Jerman menolak angkat koper lebih cepat. Gol Niclas Fullkrug (83’) ke gawang Spanyol di penghujung laga, menjaga asa Die Mannschaft untuk lolos ke babak 16 besar. Spanyol yang unggul terlebih dahulu melalui gol Alvaro Morata (62’) harus berjuang hingga pertandingan ketiga. Di sisi lain, Jepang dan Kosta Rika juga masih punya peluang untuk mengejutkan para raksasa ini Eropa di Grup E.
Luis Enrique tetap menggunakan 4-3-3 dan tidak banyak mengubah komposisi pemain. Hanya Daniel Carvajal yang masuk ke-11 pertama menggantikan Cesar Azpilicueta di bek kanan .Enrique justru mempertahankan Rodrigo sebagai bek tengah berpasangan dengan Aymeric Laporte. Sisanya, masih sama dengan yang ia turunkan pada pertandingan sebelumnya.
Di kubu lawan, Hans-Dieter Flick mengubah komposisi pemainnya. Pada pertandingan sebelumnya ia memasang empat bek yang tidak simetris dengan Niklas Sule bermain sebagai bek kanan. Kini, ia memasang Thilo Kehrer yang berposisi natural sebagai bek sayap sehingga barisan pertahanan lebih simetris. Di tengah, Leon Goretzka berpasangan dengan Joshua Kimmich sebagai poros ganda sekaligus menggeser Ilkay Gundogan lebih ke depan. Di depan, Flick memilih Thomas Muller dibanding Kai Havertz sebagai ujung tombak.
Gambar 1 - Sebelas Pertama Spanyol dan Jerman
Komposisi pemain kedua tim menunjukkan bahwa mereka mengincar penguasaan bola. Hal ini bertujuan agar mereka memiliki kesempatan lebih banyak dalam menciptakan peluang sekaligus bangunan serangan lawan lebih terbatasi. Terlebih, baik Jerman maupun Spanyol bukan tim yang memiliki kecenderungan untuk bertahan dan mengincar serangan balik.
Pertandingan berjalan cukup menarik, kedua kesebelasan berusaha mengambil inisiatif serangan. Spanyol berhasil mendominasi 56,1 persen penguasaan bola. Tapi, mereka hanya berhasil melepaskan tiga tembakan ke gawang sedangkan Jerman mengancam gawang Unai Simon sebanyak empat kali. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bola Die Mannschaft lebih efektif.
Keunggulan Lini Tengah Spanyol Akhirnya Berbuah Gol
Kedua tim sadar sejak awal bahwa kunci pertandingan ini adalah lini tengah. Mereka tidak hanya mengincar bola tapi juga menguasai sebanyak mungkin ruang di tengah. Flick berupaya dengan menumpuk banyak pemain di area tersebut. Tiga gelandang plus Mueller berjarak rapat serta membiarkan dua bek sayap untuk menjaga kelebaran.
Sadar akan kondisi tersebut Enrique memilih untuk berduel di lini tengah dengan tiga gelandang. namun posisi mereka cenderung merapat ke posisi Jordi Alba di sisi kiri. Tujuannya adalah untuk menciptakan situasi unggul pemain pada area tersebut. Tidak hanya itu, taktik tersebut membuat lawan terlalu konsentrasi sehingga sisi sebaliknya di kanan menjadi lebih bebas.
Keputusan itu merupakan keberhasilan rencana Enrique agar Spanyol mendominasi penguasaan bola. Struktur yang dibentuk melebar seperti itu juga yang berhasil digunakan ketika melawan Kosta Rika pada laga sebelumnya.
Puncaknya adalah gol Alvaro Morata pada menit ke-62. Rencana overload di sisi kiri yang sejak awal direncanakan menciptakan ruang yang cukup lebar untuk Jordi Alba. Morata yang hanya dikawal satu orang bergerak ke tiang dekat yang tanpa penjagaan karena Kimmich terlambat menutup area tersebut.
Taktik kedua tim terlihat jelas pada ilustrasi di bawah ini.
Gambar 2 - Ilustrasi Rata-Rata Posisi Pemain Spanyol dan Jerman
Sumber : WhoScored
Jika diperhatikan, ilustrasi di atas juga menunjukkan Sergio Busquets, Pedri, dan Gavi memiliki keleluasaan untuk mengeksplorasi lini tengah. Selain itu, kehadiran Rodrigo sebagai ball playing defender, menambah jumlah pemain yang mampu mendistribusi bola. Ditambah keberadaan Busquets membuat Pedri dan Gavi lebih mudah menyuplai bola ke depan.
