Ketua Umum PSSI Erick Thohir memutuskan untuk mengangkat dirinya sendiri menjadi ketua Komite Wasit. Hal itu ia sampaikan di depan awak media kemarin, Rabu (5/7/2023). Erick beralasan agar tidak ada lagi intervensi.
“Jadi komite wasit saya pimpin sendiri. Kalau ada yang aneh-aneh kan bisa dihukum seumur hidup langsung. Karena memang komitmennya seperti itu kan,” kata pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu dilansir dari CNN Indonesia.
Erick mengakui bahwa kinerja wasit menjadi sorotan dalam beberapa tahun belakangan. Ia juga tidak menampik dugaan adanya praktik suap meski kemudian membantah hal itu terjadi dalam seleksi wasit Liga 1 2023/24.
“Ketika saya bertemu pak Kapolri, ada dua proses kan, kalau di pihak kepolisiannya berbeda kalau di PSSI dihukum seumur hidup untuk wasit, pemain, pengurus, maupun pemilik [klub]," lanjut Erick.
Dalam statuta PSSI 2019, Ketua Komite Wasit memang tidak harus berasal dari anggota Komite Eksekutif dan Komite Wasit merupakan bagian dari Komite Tetap.
Ketua dan Wakil Ketua Komite Tetap harus merupakan Anggota Komite Eksekutif dengan pengecualian untuk Komite Wasit, demikian bunyi poin 2 Pasal 44 Statuta PSSI 2019. Erick pun sudah menegaskan hal ini pada Maret 2023 pada sarasehan dengan suporter di Surabaya.
“Saya janji [tidak ada anggota Komite Eksekutif yang menjadi Ketua Komite Wasit], itu bagian penting dari transformasi sepakbola,’’ terang Erick dilansir dari Jawa Pos.
Namun, langkah mengangkat diri sendiri menjadi Ketua Komite Wasit patut dipertanyakan, pasalnya Erick tidak sekaligus mengumumkan 13 ketua komite tetap lain yang terdiri dari komite keuangan, kompetisi, teknis dan pengembangan, hukum, sepakbola wanita, pengembangan usia muda, futsal, medis, status pemain, permainan fair play dan tanggung jawab sosial, media, sepakbola, dan keamanan.
Erick pun belum mengumumkan nama yang menjadi wakil ketua komite wasit beserta anggotanya. Di sisi lain, pembentukan Komite Tetap merujuk pada statuta PSSI 2019 merupakan tugas dari Komite Eksekutif. Jika merujuk pada statuta, pengumuman ketua komite wasit seharusnya dibarengi dengan pengumuman ketua komite yang lain, beserta wakil dan anggotanya.
Pada Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari 2023 silam, wasit menjadi salah satu perhatian Erick setelah terpilih menjadi Ketum PSSI. Dalam hal peningkatan mutu, PSSI bekerja sama dengan Japan Football Association (JFA).
Kerja sama dengan JFA itu sedikit membuahkan hasil. Pada 15-16 Juni 2023, diadakan seleksi wasit dan asisten wasit untuk Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. JFA mengirimkan Yoshimi Ogawa (anggota komite wasit JFA) dan Toshiyuki Nagi (instruktur wasit JFA dan manajer wasit amatir JFA). Proses seleksi itu terdiri dari tiga tahap, yakni fitness test FIFA kategori 2, video test, dan Law of The Game (LOTG) test.
Seleksi wasit Liga 1 diikuti oleh 55 wasit di mana hanya 28 yang dinyatakan lolos. Peringkat 1 sampai 18 bertugas di Liga 1, serta peringkat 19 hingga 28 bertugas di Liga 2. Sedangkan untuk asisten wasit Liga 1, ada 70 orang yang diseleksi di mana hanya 52 yang lolos. Peringkat 1 hingga 36 bertugas di Liga 1 dan peringkat 37 sampai 52 bertugas di Liga 2.
Untuk wasit Liga 2, ada 107 yang ikut seleksi di mana 54 wasit dinyatakan lolos. Peringkat 1 sampai 14 bertugas di Liga 2 dan 55 hingga 107 bertugas di Liga 3. Untuk asisten wasit Liga 2, ada 114 peserta yang diseleksi di mana hanya 79 orang yang diambil. Peringkat 1 sampai 32 mengisi kuota Liga 2 dan 33 hingga 79 akan bertugas di Liga 3 nasional, EPA, dan kompetisi level nasional lainnya.
Dari data tersebut, maka Liga 1 akan dipimpin 18 wasit dan 36 asisten wasit, Liga 2 dipimpin 24 wasit dan 48 asisten wasit, sedangkan Liga 3 dipimpin 53 wasit dan 47 asisten wasit.
“Saya berharap wasit yang dinyatakan lolos, mampu menjaga amanah yang diberikan, mau menjadi bagian dari yang sama-sama kita inginkan, siap menjalani sumpah, dan berkomitmen penuh agar sepakbola kita dihargai," kata Erick dalam konferensi pers pada Kamis (22/6/2023).
Perbaikan yang Menjadi Sistem
Lima bulan setelah terpilih, struktur pengurus PSSI periode 2023-2027 belum juga diumumkan secara lengkap, padahal para pengurus ini yang akan menjalankan roda perjalanan PSSI hingga 2027 mendatang. Di sisi lain, Erick tampak begitu dominan dalam kepengurusan PSSI, terlebih mencuat isu bahwa ia akan maju sebagai calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilu 2024 mendatang.
Jika Erick benar-benar maju dalam Cawapres, kemungkinan besar PSSI akan kehilangan sosok yang kuat. Meski hak maju sebagai Cawapres adalah hak politik tersendiri bagi Erick. Namun yang pasti, perbaikan yang sudah dilakukan Erick berupa melakukan audit dan mendongkrak kualitas wasit harus diterapkan dalam suatu sistem yang berkelanjutan agar siapapun ketua PSSI nantinya sudah mempunyai cetak biru apa saja yang harus dilakukan.
Erick konon sudah membawa cetak biru sepakbola Indonesia kepada FIFA, namun publik sepakbola Indonesia justru masih meraba-raba apa yang dicanangkannya pada sepakbola Indonesia ke depan. Cetak biru merupakan jalan panjang yang bahkan merentang hingga puluhan tahun, sementara apa yang dilakukan Erick barulah langkah strategis yang belum terlalu kentara jangka panjangnya.
Melakukan audit, mendatangkan tim kuat dunia, menjalin kerja sama dengan kepolisian untuk memberantas mafia bola, menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17, serta meng-upgrade kualitas wasit merupakan langkah yang baik. Namun, langkah-langkah itu harus diletakkan ke dalam sistem yang panjang dan merupakan bagian dari cetak biru sepakbola Indonesia dan itu sebenarnya tugas PSSI secara keseluruhan, bukan hanya tugas Erick semata.
Jika kemudian Erick kembali terlihat dominan dalam kepengurusan PSSI dengan menjabat ketua komite lain, maka kepercayaannya kepada orang-orang di federasi ini menjadi pertanyaan.
Komentar