Tim nasional Indonesia akan menghadapi tim nasional Vietnam di Stadion Utama Gelora Bung Karno dalam lanjutan Piala AFF 2022 babak semifinal leg pertama, Jumat (6/1). Indonesia harus memenangi pertandingan untuk meringankan beban leg kedua di kandang lawan.
Kendati demikian, target tersebut tidaklah mudah mengingat Vietnam merupakan salah satu kandidat juara terkuat. Hal itu terefleksi jika melihat bahwa Vietnam adalah salah satu tim paling produktif di turnamen sejauh ini. Mereka telah mencetak 12 gol (sama dengan Indonesia, tertinggal satu dari Thailand) dari 26 tembakan tepat sasaran.
Tidak hanya itu, dari sepuluh kontestan Piala AFF 2022, hanya Vietnam yang gawangnya masih bersih. Mereka hanya menerima 10 tembakan dan tidak ada satu pun yang berbuah gol. Data tersebut menunjukan bahwa pertahanan dan serangan Vietnam sama baiknya.
Di Balik Gawang Bersih Vietnam
Sepanjang Piala AFF 2022 bergulir, Park Hang-seo secara garis besar bermain dengan formasi dasar 5-3-2 atau 3-5-2. Ia melakukan sedikit adaptasi ketika melawan Malaysia dengan mengubah formasi dasar menjadi 4-3-1-2. Hasilnya tidak ada yang negatif; tiga kemenangan dan satu hasil imbang.
Meskipun tidak banyak melakukan perubahan formasi dasar, Park rajin melakukan rotasi pemain. Selain kiper Dang Van Lam, hanya kapten Do Hung Dung yang selalu masuk ke dalam daftar sebelas pertama. Ia total telah bermain selama 269 menit dalam empat pertandingan. Hal ini menunjukan bahwa Park yakin dengan kualitas dan kedalaman skuadnya.
Dampak positif dari keputusan rotasi pemain ini adalah membuat stamina pemain Vietnam tetap terjaga. Kebijakan ini lumrah dilakukan seorang pelatih dalam turnamen yang jadwalnya padat dan jeda antarpertandingan pendek. Tapi, tidak banyak pelatih yang melakukan rotasi pemain tepat sasaran seperti yang dilakukan oleh Park hang-seo.
Meski bongkar-pasang pemain, tiga bek tengah yang dipasang Park menjalankan peran dengan sempurna. Pada fase menyerang, mereka tidak diarahkan untuk terlibat dalam serangan. Barisan pertahanan yang dikomandoi Nguyen Thanh Chung ditugaskan untuk mengantisipasi serangan balik. Berkat keputusan ini, Vietnam mampu mengantisipasi serangan balik lawan karena selalu punya minimal tiga pemain di belakang.
Kondisi tersebut didukung dengan kehadiran dua bek sayap yang bermain sangat disiplin dan bijak ketika bertahan dan menyerang. Ketika tim bermain dengan skema tiga bek, penting untuk memiliki bek sayap yang mampu membantu serangan dan waspada terhadap serangan balik. Ho Tan Tai dan Doan Van Hau memainkan peran tersebut dengan sangat baik sehingga kepercayaan Park kepada mereka sangat besar. Keduanya hanya keluar dari daftar sebelas pertama sekali dari empat pertandingan.
Struktur pertahanan yang seimbang dalam segala situasi menjadi modal utama Vietnam untuk memenangi pertandingan, sebelum mencari cara untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Lawan dengan High Press
Selain kekuatan pertahanan Vietnam, salah satu sebab utama mulusnya perjalanan Vietnam di fase grup adalah tidak ada lawan yang berani bermain terbuka dan menekan. Maka, tidak heran jika Vietnam selalu mendominasi penguasaan bola di setiap pertandingan di Grup B. Dari empat pertandingan yang telah mereka lakoni, rata-rata penguasaan bola The Golden Star mencapai 63.95 persen.
Situasi ini bisa menjadi kesempatan bagi timnas Indonesia untuk mengejutkan Vietnam dengan bermain high press setiap sang lawan menguasai bola. Dengan mengganggu para penguasaan bola para pemain Vietnam, harapannya Indonesia bisa mencegah akses ke kaki Do Hung Dung yang berperan sebagai progresor dan distributor dari lini belakang ke lini tengah.
Sebagai seorang distributor, Do menjadi jenderal lapangan tengah yang menentukan arah serangan Vietnam. Pemain berusia 29 tahun tersebut terindikasi menjadi salah satu pemain penting Vietnam karena posisinya hampir tidak tergantikan sehingga layak untuk menjadi target pressing. Ia mencatatkan 158 umpan sukses dengan akurasi 87,3 persen dan enam umpan kunci.
Selain itu, Shin perlu memberi perhatian khusus terhadap bek sayap Vietnam yang eksplosif ketika menyerang tapi disiplin ketika bertahan. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan situasi unggul jumlah pemain di sektor sayap atau setidaknya jangan sampai kalah jumlah pemain. Maka dari itu, ada kemungkinan Shin akan bermain dengan skema yang sama dengan Vietnam yaitu 3-5-2 atau 5-3-2 (mirorring).
Jika rencana ini berhasil, peluang Vietnam mencetak gol dapat diminimalisasi dengan catatan high press yang dilakukan bersifat kolektif, terstruktur, dan konsisten. Rencana tersebut justru bisa menjadi senjata makan tuan jika dilakukan tanpa struktur yang teratur dan kolektivitas yang kompak.
Memecah Krisis Efektivitas
Penerapan taktik high press tidak hanya memperkecil peluang Vietnam mencetak gol. Tetapi juga memperbesar timnas Indonesia untuk mendapatkan peluang. Ketika menekan, potensi lawan melakukan kesalahan semakin besar. Jika kesempatan tersebut datang, akan terbuang percuma apabila Indonesia belum berhasil memecahkan krisis efektivitas yang tampak sejak pertandingan perdana.
Berkaca pada pertandingan di fase grup, timnas Indonesia melepaskan 66 tembakan yang 31 di antaranya mengarah ke gawang. Sayangnya, dari sekian banyak peluang tersebut hanya berbuah 12 gol. Data tersebut menunjukan bahwa efektivitas skuad Garuda hanya mencapai 18,2 persen.
Krisis efektivitas tersebut tidak hanya berlaku untuk para penyerang saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh pemain. Banyak sekali momen peluang yang terbuka lebar tapi tidak berhasil dikonversi menjadi gol. Peluang Hansamu Yama di depan gawang Brunei Darussalam, Witan Sulaeman yang membuang peluang terbesar ketika menghadapi Thailand, dan momen-momen lainnya.
Kesalahan-kesalahan tersebut terbiaskan akibat hasil pertandingan yang masih positif. Padahal, tidak selamanya Indonesia mendapatkan banyak peluang dalam satu pertandingan. Akan ada saatnya Indonesia lebih banyak tertekan dan kesulitan untuk menciptakan peluang sebab kualitas lawan yang lebih mapan dari timnas Indonesia.
Pada pertandingan ini, kemungkinan besar Indonesia tidak akan mendapatkan banyak peluang seperti pada empat laga sebelumnya sebab Vietnam lebih baik dalam sirkulasi dan penguasaan bola. Hal tersebut didukung dengan akurasi umpan Vietnam yang mencapai 85,3 persen sementara Indonesia hanya 80,2 persen. Apalagi, Vietnam lebih efektif dalam memanfaatkan peluang (12 gol dari 26 tembakan ke gawang).
Potensi Sebelas Pertama
Komentar