Langkah Timnas Indonesia di Piala Asia terhenti di babak 16 besar. Meski mencapai target, ada satu evaluasi pasti dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir untuk Shin Tae-yong. Erick mengatakan bahwa selama gelaran Piala Asia 2023, Skuad Garuda asuhan Shin kehilangan sosok Goal Getter.
"Berkaca dari Piala Asia kemarin, kita kekurangan goal getter. Lihat bagaimana Australia kemarin. Jarang menyerang, tapi selalu efektif mencetak gol. Harus seperti itu. Tugas STY untuk segera benahi sektor itu agar target tercapai," kata Erick via PSSI.
Faktanya, timnas memang kesulitan mencetak gol, bahkan dari 3 gol yang dicetak di Piala Asia tidak ada satupun nama penyerang yang ada dalam daftar pencetak gol. Praktis, Shin hanya mengandalkan Rafael Struick untuk jadi juru gedor utama tim. Bahkan dalam satu kesempatan yaitu saat melawan Jepang, Shin lebih memilih Elkan Baggott untuk menggantikan Egy Maulana Vikri yang cedera.
Rapor Penyerang di Piala Asia 2023
Penurunan performa Dimas Drajad di liga membuat Shin kurang menaruh kepercayaan padanya. Padahal, performa Dimas sempat menanjak saat Kualifikasi Piala Asia. Hal itu sempat memunculkan harapan bagi Shin yang telah melakukan pencarian panjang terhadap penyerang Indonesia.
"Memang kali ini Dimas melakukan performa yang baik (di Kualifikasi Piala Asia). Tapi masih ada kekurangan-kekurangan. Pemain harus mendapat saran dan teguran-teguran untuk meningkatkan kemampuan." kata Shin via Detik (28/06/22).
Sayangnya setelah cedera, Dimas yang jadi harapan Shin tak mampu kembali ke bentuk terbaiknya. Hal ini membuatnya tak mampu masuk skuad dalam tiga pertandingan pertama timnas di Piala Asia. Bahkan di musim 2023/2024 eks timnas U-19 era Evan Dimas itu belum mampu mencetak gol dari 15 pertandingan yang ia mainkan bersama Persikabo 1973 di Liga 1.
Selain Dimas, ada nama Ramadhan Sananta yang keberadaannya menuai pertanyaan. Pasalnya, seperti Dimas, Sananta adalah salah satu penyerang lokal yang jadi harapan pasca penampilan apiknya bersama Garuda Muda asuhan Indra Sjafri di Sea Games 2023.
Kala itu, Sananta membantu Garuda Muda meraih medali emas di Sea Games 2023 dengan melesatkan lima gol dari enam penampilan. Selain itu, penyerang berusia 21 tahun tersebut cukup produktif bersama klub barunya Persis Solo di liga dengan torehan tujuh gol dari 18 penampilan.
Setelah pertandingan melawan Vietnam pada (19/01), teka-teki mengapa Sananta tak masuk skuad dalam tiga laga akhirnya terkuak. Melalui asisten pelatih timnas, Nova Arianto mengatakan bahwa ada masalah kebugaran yang membuat Sananta harus menepi.
"Sananta memang mengalami sedikit masalah dengan kebugarannya. Sehingga, ia belum bisa tampil dalam dua pertandingan awal Piala Asia 2023," ujar asisten pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto via Bola.com.
Sebelumnya, Sananta juga pernah menerima kritik dari Shin terkait level kebugarannya yang dinilai masih jauh dari standar pasca kemenangan Skuad Garuda atas Brunei Darussalam lam Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sananta tetap dikritik, meski saat itu menyumbang dua gol untuk kemenangan telak 6-0 Indonesia.
"Sananta memang tidak bisa main 90 menit dan saya berusaha mengubah itu, dan Sananta harus berusaha agar fisiknya bisa main 90 menit," ucap pelatih 53 tahun ini via CNN Indonesia.
