Langkah Arsenal di ajang FA Cup 2022/23 terhenti setelah kalah dari Manchester City di Stadion Etihad, Sabtu (28/01). Gol semata wayang dicetak oleh Nathan Ake (64’) memanfaatkan akselerasi di sisi kanan pertahanan tim tamu.
Josep ‘Pep’ Guardiola turun dengan pemain-pemain yang rutin berlaga di Liga Inggris. Kevin De Bruyne, Erling Haaland, Riyad Mahrez, dan Rodri tampil sejak menit pertama. Pemain berusia 18 tahun, Rico Lewis, dipercaya bermain sejak menit pertama menemani Rodri sebagai dua poros. Komposisi pemain tersebut menunjukan bahwa Pep ingin mendominasi penguasaan bola dan mencetak sebanyak-banyaknya peluang.
Di kubu lawan, Bukayo Saka, Thomas Partey, Gabriel Magalhaes dan Granit Xhaka yang rajin mengisi daftar sebelas pertama diturunkan sejak awal. Fabio Vieira mengganti posisi Martin Odegaard dan Leandro Trossard bermain sebagai sayap kiri yang biasa diisi oleh Gabriel Martinelli. Susunan pemain tersebut mengindikasikan Arteta mengincar sisi sayap sebagai area untuk menciptakan peluang.
Gambar 1 : Sebelas Pertama Manchester City dan Arsenal
Sumber : SofaScore
Arsenal Kesulitan Membangun Serangan
Kedua tim berupaya untuk mengambil inisiatif serangan sejak awal laga. Baik Man City maupun Arsenal tidak terburu-buru melancarkan serangan balik ketika mendapatkan bola, tapi mengembalikan bola ke lini belakang untuk re-organisasi dan memulai serangan dari lini belakang. Kecuali pada momen-momen tertentu ketika bola berhasil direbut di tengah lapangan, bukan di area pertahanan.
Jika melihat pada statistik, perbedaan penguasaan bola sedikit kontras karena Man City mencatatkan 53,6 persen sementara Arsenal hanya 46,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kedua tim kurang lebih menerapkan taktik penguasaan bola yang sama, tim tamu kesulitan untuk menjaga penguasaan bola yang berdampak pada proses membangun serangan.
Salah satu penyebab utamanya adalah aliran bola dari belakang ke tengah yang terhambat. City menutup jalur umpan ke Thomas Partey dan Granit Xhaka ketika Arsenal memulai serangan dari kaki Rob Holding atau Gabriel. Tierney dan Tomiyasu kurang responsif untuk mencoba membuka ruang di sisi lapangan atau masuk ke tengah untuk menciptakan opsi umpan tambahan.
Pada situasi ini, Matt Turner berulang kali terpaksa melepaskan bola panjang ke arah Eddie Nketiah untuk lepas dari tekanan namun akurasi umpan yang kurang baik membuat Nketiah sulit untuk menerima umpan tersebut.
Strategi yang diterapkan Pep untuk meredam serangan Arsenal berjalan sepanjang laga dan Arteta gagal menemukan solusinya. Oleksandr Zinchenko yang masuk di menit ke-66 diharapkan menjadi jawaban dari masalah ini. Tapi, lini tengah Man City selalu terisi oleh tiga sampai empat pemain sehingga ketika Zinchenko bergerak ke tengah pun tidak tercipta situasi unggul jumlah pemain.
Akses Kotak Penalti dari Trossard
Meski sulit membangun serangan, Arsenal beberapa kali mampu lepas dari tekanan Man City atau mendapatkan momen transisi untuk melancarkan serangan balik. Hal ini terjadi ketika Saka dan Vieira turun jauh hingga sejajar dengan Partey dan Xhaka. Pada situasi tersebut, Trossard dan Nketiah tetap bertahan di posisinya untuk melanjutkan serangan.
Sepanjang pertandingan, Arsenal hanya melepaskan lima tembakan namun hanya dua yang tepat sasaran. Kendati demikian, tim tamu justru lebih sering mengancam dari dalam kotak penalti dibanding sang tuan rumah. Tercatat mereka melepaskan empat tembakan dari dalam kotak penalti sementara City hanya dua tembakan.
Gambar 2 - Heatmap Sentuhan Manchester City dan Arsenal
Sumber : WhoScored
Jika melihat ilustrasi di atas, Arsenal banyak mengakses kotak penalti Stefan Ortega dari sisi kiri. Trossard yang beroperasi di area tersebut memegang peran penting dan berhasil mengakses kotak penalti melalui giringan bola. Sayangnya, tidak banyak dari akselerasi Trossard berhasil dikonversi jadi peluang karena dukungan dari rekan-rekannya sering terlambat. Alhasil ia terisolasi dan memaksa mengembalikan bola ke belakang.
Tierney yang berperan sebagai bek sayap tidak mampu mendukung Trossard. Ia jarang melakukan overlap untuk memperlebar ruang Trossard. Tierney lebih banyak berdiri di belakang Trossard sehingga tidak efektif jika tujuannya adalah menciptakan peluang. Tierney juga terlalu sering melakukan salah umpan. Ia tercatat menjadi pemain Arsenal dengan akurasi umpan terendah yaitu 75 persen.
Manchester City Ungguli Efektivitas
Pada laga ini Man City tidak sepenuhnya mendominasi pertandingan. Jika hanya melihat penguasaan bola, Man City terlihat unggul. Tapi dari sisi peluang, tidak banyak peluang yang berhasil diciptakan dan mengancam gawang Turner. Hingga akhir laga, The Citizens hanya melepaskan delapan tembakan dan hanya tiga yang menemui sasaran. Selain itu, enam dari delapan tembakan tersebut dilepaskan dari luar kotak penalti.
Catatan tersebut menandakan bahwa pertahanan Arsenal bermain cukup solid. Holding yang ditugaskan menjaga Haaland sangat agresif sehingga pemain asal Norwegia tersebut tidak mampu menemukan posisi untuk menyambut umpan dari rekan-rekannya. Hanya saja Man City menemukan celah di sisi sayap sehingga mayoritas peluang berasal dari sisi sayap.
Pep sadar bahwa Mahrez dan Grealish memiliki keunggulan kecepatan. Apalagi lawan mereka adalah Tomiyasu dan Tierney yang lemah ketika beradu kecepatan. Kedua pemain tersebut tercatat menjadi pemain Manchester City yang paling melakukan dribel sukses di area sayap yaitu tiga kali dari lima percobaan. Tujuan mereka adalah menarik bek lawan lalu mengirimkan umpan ke tengah atau ke tiang jauh untuk dituntaskan menjadi gol.
Puncaknya adalah gol dari Ake yang berawal dari Grealish yang mempertahankan bola dengan giringan bola dan berhasil menarik tiga pemain Arsenal. Pergerakan tersebut menciptakan ruang untuk Ake sehingga memudahkannya melepaskan tembakan terukur ke tiang jauh. Tembakan tersebut merupakan tembakan ke gawang kedua Man City dan langsung terkonversi menjadi gol.
Komentar