Pada pertandingan melawan Crystal Palace, Liverpool seharusnya mendapatkan poin sempurna. Karena dalam dua laga sebelumnya Liverpool belum pernah mendapatkan kemenangan. Hanya hasil imbang yang mampu direngkuh The Reds di Stadion Anfield, Selasa (16/8).
Menyerang sejak menit awal menjadi ambisi Liverpool untuk memenangkan pertandingan. Di menit ke-8 Nunez mendapatkan peluang terbuka namun ia gagal menjadikannya sebuah gol, di sisi Crystal Palace, Patrick Vieira menerapkan strategi yang sangat bertahan dan mengandalkan serangan melalui skema serangan balik.
Liverpool kebobolan terlebih dahulu melalui skema serangan balik yang cepat. Setelah melewati hadangan Fabinho, Eze berhasil memberikan umpan terobosan ke area kosong di jantung pertahanan Liverpool. Zaha, yang lepas dari pengawalan Nat Phillips, menggiring bola dan mampu mencetak gol. 1-0 untuk Crystal Palace.
Patrick Vieira nampaknya sudah mengincar hasil imbang dan mencuri gol melalui skema serangan balik cepat, terlihat dari formasi 5-4-1 yang ia terapkan untuk membendung serangan-serangan yang dilakukan Liverpool. Menempatkan Zaha di depan dan Eze serta Ayew di sisi sayap sebagai opsi kedua penyerangan.
Ketika bertahan, pemain terakhir Crystal Palace yang berdiam diri di tengah lapangan hanyalah Zaha. Jordan Ayew, Schlupp, Doucoure dan Eze turun lebih dalam untuk membantu mengawal pertahanan, praktis terdapat sembilan pemain yang berada di lini pertahanan Crystal Palace.
Liverpool mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan berlapis skuad Vieira. Joachim Andersen, Joel Ward dan Marc Guehi disiplin mengawal pertahanan Crystal Palace. Andersen menjadi pemain dengan aksi clearances terbanyak sejauh ini di Liga Inggris dengan melakukan 19 kali aksi.
Konversi peluang menjadi gol adalah kekurangan yang paling kentara dari lini serang Liverpool. Mereka menciptakan total tendangan sebanyak 24 kali dan hanya satu yang bisa dikonversi menjadi gol.
Peran yang dimainkan Arnold memang sangat membantu penyerangan Liverpool. 41% inisiasi serangan dimulai dari area yang diisi Arnold. Ia kerap menembus lini tengah lalu memberikan umpan ke area sepertiga akhir. Pakem ini nyatanya sudah diantisipasi oleh Vieira. Penambahan Joel Ward di sektor pertahanan berhasil menangkal umpan-umpan yang dilancarkan oleh Liverpool. Ia memenangkan duel-duel bola atas sebanyak lima kali.
Tidak banyak variasi penyerangan yang dilakukan oleh Liverpool. Kedua full-back mereka yang berperan menjadi playmaker tidak cukup tajam untuk menembus pertahanan Crystal Palace. Di babak pertama, Liverpool mampu melesatkan 17 kali tendangan namun tak satupun menghasilkan gol.
Akan terjadi pembeda jika Klopp memberikan kesempatan bermain lebih awal untuk Fabio Carvalho, pemain ini memiliki daya jelajah dan eksplosivitas yang cukup baik. Ia mampu memberikan tekanan melewati lini tengah. Di pertandingan ini, ia mampu melepaskan satu tendangan dan satu dribble sukses.
Sebenarnya, Liverpool mendapatkan peluang terbuka dari Nunez. Tetapi sang pemain gagal mengkonversinya menjadi sebuah gol, dalam posisi yang sama dua kali di depan gawang sebelah kiri ia gagal melesatkan bola ke gawang yang dijaga Guaita.
Kekuatan penyerangan Liverpool memang terletak di sisi kanan mereka, namun hal itu juga yang menjadi kelemahan. Arnold yang ditugaskan untuk bergerak ke depan membantu serangan meninggalkan ruang kosong di area pertahanan. Fabinho atau Milner sering terlambat menutup sisi kanan pertahanan The Reds. Alhasil gol pertama terjadi di sisi pertahanan Arnold yang masih berada di depan dan Fabinho gagal menghadang serangan dari sektor sayap.
Arnold terlambat untuk kembali ke posisi semula memang menciptakan ruang kosong yang dimanfaatkan oleh serangan balik Crystal Palace. Lini pertahanan pun menjadi sorotan, bagaimana bisa Zaha dengan mudahnya meloloskan diri dari jagaan Philips.
Dalam situasi ini, konsentrasi lini pertahanan Liverpool begitu buruk. Philips gagal memberikan pengawalan yang ketat sehingga Zaha bisa dengan leluasa berlari meninggalkan dia.
Pertahanan Berlapis
Keberhasilan Andersen bukan hanya menghadang serangan saja, tapi juga ia mampu membuat Darwin Nunez dihadiahi kartu merah di menit ke-57. Andersen berhasil memprovokasi Nunez dan Nunez menanduk kepalanya. Peristiwa ini memberikan keuntungan untuk Crystal Palace, setidaknya berhasil menumpulkan lini serang Liverpool.
Dengan kekurangan pemain di babak kedua, Klopp merespon kejadian tersebut dengan memasukkan tiga pergantian pemain sekaligus, Nat Phillips digantikan oleh Joe Gomes, James Milner digantikan oleh Jordan Henderson dan Robertson diganti oleh Tsimikas.
Permainan Liverpool justru menjadi lebih hidup ketika mereka bermain dengan 10 orang dan melakukan tiga pergantian sekaligus. Penguasaan bola di babak kedua meningkat 2% dari babak pertama yang tercatat 86%. Luis Diaz menjadi lebih atraktif di babak kedua. Melalui aksi dribbling-nya yang mengelabui enam pemain Crystal Palace, ia mampu mencetak gol dari luar kotak penalti. Setelah gol tersebut, momentum berada di tim asuhan Klopp. Mereka terus menggempur Crystal Palace.
Gempuran terus menerus di menit akhir dilakukan oleh Liverpool, namun tetap nihil. Pertahanan Crystal Palace masih terlampau kokoh untuk lini serang Liverpool walaupun diserbu terus-menerus.
Menumpuk pemain di area bertahan dan menutup opsi umpan yang bisa mengancam gawang adalah kunci menghentikan rentetan kekalahan Crystal Palace atas Liverpool. Pertahanan Crystal Palace berhasil melakukan block sebanyak sepuluh kali di pertandingan ini. Serangan Crystal Palace bertumpu pada kecepatan dalam melakukan serangan balik. Tujuan Vieira dalam pertandingan ini mungkin bukan mencari hasil menang, tetapi bagaimana mereka bisa membendung strategi serangan dari Liverpool. Dan hasil imbang bukan hasil yang buruk untuk The Eagles.
Komentar