Graham Potter akan menjalani laga reuni ke Amex Stadium menghadapi mantan timnya, Brighton and Hove Albion. Selama melatih Brighton, pelatih asal Inggris ini hanya kalah satu kali di kandang dari Chelsea. Di sisi lain, Chelsea di tangan Potter belum pernah kalah dalam laga tandang. Maka dari itu, laga pada Sabtu (29/10) pukul 21.00 WIB ini akan sangat menarik untuk disaksikan. Laga ini akan dipimpin oleh Andy Madley didampingi Lee Mason yang menjabat sebagai Video Assistant Referee (VAR).
Roberto De Zerbi tidak memiliki banyak masalah kebugaran pemain. Hanya Jakob Moder yang dipastikan absen akibat cedera. Sementara Joel Veltman masih diragukan tampil atas alasan kebugaran. Dengan demikian, De Zerbi punya keleluasaan untuk memilih antara mempertahankan skuad utama atau memunculkan nama-nama baru.
Di kubu lawan, The Blues dipastikan tampil tanpa beberapa pemain andalan. N’Golo Kante, Wesley Fofana, Kalidou Koulibally, dan Reece James belum pulih dari cedera. Tetapi, kondisi ini telah terjadi dalam dua hingga tiga pekan terakhir, sehingga kemungkinan besar Potter telah memahami cara beradaptasi dengan krisis kebugaran pemain. Terlebih, Chelsea memiliki kedalaman skuad yang cukup baik.
Kedua tim berpotensi menggunakan formasi dasar yang sama, yaitu 3-4-2-1. Jika dibayangkan, para pemain Brighton berharap bisa memanfaatkan pengalaman bekerjasama dengan Potter sebagai salah satu pendekatan non teknis. Di sisi lain, mantan pelatih Swansea ini mengenali karakter para punggawa The Seagulls. Oleh karena itu, Potter memegang porsi besar dalam pertandingan ini.
Pertahanan menjadi kekuatan Chelsea. Mereka tidak terkalahkan dalam enam pertandingan terakhir. Tidak hanya itu, mereka hanya kebobolan tiga gol, mencatatkan tiga clean sheet beruntun, dan hanya menderita 60 tembakan. Sebelumnya, gawang The Blues dibobol delapan kali hanya dari lima pertandingan dan terancam 56 tendangan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbaikan dalam organisasi bertahan.
Brighton juga bukan tim yang bisa diremehkan. Selain berstatus tuan rumah, mereka memiliki pertahanan yang cukup solid. Catatan dalam enam pertandingan terakhir menunjukkan bahwa mereka hanya menderita 49 tembakan dan hanya 20 tembakan yang menemui sasaran.
Walaupun demikian, permasalahan pertahanan anak asuh De Zerbi ada pada performa kiper yang menurun. Robert Sanchez hanya memiliki persentase penyelamatan atau save percentage 50% dalam enam pertandingan terakhir. Catatan ini merupakan catatan terburuk di antara kiper lain yang tampil reguler enam pertandingan berturut-turut.
Bercermin pada catatan-catatan tersebut, terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian khusus De Zerbi agar publik Amex Stadium tidak pulang dengan rasa kecewa.
Memperkecil Ruang di Antara Lini Belakang dan Lini Tengah
Salah satu hal positif yang dibawa Potter ke kubu The Blues adalah cara mereka memanfaatkan ruang antar lini lawan. Terutama ruang antara lini belakang dan lini tengah. Mason Mount dan Raheem Sterling yang bermain di belakang Pierre-Emerick Aubameyang diplot sebagai pemain yang wajib memanfaatkan area tersebut. Terbukti semenjak Potter melatih, Mount telah mencetak dua gol dan tiga asis.
De Zerbi perlu mengantisipasi taktik ini. Salah satunya adalah dengan memperkecil ruang antara lini belakang dan lini tengah. Tujuannya untuk mempersempit ruang gerak Mount dan Sterling dan memaksa mereka mengalirkan bola ke flank. Pada saat itu lah kesempatan Brighton merebut bola lebih besar karena ruang penguasaan bola lawan semakin sempit. Kuncinya ada pada tiga bek tengah dan dua pivot. Lewis Dunk dkk perlu lebih sering merapat ke tengah sementara Moises Caicedo dan Alexis Mac Allister harus waspada dan jeli dalam membaca pergerakan Mount dan Sterling.
Jika rencana ini diterapkan oleh De Zerbi, kemungkinan besar Potter akan menginstruksikan pemainnya untuk lebih berani melepas tendangan dari luar kotak penalti. Hal ini terjadi ketika mereka bertandang ke markas Brentford pada 19 Oktober lalu. Selama 90 menit, 10 dari 14 tembakan Chelsea berasal dari luar kotak penalti. Dari 10 tembakan tersebut, tiga diantaranya mengarah ke gawang. Beruntung bagi Brentford, David Raya pada laga tersebut tampil gemilang dengan lima penyelamatan.
Kondisi ini cukup berbahaya bagi Sanchez yang sedang mengalami penurunan performa. Selain memperkecil ruang antar lini, unit pertahanan Brighton sebisa mungkin harus menutup ruang tembak para pemain tim tamu yang memiliki tendangan jarak jauh akurat seperti Christian Pulisic, Conor Gallagher, Sterling, dan Mount.
Memaksimalkan Peran Welbeck
Peluang terbaik Brighton untuk bisa memenangkan pertandingan ada dalam diri Danny Welbeck. Ia berposisi sebagai penyerang tengah tapi peran mantan pemain Manchester United ini bukan hanya mencetak gol. Ia dipercaya untuk bergerak lebih dinamis baik ke arah tengah atau menyamping. Tujuannya adalah menarik perhatian bek tengah lawan sekaligus membuka ruang untuk Leandro Trossard, Pascal Gross, dan Solly March untuk berlari ke dalam kotak penalti.
Ilustrasi di atas menunjukkan di mana saja Welbeck menyentuh bola kala bertandang ke Anfield (1/10). Terlihat bahwa ia tidak hanya masuk ke dalam kotak penalti, tapi juga bergerak ke tengah, ke samping, bahkan ke kotak penalti milik timnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi Welbeck cukup besar pada situasi menyerang dan bertahan.
Di antara para penyerang yang sedang naik daun, Welbeck tergolong sebagai penyerang yang sangat rajin dan tidak terpaku untuk selalu mencetak gol. Hingga pekan ke-13, Welbeck menjadi salah satu penyerang yang sering menciptakan peluang. Ia telah mencatatkan 13 peluang yang lima di antaranya tergolong sebagai peluang besar (terbaik kelima di antara stiker lain). Maka tidak heran, jika ia telah menorehkan empat asis sepanjang kompetisi berjalan.
—
Secara kualitas dan ke dalam skuad, Chelsea lebih diunggulkan. Tapi, Brighton memiliki cukup modal untuk memulangkan The Blues dengan tangan kosong. Roberto De Zerbi dan Graham Potter memegang peran penting terutama ketika taktik tidak berjalan di tengah pertandingan. Pada situasi ini, kedalaman skuad yang lebih unggul bisa terpatahkan seketika jika adaptasi dan penerapan di lapangan keliru.
Komentar