Selain Dimas dan Sananta, ada nama penyerang muda, Hokky Caraka yang mendapatkan menit bermain berharga. Ia tampil lebih dari 20 menit untuk menjajal panggung besar Piala Asia kala bersua Vietnam. Namun ketika diberi kesempatan, Hokky yang baru berusia 19 tahun masih mengalami demam panggung. Ini terlihat dari caranya mengeksekusi peluang yang didapatkan.
Minimnya menit bermain untuk barisan bomber murni yang dimiliki Timnas Indonesia layaknya sebuah jawaban dari Shin terhadap kebugaran dan performa mereka yang belum mencapai level yang diinginkan pelatih berusia 53 tahun itu.
Menurunnya performa para penyerang memaksa Shin memikirkan alternatif untuk Skuad Garuda. Hasilnya, dalam 6 laga terakhir termasuk tiga laga Piala Asia, Shin mencoba memasang Rafael Struick untuk mengisi pos penyerang utama. Meski Rafael punya kapabilitas untuk mengisi posisi tersebut, posisi naturalnya adalah seorang penyerang sayap. Sehingga memasang Rafael sebagai penyerang membuatnya tak bisa mengeluarkan semua potensinya.
Sementara itu, Dendi Sulistyawan, yang juga sering menjadi opsi alternatif sebagai penyerang sayap, tidak pernah diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Alhasil minimnya peluang bermain bagi para penyerang, berdampak negatif pada produktivitas mereka. Kian runyam dengan keseluruhan tim yang kurang efektif dalam menyelesaikan peluang.
Mencari Goal Getter, Tugas Shin Tae-yong?
Krisis penyerang masih jadi masalah yang sulit ditemukan jawabannya oleh Shin. Namun, pada Mei 2022 silam, Shin sebenarnya pernah mengungkapkan penyebab Timnas Indonesia kini dilanda krisis penyerang.
“Masalah di Liga 1 saat ini memang ada banyak sekali striker dan stopper asing. Jadi, pemain lokal tidak bisa mendapatkan tempat. Karena hal ini, maka sangat sulit untuk membuat pemain yang berkualitas, khususnya di posisi striker. Ini sangat disayangkan,” kata Shin via Tempo (31/05/2022).
Hal ini tentu sangat kontras dengan permintaan Erick terhadap Shin. Terlebih, bagi pelatih timnas, akan sangat sulit menemukan penyerang hebat jika semua klub kasta tertinggi di Indonesia pada kenyataannya lebih mempercayakan posisi tersebut pada pemain asing. Bahkan musim ini kuota pemain asing ditambah jadi 5+1 ASEAN.
Memang ada untung-rugi dari regulasi tersebut, namun dampak nyata dari bertambahnya jatah pemain asing membuat mayoritas klub memiliki setidaknya dua penyerang asing di timnya. Hal ini semakin membuat penyerang lokal jadi pilihan kesekian. Bahkan Liga 2 yang sempat jadi tempat munculnya penyerang-penyerang baru seperti Septian Bagaskara atau Aji Kusuma, kini sudah menggunakan pemain asing pula.
Kekurangan sumber daya penyerang berkualitas membuat Shin memutar otak dan mencoba alternatif lain. Hal ini coba diatasi salah satunya dengan bermain tanpa striker murni. Sepanjang gelaran Piala Asia 2023, Shin mencoba pakem ini yang sejauh ini idenya cukup baik, namun eksekusinya masih belum maksimal.
Lantas bagaimana cara Skuad Garuda menemukan sosok bomber yang sudah didambakan sejak awal kedatangan Shin pada 2019 lalu?
Melihat minimnya penyerang baru yang muncul ke permukaan akan sulit bagi Skuad Garuda menemukan sosok goal getter yang dimaksud Erick. Terlebih, di liga mereka hanyalah pilihan ketiga bahkan keempat di klubnya. Dengan begitu, Shin dan PSSI tampaknya akan kembali mencari penyerang keturunan sebagai solusi jangka pendek.
Jika situasinya demikian, apakah layak tanggung jawab menciptakan seorang penyerang berkualitas, dibebankan menjadi tanggung jawab Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas?
Komentar