Arsenal kembali merebut tahta pemuncak klasemen setelah mengalahkan Liverpool dengan skor 3-2. Gol Bukayo Saka dari titik putih menjadi penentu kemenangan tim asuhan Mikel Arteta atas tim tamu. Hasil ini membawa skuad besutan Juergen Klopp turun ke peringkat sepuluh klasemen sementara.
Arteta menerapkan beberapa penyesuaian dalam komposisi timnya. Ia menggeser Takehiro Tomiyasu ke posisi bek kiri meski ada Kieran Tierney yang siap bermain. Kebijakan ini mengindikasikan bahwa pelatih asal Spanyol tersebut ingin memperkuat sisi kiri terutama dalam situasi bertahan. Tomiyasu sedikit lebih unggul dari Tierney dalam hal bertahan. Ia juga mampu jika harus bergeser ke tengah untuk mendukung gelandang atau bek tengah dalam berbagai situasi. Bagi Tomiyasu, posisi ini bukan suatu yang asing karena di tim nasional Jepang ia bermain sebagai bek tengah kiri dan di Bologna beberapa kali bermain sebagai bek kiri.
Klopp menurunkan The Winning Team pasca kemenangan atas Glasgow Rangers tengah pekan lalu. Tidak ada perubahan di susunan sebelas pertama; Darwin Nunez di depan Diogo Jota sementara posisi penyerang sayap tetap milik Mohamed Salah dan Luis Diaz. Keputusan ini cukup berisiko karena baru teruji dalam satu pertandingan. Namun, Klopp cukup berani untuk melanjutkan eksperimennya.
Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Arsenal dan Liverpool
Pertandingan berjalan dengan tensi tinggi. Kedua tim berusaha merebut dan mengambil inisiatif serangan dengan menerapkan high pressing. Tim tamu justru berhasil menguasai 56% penguasaan bola dan menciptakan lima peluang. Namun, mereka tidak mampu mengkonversi peluang menjadi tembakan. Terbukti Arsenal berhasil melepaskan lebih banyak sepakan (11) meskipun hanya mampu menguasai 44% penguasaan bola.
Sebelumnya, Arsenal terkenal dengan permainan kombinasi umpan pendek di area lawan serta mendominasi penguasaan bola. Tapi, pada pertandingan ini senjata tersebut justru tidak banyak digunakan. Arteta berhasil menunjukan sebuah adaptasi taktikal yang melahirkan senjata baru.
Perubahan Kebijakan Transisi Arsenal
Delapan pertandingan sebelumnya, Arsenal tidak mengandalkan serangan balik untuk menciptakan peluang dan mencetak gol. Pada situasi transisi positif (transisi dari bertahan ke menyerang), The Gunners memilih untuk re-organisasi yang diawali dengan mengirim bola ke lini belakang sehingga pemain lain bisa bergerak ke posisi masing-masing. Maka tidak heran, jika hingga pekan kesembilan, tim Meriam London tidak pernah mencetak gol dari serangan balik.
Tapi pada pertandingan ini, Arteta menerapkan kebijakan yang berbeda. Ia menginstruksikan pemainnya untuk melancarkan serangan balik ketika berhasil merebut bola. Saka dan Martinelli yang beroperasi di sisi sayap menjadi pemain yang diandalkan dalam taktik ini. Dua pemain ini memanfaatkan ruang yang ditinggalkan Kostas Tsimikas dan Trent Alexander-Arnold dengan kecepatan yang mereka miliki. Thomas Partey, Granit Xhaka, dan Martin Odegaard berperan sebagai distributor utama.
Gambar 2 - Situasi Transisi Serangan Balik Arsenal pada Proses Gol Pertama dari Kaki Gabriel Martinelli
Taktik ini berjalan cukup efektif. Dua dari tiga gol yang dicetak Arsenal berawal dari serangan balik cepat ke arah sayap. Maka tidak heran jika Martinelli dan Saka menjadi dua pencetak gol. Situasi ini juga memaksa Arnold dan Tsimikas tidak leluasa dalam membantu serangan. Alhasil, Liverpool kesulitan dalam menciptakan peluang sehingga Klopp sangat mengandalkan visi dan kreativitas dari Thiago dan pertukaran tempat antara Diaz, Salah, dan Jota.
Meredam Kombinasi Sayap Kanan Liverpool
Kedua tim memang menerapkan high pressing dan garis pertahanan tinggi untuk menggagalkan serangan lawan. Namun, penerapannya sedikit berbeda. Liverpool menekan dengan empat sampai lima pemain untuk menutup jalur ke area tengah yang dihuni Partey, Xhaka, dan Odegaard. Sementara Arsenal menjaga agar bola tidak sampai ke sisi kanan tim tamu yang dihuni Arnold dan Salah. Arteta sadar bahwa dua pemain ini sangat berbahaya ketika menyerang.
Kemungkinan besar Arteta menempatkan Tomiyasu sebagai bek kiri untuk mendukung taktik ini. Berkat penampilannya, Salah dan Arnold kesulitan untuk melakukan eksplorasi di area sayap kanan. Walaupun demikian, gol pertama Liverpool dimulai dari pergerakan menyilang Luis Diaz dari tengah ke area flank kanan yang biasanya hanya diisi oleh Salah. Hal ini mengejutkan Gabriel dan Saliba hingga mereka gagal mengantisipasi umpan yang mengarah kepadanya.
Gambar 3 - Ilustrasi rata-rata posisi pemain Arsenal saat melawan Tottenham Hotspurs (kiri) dan melawan Liverpool (kanan)
sumber : fantasyfootballscout
Pada ilustrasi di atas terlihat jelas kontras struktur yang dibentuk oleh Arsenal. Terutama dalam situasi off posession. Pada gambar sebelah kanan, setidaknya ada 4 pemain yang berkumpul di sisi kiri (yang merupakan posisi Salah dan Arnold). Sementara di gambar sebelah kanan, struktur lebih menyebar (tidak terkonsentrasi pada satu area).
Situasi ini diperparah dengan minimnya pemain yang mendukung sayap kanan Liverpool. Hal ini disebabkan Thiago dan Henderson kewalahan untuk mengawal lini tengah sekaligus mendukung dua sayap. Pergerakan Nunez dan Diaz tidak berjalan efektif karena ruang di antara lini belakang dan lini tengah Arsenal terlalu rapat.
Satu pemain yang paling diharapkan pada kondisi ini adalah Jota. Bermain di belakang Nunez memberikan keleluasaan baginya untuk bergerak lebih dinamis. Salah satunya mendukung kedua sayap agar tercipta keunggulan pemain. Namun, pemain asal Portugal ini lebih sering bermain di area kiri. Hal ini ditunjukan pada ilustrasi di bawah ini.
Gambar 4 - Heatmap Rata-Rata Penempatan Posisi Diogo Jota
—
Hasil pertandingan ini membawa Arsenal kembali ke puncak klasemen sedangkan Liverpool turun ke peringkat sepuluh klasemen sementara. Adaptasi taktikal dari kedua Arteta dan Klopp cukup mengejutkan namun masih ada beberapa disorganisasi yang perlu menjadi perhatian. Terutama dalam fase transisi.
Bagi Arsenal, mereka berhasil menunjukan sebuah senjata baru. Sebuah kekuatan serangan balik yang cepat dan efektif. Senjata ini tentu tidak bisa diremehkan oleh para lawannya. Jika perkembangan ini konsisten terus dilakukan oleh The Gunners, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi salah satu pesaing gelar Liga Inggris musim 2022/2023.
Komentar