Sejatinya sepakbola menang berbicara tentang taktik di dalam lapangan, bagaimana para pemain mampu mengadaptasi instruksi pelatih untuk menerapkan hingga mampu menciptakan gol. Tapi bukan tentang itu saja, banyak variabel yang bisa menjadi faktor penting dalam penerapan di lapangan. Sudah banyak perkembangan yang kini dapat dinikmati dalam lingkup sepakbola secara menyeluruh. Semisal dengan teknologi garis gawang yang begitu membantu wasit dalam menentukan bola telah masuk ke dalam gawang atau hingga yang lebih mutakhir adalah video asisten wasit (VAR).
Ini yang menjadi landasan permainan sepakbola begitu adaptif. Semakin berkembangnya sepakbola, semakin berkembang pula pemahaman-pemahaman mengenai permainannya. Seorang pelatih akan mencari cara untuk bagaimana memaksimalkan potensi para pemainnya dan mengoptimalkan porsi latihan agar mendapatkan hasil sempurna saat pertandingan.
Terasa banal jika sepakbola hanya sebatas mengenai taktik di lapangan saja, tidak melulu bergantung pada taktik yang diberikan oleh pelatih saat bertanding saja. Ada peran penting terkait inovasi pelatih dalam mematangkan permainan. Mental, hingga psikologis pemain pun tidak kalah penting bagi seorang pemain sepakbola.
Pelatih Lemparan Ke Dalam
Di musim 2018/2019 Liverpool mendatangkan pelatih khusus untuk lemparan ke dalam ia adalah Thomas Gronnemark, spesialisasi ini sangat unik dan terdengar penting-tidak penting. Kedatangannya ke Liverpool bukan hanya sekedar melatih lemparan kedalam saja tapi juga untuk mengoptimalkan serangan yang diinisiasi dari lemparan ke dalam. Di sisi lain, juga untuk memberikan pemahaman kepada pemain tentang bagaimana lemparan bola agar pemain yang menerima bola tersebut tidak kesulitan untuk mengontrol dan mengalirkannya.
Hal ini juga memberikan variasi untuk penyerangan Liverpool, ciri khas dari Gronnemark memang lemparan ke dalam yang jauh. Ia juga pernah memecahkan rekor lemparan ke dalam terjauh. Hal ini ia terapkan kepada pemain Liverpool, salah satunya Joe Gomez ia mempunyai kemampuan lemparan ke dalam yang jauh. Di musim 2019/2020 Liverpool menorehkan 13 gol yang dimulai dari situasi lemparan ke dalam.
Dari Peselancar Menjadi Pelatih Psikologis
Sebastian Staedtler merupakan peselancar profesional asal Jerman yang dibawa oleh Jurgen Klopp untuk memberikan pelatihan terhadap skuadnya. Memang tidak ada hubungannya antara olahraga sepakbola dan selancar, tapi Klopp lebih tahu dengan apa yang dibutuhkannya.
Alasan Klopp mendatangkan peselancar profesional adalah dengan maksud untuk memberikan pengaruh terhadap psikologis para pemainnya. Rasa kagumnya terhadap sang peselancar saat menghadapi ombak laut yang tinggi, itulah dasar yang ingin Klopp terapkan. Bagaimana Staedtler begitu tenang saat menghadapi ombak setinggi 10 meter di laut.
Cara yang diterapkan Staedtler kepada tim asuhan Klopp yaitu dengan menguji kemampuan mereka dengan menahan nafas didalam air selama beberapa detik. Pelatihan itu untuk menyesuaikan pola pikir pemain bahwa mereka dapat melakukan sesuatu hal lebih dari apa yang mereka pikirkan.
Dalam pembicaraannya bersama Football Daily BBC Radio yang ditulis dalam Thisisanfield.com, ia mendatangkan Sebastian Staedtler merupakan langkah untuk memberikan inspirasi dan pemahaman terkait psikologis pemain. Melihat dari bagaimana ia mampu tenang dalam menaklukan ombak yang besar.
Pendekatan Keilmuan Untuk Memaksimal Performa
Jurgen Klopp kembali memberikan pemahamannya terhadap permainan, ia menggaet perusahaan asal Jerman Neuron 11, perusahaan ini bergerak di bidang ilmu saraf. Fungsi Klopp bekerjasama dengan Neuron 11 adalah untuk memaksimalkan kemampuan otak para pemain. Klopp mensimulasikan terobosan itu terhadap tendangan bola mati, termasuk penalti.
Terobosan ini nyatanya berhasil, karena pada laga Final Carabao Cup, Liverpool menang 11-10 lewat adu penalti melawan Chelsea. Para penendang penalti ditentukan berdasar dari data yang dihasilkan oleh Neuron 11.
Pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan ilmu saraf itu merupakan latihan untuk mengasah otak. Pemain akan perintahkan untuk melihat objek (dalam permainan) lalu akan diberikan objek gangguan yang berfungsi melatih fokus serta konsentrasi dan akan terus mendapatkan tingkatan lebih jika pemain berhasil menyelesaikan level pertama. Hal itu juga bisa dimaksudkan untuk tendangan bola mati (set piece atau penalti).
Tendangan Bola Mati Adalah Taktik
Beberapa tim menggunakan kesempatan bola mati sebagai cara jitunya menciptakan gol. Pada musim 2021/2022 kemarin, Arsenal menjadi nomor satu dalam mengkonversi tendangan bola mati (set piece) disusul dengan Chelsea di posisi ke dua dan dua Manchester berada di peringkat ketiga.
Sumber: WhoScored.com
Hal ini mau terjadi karena peran pelatih tendangan bola mati. Di dalam kerangka kepelatihan Arsenal, terdapat nama Nicholas Jover sebagai pelatih spesialisasi tendangan bola mati. Fungsi dari seorang pelatih tendangan bola mati bukan hanya sekedar untuk memecah kebuntuan, melainkan memberikan variasi tapi juga untuk mengantisipasi ketika tim lawan sedang mendapatkan kesempatan tendangan bola mati juga.
Nicolas Jover adalah rekan kerja Artea ketika masih menjadi asisten pelatih Pep Guardiola di Manchester City. Artea ikut memboyong rekannya itu untuk membantu menangani skuad The Gunners. Sementara di kubu Chelsea, ada nama Anthony Barry. Ia merupakan warisan yang pertahankan Tuchel semasa Chelsea masih ditangani oleh Frank Lampard.
Komentar