Bagi mereka yang berambisi meniti karir sebagai pelatih kelas atas, berkenalan dan dapat menimba ilmu dari seorang Josep ‘Pep’ Guardiola rasa-rasanya adalah sebuah privilese.
Mereka yang belajar kepada Pep ibarat menerapkan adagium menginjak pundak raksasa - mereka bisa mencapai titik karier tertentu karena telah mendapat ilmu dari mentornya.
Jika di masa awal karier sebagai pelatih Pep berguru kepada Johan Cruyff, Juan Manuel Lillo, serta Marcelo Bielsa, maka sekarang giliran Pep-lah yang menjadi guru bagi mantan anak asuhnya.
Pep tentu bukanlah guru dalam arti seseorang yang mengajar ilmu kepelatihan. Namun, pasti banyak ilmu kepelatihan dan manajerial yang akan tertanam dalam diri anak asuhnya.
Pemain yang pernah dilatih Pep saat ini ada yang telah menjadi manajer, yakni Xavi Hernandez, Vincent Kompany, dan Xabi Alonso. Xavi kini berpeluang membawa Barcelona menjuarai La Liga, Kompany membawa Burnley kembali promosi ke Premier League, sementara Xabi membawa Bayer Leverkusen ke semifinal Europa League.
Sementara itu, Mikel Arteta, mantan asistennya di Manchester City, kini bersaing ketat untuk memperebutkan trofi Premier League.
Baca Juga:Mentor-Mentor Pep Guardiola
Xavi: Saya Adalah Murid Pep
Xavi dan Pep merupakan dua sosok kunci kegemilangan Barcelona dari 2009 hingga 2012. Xavi menjadi andalan Pep untuk mengorganisasi lini tengah Blaugrana.
Xavi secara terang-terangan mengaku bahwa ia adalah murid Pep meski ia tidak mempunyai intensi untuk mengalahkan mantan pelatihnya itu. Melihat Xavi menjadi anak asuh Pep seperti membayangkan ketika Pep menjadi anak asuh Johan Cruyff.
"Ini bukan masalah ego, saya tidak ingin mengalahkan Pep atau Johan (Cruyff) atau siapa pun. Sebaliknya, saya telah memelihara diri saya berkat mereka, saya adalah murid mereka, impian saya adalah mengembalikan Barca ke puncak dunia," kata Xavi pada Juli 2022 lalu dilansir dari Goal.
Mantan pelatih Al Sadd itu pun mengakui taktik yang ia terapkan di Al Sadd mirip dengan konsep taktik Pep, yakni menguasai permainan secara dominan, penguasaan bola, possession yang kuat, serta banyak melakukan serangan.
"Ini tentang menyerang lawan dengan terampil dengan cara tertentu. Dalam hal ini bukan ide saya. Saya telah belajar banyak dengan Guardiola, dari caranya, ambisi yang dia miliki, keinginan dan semangat yang dia rasakan. Dia adalah football-obsessed tactician dan menyenangkan berada di dekatnya," kata Xavi kepada John Edwards dan Cesc Guimera dari Mancity.com pada 2020 silam.
Vincent Kompany: Pep Menyajikan Bahasa Sepakbola yang Saya Mengerti
Vincent Kompany mengakui bahwa Pep memberinya cara baru dalam memandang sepakbola. Pep memberinya bahasa sepakbola yang ia mengerti dan itu membuat mantan kapten Manchester City tersebut terpacu untuk menulis cerita karier sepakbolanya sendiri.
"Jenis pendekatan catur seperti itu cocok dengan cara berpikir saya, tetapi saya belum pernah melakukannya sebelumnya. Saya memiliki pelatih dan manajer luar biasa yang mengajari saya banyak hal sebelumnya, tetapi bukan sisi strategis permainan. Saya pikir sebagian besar pemain mengerti itu, itulah kekuatannya. Begitu Anda mengalaminya, sulit untuk berpikir dengan cara lain," ujar Kompany dalam sebuah wawancara bersama SkySports.
Tampaknya Pep merasa ada potensi luar biasa dalam diri Kompany, sampai-sampai ia mengatakan bahwa Kompany kelak akan melatih Manchester City.
"Mungkin dia (Kompany) tidak setuju dengan saya, tetapi setelah melihat timnya (Burnley), saya lebih dari yakin hari ini, dia akan kembali. Kapan? Ketika saya mengatakan perasaan saya minggu lalu, bagian ini saya tidak tahu. Tapi itu akan terjadi," ujar Pep jelang Manchester City bertanding melawan Burnley pada babak perempat final FA Cup 19 Maret lalu.
Namun, Kompany meminta mantan pelatihnya itu untuk berhenti mengaitkan dirinya akan kembali bergabung dengan Manchester City. Pria 37 tahun itu mengatakan bahwa ia hanyalah manajer tim Championship dan ia menyarankan agar Pep tetap melatih The Citizens selama sepuluh tahun atau lebih.
Kompany juga mengatakan bahwa City perlu memiliki manajer kelas dunia. Secara tidak langsung, ia memuji Pep sebagai manajer kelas wahid dan ia merasa dirinya masih jauh dari level Pep.
Xabi Alonso: Pep Sangat Spesial
Anak asuh Pep di FC Bayern, Xabi Alonso, mengakui bahwa Pep sosok yang sangat spesial. Sebagai manajer, kata Alonso, Pep mengerti bagaimana membaca sepakbola dari sisi detail kecilnya - tentang apa yang tim butuhkan untuk mengontrol dan menciptakan peluang.
