Setelah menderita dua kekalahan berturut-turut, Liverpool harus melangkahi tembok besar bernama Tottenham Hotspur. Laga penting ini akan dihelat di Tottenham Hotspur Stadium (6/11) pukul 23.30 WIB. Andy Madley akan memimpin jalannya pertandingan dibantu Darren England sebagai Video Assistant Referee (VAR).
Antonio Conte belum lepas dari krisis kebugaran pemain. Beberapa pemain andalan seperti Dejan Kulusevski dan Richarlison belum keluar dari kamar pemulihan cedera. Kondisi ini semakin buruk setelah Son Heung-min cedera di sekitar mata kiri setelah Spurs melakoni laga pamungkas fase grup Liga Champions tengah pekan lalu. Masalah yang sama juga menyelimuti kubu tim tamu. Luis Diaz, Joel Matip, Diogo Jota dan Naby Keita masih dibekap cedera.
Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Tottenham Hotspur dan Liverpool
Kemungkinan besar Harry Kane akan berpasangan dengan Lucas Moura di lini depan. Mereka akan didukung oleh tiga gelandang dan dua bek sayap dalam formasi dasar 3-5-2. Conte memiliki beberapa pilihan untuk posisi bek sayap. Tapi, mengingat pertandingan ini sarat tensi dan butuh kedewasaan, Ivan Perisic dan Matt Doherty bisa menjadi pilihan tepat.
Di kubu lawan, Juergen Klopp tidak memiliki banyak opsi pemain. Jika ia bermain dengan formasi dasar 4-3-3, Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Darwin Nunez berpeluang mendapatkan tempat utama. Beruntung Ibrahima Konate telah kembali ke dalam skuad dan bisa menemani Virgil Van Dijk di lini belakang. Di tengah, Klopp perlu menurunkan Thiago Alcantara untuk menambah aspek kreativitas bersama dengan Fabinho dan Jordan Henderson. Thiago baru bermain enam pertandingan tapi ia telah menciptakan 7 peluang (1,17 peluang per pertandingan). Angka ini justru lebih baik dari Henderson yang bermain 11 pertandingan tapi baru menciptakan 11 peluang.
Meski berada di peringkat kesembilan, Liverpool bukan tim yang bisa diremehkan. Mereka tidak memiliki masalah dalam menciptakan peluang. Terbukti mereka menjadi salah satu tim yang paling banyak menciptakan peluang yaitu 162 kali (terbaik kedua). Jika dilihat dari kualitas peluang, angka harapan gol (xG) yang berhasil mereka peroleh sejauh ini adalah 21,45 (terbaik keempat). Tapi, dari 74 tembakan ke gawang yang dilesatkan hanya 23 tembakan yang berbuah gol. Hal ini menjadi bukti bahwa salah satu masalah lini serang Liverpool adalah efektivitas.
Selain memperbaiki efektivitas lini serang, Klopp perlu memperhatikan mental punggawa Tottenham yang pantang menyerah hingga peluit panjang berbunyi. Mereka berhasil mencetak gol penentu kemenangan di penghujung laga pada dua pertandingan berturut-turut. Hal ini menunjukan bahwa tim besutan Antonio Conte ini memilki banyak hal yang patut diwaspadai.
Antisipasi Serangan Balik
Klopp menerapkan skema serangan dengan memberikan tugas tambahan kepada bek sayap untuk sering membantu serangan, baik dengan melakukan overlaping atau melepaskan umpan silang dari area half space. Taktik ini memang cukup efektif dalam hal menciptakan peluang. Terbukti Liverpool menjadi tim yang paling sering melepaskan umpan silang selama liga bergulir yaitu 291 umpan. Trent Alexander-Arnold menjadi aktor utama dalam taktik ini. Ia menjadi pemain Liverpool yang paling sering melepaskan umpan silang (94 umpan dalam 12 pertandingan).
