Tragedi pecah pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) di Stadion Kanjuruhan. Ratusan korban jiwa berjatuhan atas tragedi tersebut yang hingga hari ini, Kamis (13/10) korban bertambah dari 131 menjadi 132 orang. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo dalam Republika.co.id per hari Kamis, (13/10/22), yang mengatakan jika total korban mencapai 754 orang, diantaranya 132 korban jiwa, 26 luka berat, 596 luka sedang dan ringan.
Beberapa waktu pasca kekacauan di Stadion Kanjuruhan, muncul secara masif video-video yang menggambarkan situasi di dalam dan luar stadion. Video-video tersebut tersebar di berbagai platform sosial media. Tidak hanya video, ada pula rekaman suara seseorang yang mengaku sebagai penjual dawet yang berada di pintu 3 Stadion Kanjuruhan. Ia mengutarakan kesaksiannya mengenai peristiwa yang terjadi di lapangan.
Dalam kesaksiannya, ia memberi keterangan jika para suporter tersebut dalam kondisi mabuk, bahkan mengkonsumsi obat terlarang. “Dia (polisi bernama pak Arief) dipukuli (oleh suporter). Terus ditambah lagi (dipukuli), tambah lagi, karena mereka (suporter) mabuk, dan banyak yang konsumsi obat terlarang,” katanya.
Penjual dawet tersebut juga memberi kesaksian bahwa ada suporter yang meninggal dalam keadaan bau alkohol. “Tapi, suporter itu sak durunge (sebelumnya) wes ngombe kabeh (habis minum (alkohol) semua). Yang meninggal pun itu banyak yang berbau alkohol. Yang saya tolong itu ternyata mas Nawi, itu juga pemabuk. Itu temennya Wenda, koncoku (temanku) juga.” katanya.
Pernyataan dari penjual es dawet itu tentunya memicu polemik di tengah pengusutan Tragedi Kanjuruhan. Hal tersebut diungkapkan Mohammad Choirul Anam, Komisioner Komnas HAM, kepada pihak kepolisian agar pelaku di balik suara penjual es dawet diselidiki.
Bahkan, Komnas HAM ikut menyisir Aremania untuk mencari tahu tentang keberadaan penjual es dawet itu di pintu 3, Selasa (11/10). Beberapa keterangan Aremania mayoritas tidak mengetahui penjual es dawet tersebut di pintu 3.
“Tidak ketemu. Teman-teman Aremania juga nyari, tidak ketemu. Dan mereka menyampaikan ke kami, tidak ada penjual dawet selama ini,” kata Choirul Anam, dilansir dari KompasTV, hari Selasa (11/10/22).
Hingga pukul 14.07 pada Rabu (12/10), sosok di balik suara pengaku penjual dawet akhirnya terungkap melalui akun Twitter @AremaniaCulture. Akun ini mengunggah video seorang wanita bernama Suprapti Fauzie sedang meminta maaf terhadap keluarga korban yang akrab disapa Nawi. Korban Nawi ini jugalah korban jiwa yang diungkapkan Suprapti dalam rekamannya.
“Saya mohon maaf, dengan rekaman suara yang beredar kemarin. Saya tidak ada tujuan apapun untuk menjelekkan nama Almarhum, ya. Demi Allah saya Lillahi Ta’ala meminta maaf kepada anda. Memohon dengan sangat tolong maafkan saya bila ada kata saya yang salah, ya, mbak,” ujarnya.
Suprapti pun sempat memohon sambil mencium tangan istri Almarhum Nawi bernama Eka. Suprapti pun menegaskan jika tujuannya dalam merekam pernyataan dan menyebarkan rekaman tersebut tidak berniat untuk menjelekkan nama Almarhum.
Wanita yang diketahui sebagai kader dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini bahkan tidak ada pihak yang menyuruhnya. “Demi Allah saya nggak ada settingan apa-apa. Saya bukan suruhan siapa-siapa. Mohon maaf yang sebesar-besarnya ya, mbak Eka," tuturnya.
Dilansir dari CNN Indonesia, pertemuan antara Suprapti dan keluarga Nawi itu dihubungkan oleh pihak Kepolisian. Hal tersebut diungkapkan AKP Donny Kristian, Kasat Reskrim Polres Malang, “Ibu itu infonya banyak yang cari, jadi kita kasih petugas untuk menjaga situasi supaya kondusif. Teman-teman suporter juga meminta untuk ibu itu meminta maaf. Kita fasilitasi untuk ibu itu dipertemukan di Singosari,” terangnya.
Komentar