Xabi menganggap Manchester City sangat stabil dan mampu mengontrol semua pertandingan. Untuk melakukan itu di Premier League, menurut Xabi, sangatlah sulit dan keberhasilan tersebut merupakan bagian dari pengetahuan Pep tentang permainan dan hasratnya sebagai seorang manajer.
"Dia (Pep) selalu berusaha menyemangati tim dan menularkan semangat itu. Semua pengetahuan itu tidak mungkin ditularkan tanpa hati dan tanpa hasrat. Perpaduan itulah yang membuatnya begitu cemerlang," ujar juara Piala Dunia 2010 bersama Spanyol itu kepada BBC.
Rekan satu tim Xabi di FC Bayern, Phillip Lahm, menganggap Xabi pasti punya modal menjadi manajer yang sukses. Menurut Lahm, Xabi telah menaklukkan tiga liga terbaik di dunia bersama Liverpool (Premier League), Real Madrid (La Liga) dan FC Bayern (Bundesliga). Xabi pun dilatih oleh manajer-manajer berpengalaman seperti Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Rafael Benitez, Vicente del Bosque, dan tentu saja Pep Guardiola.
"Karier bermainnya bukan jaminan Xabi akan menjadi pelatih hebat. Tapi dia pasti memiliki semua yang diperlukan: karisma, usia, kualifikasi dan karakter yang ingin terus berkembang. Dan pengetahuan yang hanya bisa Anda peroleh di lapangan," tulis Lahm dalam sebuah esai yang tayang di The Guardian.
Arteta Sebagai Peniru Pep Guardiola?
Tiga setengah musim menjadi asisten Pep menjadikan Arteta banyak melahap ilmu Pep. Kini, Arteta menjadi pesaing Pep dalam perebutan gelar Premier League.
Sejak menangani Arsenal, Arteta berusaha menerapkan sepakbola posesional sebagaimana yang telah diterapkan Pep di Manchester City. Hanya saja, Arteta lebih banyak merombak pemain karena komposisi pemainnya tidak semerata The Citizens.
Di sisi lain, Arteta pun secara tegas melepas pemain yang tidak masuk ke dalam skemanya, seperti Alexandre Lacazette, Hector Bellerin, serta Shkodran Mustafi. Hal yang sama juga diterapkan Pep ketika pertama kali mendarat di Manchester City, dengan tidak memberi tempat pada Yaya Toure, Joe Hart dan Sergio Aguero.
Arteta memang mengaku tidak meniru siapapun sebagai seorang pelatih. Namun, ia mengakui telah terinspirasi dari Pep, sebagai pemain maupun pelatih.
Sebagai manajer, Pep pun tidak sungkan mengakui bahwa Arteta punya peran besar dalam membentuknya menjadi manajer yang lebih baik.
Baca Juga:Semirip apa Mikel Arteta dengan Pep Guardiola?
"Saya tidak tahu apa bagian saya dari dirinya, tetapi pengaruhnya terhadap saya sangat besar, amat besar, sangat penting untuk menjadi manajer yang lebih baik," kata Pep dilansir dari Goal.
Di sisi lain, beberapa pelatih mengaku belajar banyak dari Pep soal. Erik ten Hag, misalnya. Pria yang kini menjadi manajer Manchester United itu mengaku banyak belajar dari mantan pelatih FC Bayern itu. Ten Hag dan Pep memang pernah bekerja sama pada 2013-2015. Ketika itu, Pep menjadi pelatih utama FC Bayern sedangkan Ten Hag menjadi pelatih tim cadangan.
“Sepakbola di Jerman berbeda sejak Pep datang. Seluruh liga berubah karena caranya bermain sepakbola. Saya menonton hampir setiap pelatihan (sesi). Saya belajar banyak dari metodenya, bagaimana dia mentransfer filosofinya ke lapangan,” kata Ten Hag.
***
Baca Juga:Scudetto Napoli Atas Kecerdikan Transfer dan Evolusi Taktik
Meski dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap mantan anak asuhnya, Pep tidak merasa demikian. Ia selalu saja menegaskan bahwa ia sangat terpengaruh oleh Johan Cruyff dan ia tidak ada niatan untuk menjadi pengaruh bagi generasi setelahnya.
"Pada saat yang sama, saya di sini bukan untuk mengubah apa pun atau menjadi pengaruh bagi generasi lain. Itu akan sangat megah. Dan ada banyak sekali aspek untuk dapat memainkan cara mereka bermain yang jauh dari saya," kata Pep dalam sebuah wawancara bersama SkySports Maret lalu.
Dengan segala prestasi dan reputasinya, rasa-rasanya akan banyak lagi pelatih yang terinspirasi dari cara bermain Pep dan bagaimana Pep mentransfer apa yang ia inginkan kepada pemainnya.
Layakkah kita menyebut bahwa Pep adalah pelatih terbaik di abad 21? Bahkan terbaik sepanjang masa?
Bagi Pep, yang jauh lebih penting untuk seorang pelatih adalah melihat tim yang diasuh bermain seperti yang pelatih itu inginkan.
Baca Juga:Keteguhan Hati Jadi Kunci Sukses De Zerbi
Komentar