Masalahnya, taktik ini bagai pisau bermata dua. Meski mampu menciptakan peluang, di sisi lain berisiko cukup tinggi, terutama pada fase transisi dari menyerang ke bertahan. Mayoritas tim yang melawan Liverpool sering memanfaatkan ruang yang ditinggalkan bek sayap saat fase transisi dari menyerang ke bertahan. Terbukti dalam 12 pertandingan, 56 persen ancaman berasal dari sisi sayap. Hal ini disebabkan karena skema yang diterapkan Klopp .
Kelemahan ini cocok dengan senjata andalan Spurs, yaitu serangan balik. Spurs tercatat sebagai tim yang paling sering mencetak gol melalui serangan balik (5 gol). Conte sangat mengandalkan kecepatan yang dimiliki lini depan dan pergerakan Kane yang sering menjemput bola lalu mengirimkan panjang dan akurat kepada penyerang sayap. Maka tidak heran jika Kane tidak pernah absen karena ia menjadi kunci utama serangan Spurs dengan mengandalkan visi dan insting penyerang.
Klopp perlu mewaspadai senjata Spurs tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menahan satu dari tiga gelandang untuk tidak bergerak terlalu ke depan ketika Liverpool menguasai bola. Tujuannya adalah untuk menjaga pergerakan Kane dan mendukung dua bek tengah yang berdiri paling belakang. Harapannya, dua bek tengah bisa fokus untuk menutup ruang yang ditinggalkan bek sayap dan menyerahkan tugas mengawal Harry Kane kepada salah satu gelandang tersebut. Dengan demikian, beban barisan pertahanan The Reds terbagi merata dan lebih terorganisasi untuk mengantisipasi serangan balik.
Kemungkinan besar kekuatan serangan balik Spurs sedikit melemah karena tidak diperkuat Son, Kulusevski, atau Richarlison. Conte bisa menugaskan dua bek sayap untuk lebih eksplosif pada saat serangan balik untuk mendukung Kane dan Moura. Oleh karena itu, meski melemah, Klopp tidak boleh meremehkan serangan balik Spurs yang telah menelan banyak korban.
Situasi Bola Mati
Faktanya, baik Tottenham maupun Liverpool merupakan tim yang sering mencetak gol pada situasi bola mati. Tapi, tim tuan rumah sedikit lebih banyak dengan torehan 9 gol set piece sementara tim tamu hanya 6 gol. Bedanya, tim besutan Antonio Conte hanya kebobolan 1 gol dari set piece sementara The Reds telah kebobolan 6 gol dari situasi bola mati. Hal ini menunjukan bahwa Tottenham kuat pada situasi set piece dalam konteks bertahan maupun menyerang, sedangkan Liverpool hanya kuat dalam konteks menyerang saja.
Maka dari itu, peluang Spurs mencetak gol dari situasi bola mati cukup besar. Salah satu yang paling berbahaya adalah sepak pojok. Sembilan gol tersebut semuanya berawal dari skema sepak pojok meski tidak semuanya berasal dari sundulan atau aksi langsung dari umpan yang dilepaskan dari sepak pojok. Pemain Spurs yang paling berbahaya di situasi ini adalah Kane dan Eric Dier. Kombinasi dari dua pemain tersebut telah menciptakan 7 gol dari sundulan. Dua gol dari Dier buah dari skema sepak pojok yang terorganisasi sehingga ia mendapatkan cukup ruang untuk menyambut umpan.
Biasanya, eksekutor sepak pojok Spurs ada di kaki Son, Kulusevski, atau Perisic. Tapi, dua nama pertama yang disebutkan kemungkinan besar tidak akan bermain sehingga Perisic akan menjadi eksekutor utama atau justru Lucas Moura.
Salah satu cara untuk mengantisipasi ancaman tersebut adalah dengan meminimalisasi situasi bola mati. Liverpool tercatat sebagai salah satu tim yang paling sering melakukan handballs yaitu 11 kali (terbanyak kedua). Hal ini berbahaya jika dilakukan di dekat kotak penalti. Selain itu, mereka perlu mendominasi penguasaan bola agar kesempatan Spurs mendapatkan tendangan bebas atau sepak pojok semakin minim.
Komentar