Tim nasional Indonesia U-20 berhasil lolos ke final Piala Asia tahun 2023 setelah mengalahkan Vietnam U-20 dengan skor 3-2. Lima gol tercipta di babak kedua dihiasi dengan momen saling membalikan keadaan. Berkat hasil ini, Indonesia lolos ke Piala Asia U-20 yang akan diselenggarakan di Uzbekistan tahun 2023.
Shin Tae-yong melakukan beberapa penyesuaian dalam susunan pemain. Ia tidak menurunkan Marselino Ferdinan sejak awal. Lini depan diisi oleh Hokky, Ronaldo, dan Ginanjar. Di tengah, Zanadin dan Arkhan tetap menjadi pilihan utama sebagai motor serangan Garuda Muda. Aditya Nugraha bertugas di bawah mistar dibantu oleh Ferarri, Robi, dan Dimas sebagai tiga bek tengah.
Pertandingan baru “hidup” di babak kedua. Marselino membuka keunggulan Garuda Muda berkat gol yang ia lesatkan dari depan kotak penalti. Vietnam bereaksi cukup cepat dan berhasil membalikan keunggulan melalui dua gol dari transisi yang cepat. Namun, akhir cerita berpihak kepada Indonesa berkat gol Ferarri dan Rabbani yang membawa Indonesia ke Piala Asia.
Kemenangan tim nasional Indonesia U-20 atas Vietnam U-20 bukan sebuah kebetulan. Terdapat beberapa faktor yang membuat Garuda Muda mampu menguasai laga, bangkit dari keterpurukan, dan membalikan keadaan. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi modal awal sekaligus bahan evaluasi bagi anak asuh Shin Tae-yong agar mampu tampil lebih baik.
Inisiatif dan Berani Menekan
Sejak menit pertama, Indonesia berusaha mengambil inisiatif penguasaan bola. Zanadin dan Arkhan berperan sebagai distributor utama untuk mengalirkan bola dari lini belakang ke depan. Awalnya, Vietnam berusaha menekan dengan tiga hingga empat pemain. Tapi, usaha tersebut berulang kali gagal berkat mobilitas Zanadin dan Arkhan.. Indonesia justru berhasil keluar dari tekanan dan menciptakan beberapa peluang akibat kegagalan tersebut. Alhasil, Din The Nam menginstruksikan pemainnya untuk bertahan di area sendiri dan bermain lebih reaktif.
Pada saat bola dikuasai lawan, punggawa tim nasional U-20 berani menekan di area pertahanan lawan. Tekanan yang dilancarkan tidak bersifat individu, tapi kolektif. Artinya, lini belakang, tengah, dan depan bergerak beriringan untuk mempersempit ruang, menutup opsi umpan lawan, dan mengejar pemain yang menguasai bola dengan tujuan merebut bola atau setidaknya membuat lawan tidak nyaman. Taktik ini berhasil membuat Vietnam kesulitan mengembangkan permainan dan menciptakan peluang.
Berkat taktik tersebut, Indonesia mampu mendominasi penguasaan bola dan menciptakan lebih banyak peluang. Tercatat penguasaan bola Garuda Muda mencapai 56% dengan akurasi umpan 80%. Pergerakan dinamis tiga pemain depan berulang kali berhasil merusak struktur pertahanan Vietnam. Zanadin, Arkhan, Kakang, dan Frengky tidak ragu mengirimkan umpan kepada siapapun yang berlari ke ruang kosong yang diciptakan oleh pergerakan tiga pemain depan yang dinamis.
Pergantian Pemain yang Efektif
Meski mampu menguasai pertandingan, anak asuh Shin Tae-yong gagal mencetak gol di babak pertama. Masalah utamanya adalah pengambilan keputusan yang kurang bijak. Hokky dan Ronaldo beberapa kali mendapatkan bola matang di sepertiga akhir. Namun, peluang tersebut terbuang percuma. Mereka sukses menciptakan empat peluang tapi hanya melahikran satu tembakan ke gawang.
Shin Tae-yong sadar atas permasalahan tersebut dan meresponnya dengan memasukan Marselino Ferdinan di awal babak kedua menggantikan Ronaldo Kwateh. Keputusan ini tidak mengubah skema serangan secara makro. Tapi, kehadiran Marselino yang lebih berpengalaman diharapkan mampu menambah efektivitas di lini depan. Terbukti gol pertama hadir dari kaki Marselino yang berawal dari keberhasilan Indonesia lepas dari tekanan Vietnam. Berkat ketenangan dan kejeliannya, ia menemukan ruang tembak di depan kotak penalti dan melepaskan tembakan keras dan akurat ke sudut kanan gawang Vietnam. Peluang ini mungkin bisa saja tidak terkonversi menjadi gol andai Marselino belum memiliki pengalaman, ketenangan, dan kejelian dalam menemukan celah.
