Setan Merah digugurkan Atletico Madrid yang dibesut oleh Diego Simeone. Ya, Simeone yang pernah berselebrasi memaju mundurkan pinggulnya yang kemudian dibalas pula oleh CR7 dengan gerakan yang sama pula kala Ronaldo masih berkostum Juve.
Nestapa tak berhenti di situ. Ronaldo juga harus menerima kenyataan bahwa ini adalah musim pertamanya tanpa meraih satu pun trofi. Aneh bukan? Bukankah Ronaldo dan juara adalah sebuah sinonim? Ya namun demikianlah ketika nasi sudah menjadi bubur. Pria yang baru kehilangan anaknya itu harus menelan kenyataan itu.
Sementara, Lionel Messi di usianya yang menginjak 35 tahun merupakan salah satu pemain yang bisa dibilang cukup loyal. Mengawali karir profesionalnya di tahun 2005 dengan memperkuat Barcelona. Hampir selama 16 tahun masa ia habiskan hanya di La Liga saja. Messi seolah menjadi pemain langganan ketika Barcelona harus menjalani partai sarat gengsi dengan Madrid yang merupakan rival abadinya. Ronaldo dan Messi pun pernah menghabiskan waktu di lapangan bersama ketika Madrid dan Barcelona bertemu.
Messi pun harus menerima kenyataan pahit kala dirinya seolah “dipaksa” untuk berpisah dengan cinta sejatinya, Barcelona. Kebijakan untuk memangkas dana gaji para pemain membuat pihak klub mau tidak mau harus memutus hubungan kerja dengan sejumlah pemain. Sialnya, nama Messi juga termasuk ke dalam pemain yang akan menerima pesangon dari perusahaannya.
Pemain berjuluk La Pulga itu menerima kenyataan sempat menjadi pemain tanpa klub selama beberapa hari. Namun dirinya tidak perlu membuat cv gratisan dari Google atau ikut seminar cara interview sukses keterima kerja 100%. Nama besarnya membuat Paris Saint-Germain (PSG) kepincut untuk meminang dirinya bergabung bersama.
Di sana dia berjumpa dengan kawan lamanya di Barcelona, Neymar. Tak hanya itu,Messi juga tentu tidak lupa dengan sosok Angel Di Maria yang juga sama-sama menjadi andalan di Argentina. Dari sini banyak pihak maupun saya yang sempat mengira bahwa PSG ini akan sangat “galak”. Taburan topping yang cukup “wah” di permukaan martabak tim berjuluk Les Parisiens itu cukup membuat ngeri lawan.
Namun, rupanya Messi seolah belum bisa move on. Berjumpa Madrid di fase 16 besar, Messi dkk sempat jumawa ketika berhasil menjungkalkan El Real di leg pertama. Gol tunggal Kylian Mbappe sukses beri suntikan modal berharga untuk PSG menatap masa depan leg kedua dengan penuh gairah.
Namun, Messi dan kita semua rupanya juga manusia. Yang diberi nikmat dan azab setara adilnya tanpa pandang bulu oleh Tuhan. PSG dipaksa bertekuk lutut di leg kedua oleh Madrid. Banyak pihak menilai bahwa di pertandingan itu seolah Messi afk (away from keyboard). Seolah dirinya tidak ada, padahal ada di daftar sebelas pertama. Pemain PSG bernomor 30 ini seolah kehilangan daya magisnya di laga tersebut.
Ronaldo dan Messi. Keduanya kini bak kakek-kakek yang tengah duduk-duduk di rumahnya yang sederhana dengan kursi goyangnya di teras rumah sembari menikmati sore hari dengan segelas teh hangat. Tak lupa mereka duduk dengan sarung kotak-kotak sembari di ujung matanya melihat ke sebuah lapangan sepakbola di seberang rumahnya.
Lapangan yang dulu menjadi saksi betapa hebatnya mereka berdua. Lapangan yang dulu sampai membuat kita berdebat berjilid-jilid tentang siapa yang paling hebat di antara keduanya. Lapangan yang dulu mempertontonkan skill-skill cantik kelas dunia khas Messi. Lapangan yang dulu mempertunjukkan gol-gol spektakuler khas Ronaldo.
Kini lapangan itu diisi oleh pemuda-pemuda kampung tempat Ronaldo dan Messi tinggal. Pemuda-pemuda yang kini bernama Kylian Mbappe, Erling Haaland, Raheem Sterling, Pedri dan lainnya. Lapangan yang kini sudah dilengkapi dengan kamera canggih.
Sore itu, Ronaldo dan Messi menatap langit yang sudah menjelang gelap. Gelap yang akan menutup hari berikut karir sepakbola mereka. Nikmatilah selagi bisa dinikmati. Sebelum akhirnya mereka pergi dari lapangan itu selama-lamanya.
Sumber Foto: Goal
Komentar