Pada situasi menyerang, Busquets lebih sering bertahan di posisinya untuk mengatasi serangan balik sekaligus menjadi opsi umpan terakhir jika lawan berhasil menggagalkan serangan. Pada situasi transisi, Busquets menjadi orang pertama yang bertanggung jawab untuk menggagalkan serangan balik lawan. Pembagian tugas ini membuat Pedri dan Gavi leluasa untuk berkreasi di belakang para penyerang karena sudah dijembatani oleh Busquets.
Leroy Sane Mengubah Keadaan
Delapan menit pasca kebobolan, Hansi Flick melakukan tiga pergantian sekaligus. Leroy Sane, Niclas Fullkrug, dan Lukas Klostermann menggantikan Gundogan, Mueller, dan Kehrer. Pergantian ini bertujuan untuk menambah eksplosifitas di area sayap mengingat Sane memiliki kemampuan dalam melakukan penetrasi. Harapannya, bek lawan menaruh perhatian lebih besar kepada Sane sehingga tercipta ruang bagi pemain lain.
Sebelumnya, Spanyol lebih banyak menguasai bola dan melepaskan enam percobaan tembakan. Sementara Jerman berhasil melepaskan lima tembakan meski kalah dominasi penguasaan bola. Tapi, setelah tiga pergantian tersebut, lini serang Die Mannschaft jauh lebih berbahaya. Mereka melepaskan enam tembakan yang dua diantaranya menemui sasaran. Sementara La Furia Roja hanya mendapatkan satu kali kesempatan menembak.
Selain menambah agresivitas, pergantian pemain Flick menyulitkan Spanyol untuk memperlebar keunggulan. Hal ini disebabkan karena Alba dan Carvajal tidak leluasa menyisir area flank akibat kehadiran Sane dan Gnabry yang jauh lebih agresif. Kondisi ini diperparah karena Busquets harus terlibat lebih sering mendukung pertahanan. Akibatnya, Gavi dan Pedri yang berperan sebagai otak serangan kehilangan kenyamanan.
Hasil ini menunjukkan bahwa pergantian pemain Flick berjalan sesuai rencana dan berdampak cukup positif. Puncaknya adalah gol penyama kedudukan dari kaki Fullkrug satu menit setelah pergantian tersebut. Sane yang beroperasi di sayap kanan masuk ke area tengah dan menarik perhatian Laporte sehingga sedikit meninggalkan posisinya. Balde yang berada di belakangnya justru mengikuti gerakan bek Manchester City tersebut. Alhasil Fullkrug bebas dan mendapatkan bola dari Musiala yang lepas dari kawalan Rodrigo.
Spanyol dan Jerman Masih Punya Banyak Masalah
Meski berhasil menjaga asa ke babak 16 besar, Jerman memiliki segudang catatan yang perlu segera diselesaikan. Pada aspek pertahanan, empat pemain belakang yang simetris jauh lebih seimbang dibanding barisan pertahanan yang tidak simetris. Selain keleluasaan dalam menjaga struktur, menempatkan seorang bek tengah sebagai bek sayap seperti Niklas Sule pada pertandingan melawan Jepang berpotensi menjadi titik kelemahan terutama ketika lawan memiliki sayap dengan kecepatan tinggi.
Pada aspek menyerang, Die Mannschaft tidak memiliki masalah dalam menciptakan peluang dan membongkar pertahanan ketika melawan tim terbuka seperti Spanyol. Masalah muncul ketika melawan tim dengan pertahanan menumpuk seperti Jepang. Selain itu, menggeser Musiala ke sayap hanya mempersempit ruang geraknya. Ia lebih efektif jika bermain sebagai gelandang serang. Biarkan posisi sayap diisi oleh Sane dan Gnabry.
Sementara Spanyol terlihat begitu istimewa atas penampilan dari lini tengahnya yang dimotori Gavi dan Pedri. Hanya saja belum terbayang jika kedua pemain tersebut harus tampil tanpa Busquets di kemudian hari. Dengan sisa satu laga di atas kertas, Enrique tampaknya perlu memainkan pemain pengganti Busquets pada laga berikutnya untuk adaptasi baru di sektor tengah.
Komentar