Sayangnya, pasca gol Marselino justru Garuda Muda kehilangan fokus dan disiplin. Terutama pada situasi transisi dari menyerang ke bertahan. Dua gol balasan Vietnam berawal dari keterlambatan pemain yang naik menyerang untuk kembali ke posisinya. Celah tersebut berhasil dihukum dengan serangan balik cepat dan efektif.
Shin Tae-yong jeli melihat permasalahan tersebut. Beberapa pemain yang terkuras staminanya ditarik keluar dan digantikan dengan pemain yang karakternya tidak jauh berbeda. Rabbani menggantikan posisi Hokky dan Nico menggantikan Kakang. Dua pemain tersebut berkontribusi langsung terhadap dua gol balasan yang membuat Indonesia mampu membalikan keadaan.
Perubahan Arah Serangan
Indonesia bermain dengan menggunakan formasi dasar 3-4-2-1. Tapi, struktur formasi dasar tersebut berganti sesuai dengan situasi di lapangan. Shin Tae-yong mengincar keunggulan pemain di sisi sayap. Kakang dan Frengky menjadi pemain kunci di posisi tersebut karena dua pemain ini terlibat langsung dalam proses menyerang, bertahan, dan transisi.
Babak pertama sampai pertengahan babak kedua, arah serangan Indonesia sering dimulai dari sisi kiri. Taktik ini membuat Frengky sering terlibat dalam proses membangun serangan sehingga memaksanya untuk sering meninggalkan posnya. Sebaliknya, Kakang justru lebih fokus membantu pertahanan untuk menciptakan keseimbangan dan mengantisipasi serangan balik Vietnam. Alhasil, peluang Indonesia lebih banyak hadir berkat kombinasi di sisi kiri.
Taktik ini berhasil menciptakan satu gol dari kaki Marselino dari sisi kiri, tapi dua gol Vietnam juga hadir dari sisi yang sama. Frengky kian kewalahan karena harus ikut menyerang sekaligus bertahan. Akibatnya, tercipta ruang ketika Frengky terlambat dan Dimas gagal menutup ruang yang Frengky tinggalkan.
Shin Tae-yong sadar akan situasi ini sehingga memasukan Nico menggantikan Kakang dengan maksud mengubah arah serangan. Sejak Nico masuk, Frengky tidak lagi terlibat dalam serangan Indonesia. Bola justru diarahkan ke sisi kanan memanfaatkan tenaga Nico yang masih segar. Vietnam cukup terkejut dengan perubahan tersebut hingga akhirnya Indonesia berhasil membalikan keadaan berkat akselerasi Nico di sisi kanan serangan Garuda Muda.
Mentalitas
Pertandingan ini dimainkan oleh pemain muda yang berusia di bawah 20 tahun. Artinya, mayoritas pemain yang bertanding bukan pemain yang penuh dengan pengalaman. Sehingga wajar apabila dalam 90 menit terdapat momen-momen yang membuat mentalitas mereka terusik.
Di kubu Garuda Muda, ujian terberat mereka adalah ketika Vietnam justru berhasil membalikan keadaan padahal mereka lebih banyak menguasai bola. Tapi, mereka berhasil melalui ujian tersebut dan berhasil membalikan keadaan.
Keberhasilan tersebut berasal dari mentalitas yang mereka tunjukan di lapangan. Pada pertandingan penting, mental justru menjadi pembeda dan mampu mengubah hasil pertandingan. Hal ini tidak lepas dari motivasi individu, tim, dan pendukung setia Garuda Muda yang hadir di stadion.
—
Penampilan yang ditunjukan oleh punggawa tim nasional Indonesia U-20 cukup membuat penggemar sepakbola Indonesia bangga. Walaupun demikian, Garuda Muda tidak boleh terlalu cepat puas karena masih banyak kelemahan dan celah yang harus segera dibenahi. Terlebih, lawan yang akan mereka hadapi di Piala Asia jauh lebih berat.
Salah satu kelemahan yang harus segara diperbaiki adalah antisipasi serangan balik. Hal ini dijelaskan oleh Shin Tae-yong ketika ditanya terkait dua gol balasan dari Vietnam yang berasal dari serangan balik pada konferensi pers pasca pertandingan.
“Pastinya menjadi PR yang harus diperbaiki (cara mengantisipasi serangan balik). Pemain seharusnya sudah memahami lawan terus menaruh ke belakang (area pertahanan). Tetapi, lini pertahanan masih terlalu sering naik. Hal tersebut yang masih haus dievaluasi, ” ujar Shin Tae-yong pada konferensi pers pasca pertandingan.
Foto: PSSI
Komentar